Kisah Amel, menantu tak dianggap yang selalu dihina dan direndahkan oleh Ibu mertuanya. Hingga suatu hari ia berencana untuk membalas kezoliman itu dengan elegan hingga membuat orang yang menyakitinya menyesal.
Lihat lebih banyak"Mel? Mana sarapan pagi ini, belum kamu siapkan," ujar Arum-Ibu mertua Amel sambil berjalan ke arah meja makan yang di susul dengan Mega-Adik iparnya. Mereka duduk bersama-sama menunggu Amel yang sedang masak untuk sarapan pagi.
"Iya nih Ma. Mana ya kok lama banget sih. Aku ini udah lapar loh, Ma." Mega memasang wajah juteknya. "Sebentar Ma. Ini lagi Amel buatin. Tadi Amel ngasuh Aisha dulu, kasihan tadi nangis," ucapnya sambil menyiapkan masakan di atas piring. Rutinitas setiap hari, Amel selalu membuatkan sarapan untuk keluarga suaminya. Kebetulan, Arum tak memiliki asisten rumah tangga, dengan alasan gaji yang dikeluarkan cukup lumayan. Jadi ia memilih untuk tidak mengambil asisten rumah tangga dari luar, karena sudah ada Amel yang membantu setiap harinya. Bukannya ucapan terimakasih yang seharusnya dilontarkan, tapi mereka malah terus-terusan menghina Amel tanpa menghargai sisi baiknya. "Alah, nyiapin sarapan gitu aja kok lama banget sih Mbak. Bilang aja loh kalau Mbak itu males-malesan," ketus Mega sambil melirik Amel dengan wajah tak suka. "Bukannya gitu, Mbak udah bangun pagi-pagi sekali tadi kok. Tapi kan ada Aisha yang harus di urus dulu, bukannya males-malesan. Lagian kamu juga kenapa gak bantuin? Mumpung lagi nganggur." "Nganggur gimana? Ini aku juga lagi mangku Tifa loh." "Ah, sudah lah gak usah ribut-ribut! Ayo cepat Mel. Sudah jam delapan nih, bentar lagi Aryo dan Daniel akan berangkat kerja. Kamu jangan lama bikin sarapannya." Arum menyuruh Amel untuk lebih cepat menghidangkan sarapan. "Heii... Pagi, Ma." Aryo berjalan menghampiri Arum dengan menyelempangkan jaket di pundak kanannya. Ciuman anak pada Ibunya itu tepat mendarat di pipi kanan Arum. "Ih, kamu ini. Udah gede masih suka cium-cium Mama." Arum menepuk punggung putranya. Aryo, adalah anak sulung dari Arum dan Hakim. Ia memiliki adik lelaki bernama Daniel yang tak lain adalah suami Mega. Mereka berdua sama-sama bekerja di satu perusahaan. Sementara, Amel juga bekerja di kantor bagian administrasi tapi berbeda tempat dengan Aryo dan Daniel. Untuk sehari-harinya, sebelum berangkat bekerja Amel selalu membuatkan sarapan terlebih dulu untuk keluarga Aryo. Setelah itu membersihkan rumah dan sisa-sisa kotoran di meja makan. Jika semuanya sudah beres, baru ia bersiap-siap untuk bekerja. Selama Amel bekerja, Aisha di titipkan oleh Arum, karena itu juga berdasar kemauan nya. Karena yang terpenting bagi Arum adalah uang. Amel diharuskan bekerja untuk mencukupi semua kebutuhan di rumah. Sementara itu, Mega tak bekerja. Ia hanya di rumah bersama Arum dan Tifa setiap harinya. Tifa adalah anak pertama Mega dan Daniel. Ia berumur dua puluh bulan, seumuran dengan Aisha. "Sayang, udah rajin aja duluan di meja makan!" Seru Daniel sambil mencium pipi kanan Mega." Ia berjalan diiringi dengan Hakim dibelakangnya, Ayah mertua Amel. "Mbak, mana sih lama banget? Udah pada disini loh ini orang-orang." "Iya ini bentar lagi kok." Amel masih berkutat di dapur tanpa dibantu dengan siapapun. "Mel, jangan lama-lama dong. Bisa telat nih aku berangkat kerja!" Aryo memerintah Amel untuk segera menyelesaikannya. "Iya, Mas. Ini, udah-udah." Amel membawa satu per satu piring, gelas, dan mangkok yang berisikan masakan. Semua ia yang meletakkannya di meja. Tak ada yang membantunya sama sekali, termasuk suaminya sendiri. Mereka seperti menganggap Amel hanya sebagai pembantu di rumah ini. "Aduh, udah mau jam setengah delapan nih. Aku harus siap-siap untuk berangkat bekerja. Mendingan sekarang aku siapin Aisha makan dulu, pasti ia lapar." Lirihnya setelah menyiapkan semua masakan di meja makan. Amel menggendong Aisha dan berjalan ke meja makan untuk sarapan bersama-sama. Tapi siapa sangka, saat ia mau duduk, kursi yang ditarik malah dicekal oleh Ibu mertuanya. "Eh, mau ngapain kamu?" ujarnya sambil menatap datar