Share

Serendipity

Author: Ely Adalia
last update Last Updated: 2022-05-16 20:59:49

Alya menghampiri Nafia yang celingak-celinguk di tengah taman. Menepuk bahu sang sahabat dengan arsip proposal yang berhasil ia dapatkan setelah pengejaran panjang.

"Hai.." Sapa Alya dengan wajah sumringah. Memamerkan tiga jilid bertas dengan banyak tulisan di atasnya.

"Wah..hebatnya temanku satu ini." Nafia memeluk erat Alya yang membuat wanita itu nyaris kehilangan nafasnya.

"Behh..lepas Nafia sesak."

Nafia melepaskan pelukannya kemudian tertawa renyah melihat teman mungilnya kesulitan mengambil nafas.

"Ayo kita makan,Ya?" Ajak Nafia.

Alya terdiam sejenak. Menimbang ajakan sang sahabat. Sebenarnya dia ingin mengunjungi Mas Atha siang ini. Mengajaknya makan bekal bersama. Tapi, mungkin ajakan Nafia jauh baik. Mengingat Atha belum tentu bisa makan siang tepat waktu dan Alya harap tidak demikian, semoga saja dia punya waktu yang layak untuk menyantap bekal yang Alya siapkan.

"Ayo."

Nafia bersorak riang. Pasalnya ini pertama kali Alya bisa makan bersama dengannya setelah dua bulan menikah. Dia seperti nyaris tidak bisa bertemu dengan sahabatnya.

Kafetaria menjadi pilihan tepat bagi setiap mahasiswa untuk mengisi perut yang keroncongan. Tak terkecuali Alya. Dia melewati beberapa mahasiswa lain sambil membawa dua mangkuk bakso di masing-masing tangannya.

Setelah sampai di salah satu meja yang berada di pojok kafetaria, Alya segera duduk. Menaruh salah satu mangkuk di hadapan Nafia. Kemudian mengambil bumbu pelengkap semacam kecap dan saus.

"Thanks. "Ucap Nafia yang ditanggapi 'hm' pelan dari Alya.

"Oh iya, Naf. Kamu lihat kakak cantik itu? Dia mahasiswa baru ya? Aku tidak pernah lihat sebelumnya. " tanya Alya sambil menuangkan kecap ke mangkuknya. Dia menjengit ketika mendapati cairan hitam manis itu terlalu banyak tertuang di mangkuk baksonya. Nafia tertawa melihat tingkat wanita berhidung berbibir tipis itu.

"Mana?" Nafia mengedarkan pandangannya. Mencari wanita cantik yang Alya tuju. Mengikuti arah pandang sang sahabat untuk melihat seorang wanita cantik bersurai hitam lurus sepunggung. Mata besar dan kulit putihnya membuatnya masuk kriteria cantik. Tubuhnya tinggi dan ramping.

"Lah, itu Mrs. Siska. Dosen baru yang kubicarakan tadi." Ucap Nafia.

"Wah...cantik ya. Masih muda lagi." Alya mengerucutkan bibirnya membuat Nafia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi tembam Alya.

"Wah! Kenapa kamu selalu mencubitku,sih?" Alya pura-pura marah yang justru membuat sang sahabat semakin gencar untuk menggodanya. Imut sekali wanita muda itu. Andai dia boneka Nafia pasti akan membawanya pulang ke rumah. Menyimpannya untuk diri sendiri.

****

Wanita cantik bersurai hitam lurus menghadap keluar jendela, menatap hamparan rumput luas yang sudah diduduki beberapa mahasiswa di sana. Membuatnya teringat dengan kenangan saat kuliah dulu. Dan tentu kenangan itu akan membawanya pada sosok lelaki lembut bernama Atha, lelaki yang sudah menjadi sahabat nya sejak SMA, atau lebih tepatnya kekasih. Menjalin cinta dengan lelaki itu merupakan hal terindah yang pernah terjadi dalam hidup Siska. Segala bentuk perhatian yang diberikan dan senyuman yang menawan .

sayang sekali hubungan mereka harus berakhir tiga bulan lalu, tetesan hujan seolah ikut bersedih atas perpisahan sepasang kekasih itu. Tapi, kali ini dia yakin, hubungan keduanya akan direstui. Satu bulan lalu, dia memutuskan untuk menjadi mualaf. sedikit harapan muncul bahwa hubungan keduanya akan kembali seperti semula. Karena itu tawaran untuk mengajar di Surabaya ini langsung dia terima. Dia tidak sabar untuk bertemu Atha. Bagaimana kabarnya sekarang dan apakah dia masih menyimpan rasa yang sama yang Siska yakini bahwa lelaki itu masih amat mencintainya.