wajah Amel. "Mau ikut sarapan, Ma. Aisha juga lapar ini mau disuapin dulu, kan Amel sebentar lagi juga masuk kerja." "Mau sarapan dimana kamu? Disini? Gak ada! Makan sana di dapur, jangan disini." Arum mengambil piring. Ia mengisinya dengan nasi, namun lauk yang diberikan untuk Amel hanya sayur saja. Walau ada daging yang cukup banyak di meja makan, namun Arum tak memberinya sama sekali. "Nih! Sarapan buat kamu dan Aisha, sekarang kamu pergi dari sini." Arum menyodorkan sepiring nasi beserta yang sudah terisi kan sayur, ke tangan Amel. "Mah, itu kan ada daging. Amel beli untuk stok dirumah seminggu lalu. Cukup kan Ma jika dibagi dengan Amel dan Aisha?" "Gak cukup, ini daging buat kami disini. Kamu cukup sayur aja udah enak, kan? Mendingan sekarang pergi deh. Jangan mengulur waktu disini." Amel tak ada waktu untuk berdebat, ia memilih meng-iyakan dan pergi ke dapur untuk makan bersama putrinya. "Astaghfirullah..." Lirihnya pelan sambil menggendong Aisha dengan membawa sepiring nasi untuk di bawa ke dapur. "Kenapa Mama selalu memperlakukan aku seperti ini? Berbeda dengan ia memperlakukan Mega. Apa karena mereka melihat aku orangnya sederhana dan tak memiliki harta yang bergelimang?" batinnya. Keluarga Aryo mengetahui bahwa Amel berasal dari keluarga biasa yang tak lebih kaya dari keluarga mereka. Padahal, kondisi Mega dan Amel bisa dibilang sama. Tetapi, Arum tak pernah menuntut Mega untuk menjadi seperti kemauannya. Bahkan, ia tak di tuntut kerja sama seperti Amel yang diharuskan bekerja. Mega hanya fokus duduk manis di rumah mengasuh Tifa. Saat ini, Amel tetap bertahan hanya untuk berusaha menghormati Mama mertuanya, dan berusaha menjaga keutuhan rumah tangganya. Assalamualaikum, Kak 🥰 banyak kisah seperti ini di dunia nyata ya Terimakasih buat yang sudah membaca. Jangan dikira tokoh Amel ini lemah, karena ini baru opening. Sebetulnya ia tegas namun penyayang. Di bab-bab selanjutnya nanti ia akan berani untuk melawan keluarga dari suaminya. Dan balasannya begitu elegan namun sangat kejam bagi suaminya. Kira-kira apa ya? Selamat membaca 🥰"Lo denger gak apa kata bos gue? Apa mau gue sumpelin langsung ke mul ut lo?" Tanya salah satu napi yang lainnya."I-iya, Bang. Saya denger.""Gitu dong!" ujarnya sambil melemparkan bungkus yang berisi nasi bekas."Apes banget hidup disini, gak ada perasaan, udah mirip sama bina tang. Aku harus segera menghubungi Mama, agar mempercepat untuk bertemu dengan Amel dan segera membebaskan aku," batinnya sambil terus memandangi nasi bekas, Aryo merasa risih jika harus memakan nasi itu.Namun tak ada pilihan lagi selain menghabiskan nasi bekas itu, karena para napi yang lainnya juga memperhatikan gerak-gerik Aryo. Dengan terpaksa, lelaki itu memakannya, walau dalam hati sebenarnya ingin muntah.___Arum kini sudah tiba di klinik bersama Risma, ia langsung dilarikan ke UGD karena pendara-ha nya semakin hebat.Tubuhnya lemas terkulai hingga nyaris membuat Risma tak sadarkan diri. Dokter segera mengecek kondisinya, karena gumpalan da rah mulai keluar dari area sensi tifnya.Sementara dengan Aru
"Terus, langkah apa yang akan Mama ambil untuk sekarang? Apa Mama akan tetap mewakili Mas Aryo untuk mempersulit proses perceraian. Atau Mama memilih mengalah dan pasrah jika Mas Aryo dan Mbak Amel benar-benar sah bercerai?" Tanya Mega. Ia turut merasakan tegang bercampur resah, nyalinya untuk menghadapi Amel sudah tak se bar-bar dulu.Ia khawatir jika nantinya malah ikut terseret, karena dulu Mega pernah melakukan kekerasan terhadap Aisha hingga terluka. Bahkan, sampai sekarang Amel pun masih menyimpan bukti visum atas itu.Mega tak menyangka, Amel akan melakukan hal senekad ini. Ia benar-benar menjebloskan lelaki yang dulu pernah membuatnya mabuk kepayang tanpa rasa belas kasihan."Mbak Amel ke Mas Aryo aja bisa setega itu, padahal Mas Aryo adalah lelaki yang dulu pernah sangat ia cintai. Apalagi ke aku? Bisa habis aku dibuatnya," batinnya dengan dada yang berkembang kempis. Wajah wanita itu seketika nampak pias. Ia tak mau jika bernasib sama seperti Aryo."Yah, mau gak mau Mama har