***

Hari sudah mulai petang ketika Alya berjalan ke arah parkiran. Salahkan cuti yang dia ambil selama beberapa hari, dia harus mengikuti kelas lain yang memiliki mata kuliah yang sama dengan yang sudah dia tinggalkan. Sebuah syarat agar semester depan dia tidak mengulang. Langit yang mendung membuat nya was was saja. Seperti akan hujan, begitu pikir wanita yang meskipun sudah menikah tapi masih terjaga kesuciannya tersebut.

Sepeda motor dengan merk terkenal segera dia tunggangi. Dia yakin sekali bahwa bahan masakan di rumah telah rampung tak tersisa. Mungkin dia bisa mampir ke supermarket terlebih dahulu dan membeli beberapa bahan. Meski dia tahu bahwa hal itu percuma karena Atha nyaris tidak pernah memakan masakannya, bahkan bekal yang Alya buatkan biasanya akan dimakan oleh Hasan, kakak tingkat Alya yang sekarang sedang ujian praktik di rumah sakit tempat Atha bekerja. Tapi, itu bukanlah suatu alasan baginya untuk berhenti melayani sang suami kan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membangun Cinta   When Love Break You So Bad

    Siska mengepalkan kedua tangannya. Berjalan di jalan setapak tanpa tujuan. Mungkin ini yang namannya patah hati. Rasanya lebih sakit daripada saat kedua orang tua Atha memintanya meninggalkannya. Mungkin karena saat itu, Atha terus mempertahankan keberadaannya. Memohon agar bisa bersama Siska sebelum akhirnya bungkam ketika sang ibu kehilangan kesadaran akibat hipertensi yang kambuh.Besoknya mereka bertemu. Saat itu, Siska menyerahkan cincin pemberian Atha saat upacara kelulusan mereka kembali pada pemilik pertamanya. Siska bertekad untuk merelakan Atha. Toh mereka hanya berhubungan fia telepon. Namun, cintanya tumbuh setelah Atha benar-benar bukan miliknya lagi. Entah bagaimana Siska merasa tidak rela bila lelaki itu menjadi milik wanita lain. Karena itulah tawaran untuk kembali ke Surabaya segera dia ambil tanpa pikir panjang. Dia ingin bertemu Atha. Bahkan berpindah agama agar bisa bersama sang mantan. Tapi, kenyataan bahwa Atha sudah menikah menamparnya begitu keras."Arg!!" Sisk

  • Membangun Cinta   Takdirkah?

    Atha baru saja pulang. Dia duduk di kursi depan meja makan sementara Alya mulai menyiapkan makanan. Ini pertama kali Atha melihat sang istri memasak. Pasalnya di hari biasa dia akan pulang larut malam dan akan menjadikannya alasan agar tidak perlu memakan masakan wanita yang kini tengah mencampur semua bahan masakan ke dalam penggorengan.Atha kagum dengan kecepatan tangan Alya yang dengan cekatan mencincang bahan masakan. Dia terlihat sangat mahir dan terbiasa dengan berbagai peralatan dapur."Ini mas." Alya tersenyum lembut seraya menempatkan satu piring tumis kentang dan satu piring lauk menggugah selera ke atas meja makan. Mengambil sebuah piring dan menuangkan sesendok besar nasi ke dalamnya."Mas Atha mau tempe dan tahu?" Tanya Alya setelah menuang sesendok tumis kentang ke samping nasi."Aku tidak suka keduannya." Ucap Atha membuat kedua alis Alya bertaut. Seingatnya Atha suka dengan lauk berbahan kedelai tersebut. Kenapa dia bilang tidak suka. "Kalau begitu ini. Makan yang lah

  • Membangun Cinta   Percikan

    Difan menyuruh sopirnya untuk memutar setir mobil ke arah sebuah puskesmas. Segera setelah mobil bmw nya berhenti, Difan membawa tubuh yang terkulai lemas ke dalam bangunan yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rumah sakit ayahnya.Kehadiran lelaki itu membuat beberapa perawat memberikan pelayanan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Pasalnya Difan terus mengatakan hal-hal yang menakutkan semacam."Tolong, dok. Dia sudah kritis." Dan." Apa kita harus mengoperasinya?"Seorang dokter yang mendengarnya hanya menyipitkan mata, gusar. Sepertinya lelaki muda itu terlalu banyak dicekoki film-film lebay yang mengisahkan matinya seseorang setelah terserempet motor atau hanya karena jatuh menghantam meja."Mas, anda harus tenang." Sang dokter menahan tubuh Difan yang tidak bisa tenang."Teman Anda hanya demam." Tambahnya lagi dengan urat kesabaran yang nyaris putus."Hehe...maaf dok. Saya panik." Difan tersenyum bodoh.Dokter tadi segera memeriksa keadaan Alya. Memastikan temperatur tubuh wan

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 3

    Siska menatap layar ponselnya. Melihat nomor yang tertera di sana. Dia agak ragu untuk menekan tombol hijau di sana. Hatinya sedikit trauma dengan patah hati yang dia rasakan dahulu. Bagaimana jika meskipun dia sudah menjadi mualaf, kedua orang tua Atha masih menolaknya. Tapi, dia sendiri tidak bisa membohongi hati kecil yang terus menjerit kan rindu untuk mendengar suara lelaki pujaan. Beberapa kali sang dosen muda mondar-mandir di Koridor yang mulai sepi, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, tidak banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di kampus. Namun sayang acara mondar-mandir nya terhenti ketika dia tidak sengaja menyerempet bahu seseorang.Siska segera mendongak ke atas, melihat salah satu mahasiswa yang tampak juga menatap ke arahnya. Lelaki itu meminta maaf sebelum beranjak pergi.Siska kembali menatap ponselnya, kali ini dia duduk di salah satu kursi yang memang tersedia di sepanjang lorong. Mungkin sudah saatnya dia menghubungi sang mantan. Cintanya masih terlalu besar un

  • Membangun Cinta   Her

    Atha terbengong-bengong melihat Difan datang dengan senyum sumringah bak ibu-ibu yang baru dapat arisan. Memberikan makanan dengan cuma-cuma bahkan menawarkan diri untuk memasakkan mie instannya. Dia menatap mienya curiga. Apakah senyuman Difan menandakan adanya zat beracun sejenis sianida di makanan tersebut. Mungkin saja kerena masalahnya dengan sang ayah dan statusnya yang sering gonta- ganti pasangan membuat Difan frustasi sehingga ingin meracuni Atha. Memang tidak nyambung. Tapi, yang namanya frustrasi siapa yang tahu.Setelah memastikam makanan sejuta umatnya aman untuk dimakan,Atha mulai menyantap helai-helai mie instan yang menguarkan aroma nikmat sambil menatap Difan yang masih saja tersenyum. "Kau kenapa, Fan? "Tanya Atha yang tidak tahan melihat Difan senyam-senyum sok manis. Membuat matanya perih saja."Mas tahu tadi aku bertemu gadis yang kutemui pas di kampus. Dia meminjamiku payung supaya aku bisa pulang. Ohhh indahnya dunia ini." Ucap Difan dengan satu kali tarikan na

  • Membangun Cinta   Serendipity bagian 2

    Matahari mulai tenggelam di balik horizon. Menyisakan sebaris cahaya jingga yang membias di antara awan-awan tebal. Mendung sudah berkurang tapi, tidak benar-benar pergi. Mungkin sewaktu-waktu bisa turun hujan.Atha menatap pemandangan indah tersebut dari balik kaca jendela di ruangannya. Dia melepas lelah sehabis melakukan operasi mengangkatan tumor seorang lelaki setengah baya. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang dia putar 180 derakat. Membuatnya bisa melihat pemandangan indah kota Surabaya.Lampu-lampu jalan sudah mulai menyala. Menjadi sumber penerangan jalan yang ramai oleh kendaraan. Mungkin milik mereka yang hendak pulang ke rumah. Enaknya jika punya jam kerja tetap. Beda sekali dengan dirinya yang sekarang harus jaga malam bersama beberapa KAOS. Tapi, entah mengapa dia merasa bersyukur akan hal itu. Setidaknya dia memiliki alasan untuk tidak bertemu sang istri. Mungkin terdengar kejam tapi, demikianlah yang dia rasakan. Kau tidak bisa memaksakan sebuah cinta tumbuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status