"Semudah inikah Mama bisa mengucapkan kata maaf? Apa Mama gak ingat, bagaimana perlakuan Mama ke Amel waktu dulu? Dan bayangkan, berapa lama Amel menahan sabar atas sikap Mama yang zolim?""Mama menyesal Mel, gak ada yang bisa membantu Mama saat ini kecuali kamu. Karena kamu lah yang berkuasa untuk mencabut tuntutan itu," ujar Arum berusaha untuk terus memohon. Karena satu-satunya orang yang bisa membebaskan Aryo dari penjara adalah Amel.Sebenarnya, Aryo bisa keluar penjara dengan cepat, asal ia membayar denda sesuai dengan jumlah yang di tentukan. Namun, jangankan membayar denda, untuk kebutuhan sehari-hari saja sekarang keadaan keluarga mereka sangatlah sulit. Berbeda dengan yang dulu, uang mereka selalu utuh karena banyak bergantung dengan Amel."Iya, Mama menyesal karena baru tau kan kalau ternyata Amel gak seburuk dan semiskin yang Mama kira? Andai dari awal Mama mengetahui semua harta yang Amel punya, pasti Mama tak akan bersikap seperti itu, yang ada Mama bakal menjunjung ting
"Aku harus segera membawa suamiku ke klinik, agar ia cepat sembuh dan bisa bekerja lagi. Benar-benar kacau, jika sampai tak ada yang menafkahi keluarga ini. Secara, mau makan pakai apa? Sedangkan Aryo juga belum bebas, Daniel pun tak selalu bisa di andalkan. Aku memang mempunyai uang tabungan. Tapi sayang sekali jika harus merogoh tabungan hanya untuk makan sehari-hari. Apa gunanya aku mempunyai anak dan suami jika harus memakai uang tabungan?" ujar Arum sembari melirik ke arah jalan dari kaca mobil yang tertutup. Sekarang, ia dan Hakim sedang dalam perjalanan menuju klinik. "Ma, rasanya gak kuat. Kepala Ayah kaya di putar-putar, rasanya juga mual." Hakim terus memegangi kepala, sambil menahan mual yang kini terasa mengkocok isi perutnya."Ayah, ini juga kita lagi di jalan, bentar lagi juga sampe. Biar enak nanti sampe sana gak usah ngantri lama, karena hari sudah mulai siang."Mobil yang di tumpangi Arum dan Hakim kini sudah berhenti di parkiran sebelah kanan klinik, mereka segera m
Arum langsung memutuskan teleponnya dengan Mega, ia dibuat kaget dengan kehadiran Lia yang berbisik tepat di telinganya. "Bu Arum, apa anda mendengar ucapan saya?" "Iya, saya dengar.""Baik, semuanya sudah jelas. Anda bisa pergi dari sini secepatnya,""Bu, lantas bagaimana dengan Aryo? Kapan ia bisa bebas? Tolong, kasihanilah anak saya." Pinta Arum sedikit memelas."Maaf, yang lebih berhak untuk memutuskan anak Ibu bisa keluar dari tahanan bukan saya, tapi Amel. Dia lah yang mempunyai hak, kapan bisa mencabut tuntutan itu. Karena, yang bersangkutan disini sebagai korban ialah putri saya." "Tapi, apakah Ibu gak bisa untuk membujuk Amel? Di penjara sana tempat orang-orang krim!nal Bu, saya takut Aryo kenapa-napa.""Tadi sudah saya jelaskan ya Bu Arum, yang bisa mengeluarkan Aryo dari sana bukan saya, tapi Amel.""Sekarang Amel ada dimana, Bu? Tolong sebelum saya pergi. Saya ingin tau keberadaan Amel.""Anak saya lagi kerja Bu, gak bisa diganggu di jam-jam sekarang.""Baik, kalau begi
"Saya ingin Aryo di bebaskan, tolong. Ibu gak bisa jika selalu semena-mena terhadap kami.""Semena-mena anda bilang? Apakah menurut kalian, bahwa perilaku kami terhadap kalian ini tak pantas?" Lia berjalan mendekati Arum, tepat di sebelah kolam ikan yang menghiasi halaman rumahnya."Iya, memang anda tak pantas jika berperilaku seperti itu pada anak saya Bu. Apalagi Aryo itu ayahnya Aisha. Jika anak Bu Lia memang mau menggugat anak saya tolong kalian bersikap yang adil.""Adil apa yang anda maksud? Apakah selama ini anda berlaku adil kepada putri saya saat pertama kali ia sah menjadi menantu anda? Apakah anda memperlakukan Amel dengan baik dengan mengingat bagaimana cara Ibu mertuaharus bersikap kepada menantunya?" Lia mencerca Arum, ia mulai geram.Karena Lia paham dengan karakter besannya itu. Pasti Arum takkan terima jika putra sulungnya mendekam dalam tahanan. Arum sesaat hening tak bergeming di hadapan Lia."Bagaimana pun Aryo, ia tetap Ayah biologis dari Aisha Bu. Ibu gak boleh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen