แชร์

Lima

ผู้เขียน: J. Hanin
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-09 13:08:05

“Pagi !” Sapa seorang perempuan yang baru sampai menyapa teman-teman satu kantornya mereka tersenyum pada Zeta.

“Ta hari ini gue gak titip kopi dulu deh!” Celetuk seseorang dari belakang yang langsung dibalas anggukan Zeta.

“Kenapa lo? Tumben bener!” Tanya Dicky pada lelaki yang berkutik dengan ponselnya.

“Gue habis dari rumah mertua gue, kebetulan dibawain kopi.” Ucap lelaki itu memperlihatkan botol termosnya membuat Dicky mengangguk paham.

Dicky, yang berbeda kantor itu selalu nimbrung Bersama teman-temannya disini sebelum jam kerja dimulai. Lebih tepatnya sebelum Genta datang, pastinya ia akan sendiri di ruangan jadi lebih baik tertawa dengan teman-teman lainnya.

Tak lupa menggoda fans sahabatnya adalah kegiatannya berhari-hari yang tak pernah bosan. Zeta mulai malas jika Dicky sudah berjalan menuju kearahnya ia pun memasang muka masam. Bukannya mengurungkan niat justru Dicky tersenyum.

“Widih nggak ada Genta aja lo galak bener sama gue!” Ucap Dicky duduk di meja kerja Zeta.

Zeta meliriknya dengan tajam, sejak pertama kali masuk kerja Zeta sudah mengetahui jika lelaki ini lumayan tengil dan playboy, ceweknya dimana-mana bung.

“Nggak usah banyak ngomong deh Bang Dicky, cepet bayar kopi yang kemarin sekaligus sama punya Bang Genta!” Ucap Zeta galak membuat Dicky mau tidak mau mengeluarkan dompetnya karena semua mata tengah memandangnya.

“Nih! Gue bayar! Punya Genta minta sendiri sonoh!” Ucap Dicky menyodorkan uangnya yang langsung diterima Zeta. Zeta tersenyum dalam hatinya jika harus menambah kenangan Bersama Genta adalah keberuntungan dan kesempatan yang tidak akan ia lewatkan.

Dicky tidak bisa melihat raut wajah Zeta yang perempuan itu sembunyikan pasalnya raut wajahnya tetap. Perempuan itu memasang wajah garang special untuk Dicky, gara-gara lelaki ini Genta mengetahui perasaan Arzeta kepadanya membuat hubungan keduanya sebaga senior dan junior hilang dalam sekejap. Kini tatapan hangat telah berubah menjadi tatapan tajam, dingin dan begitu menusuk siapapun. Ah tidak lebih tepatnya hanya berlaku pada Arzeta.

Genta melintas di depan kantor menatap tajam langsung lurus pada Arzeta, Arzeta terpaku di tempat. Begitu lelaki itu lewat, Arzeta beranjak berdiri.

“Gue beli kopi sekarang yah!” Ucap Arzeta kemudian bergegas pergi semua rekan kerjanya sudah hafal, Genta yang melintas adalah sebagai alarm untuk membeli kopi.

Arzeta sedikit berlari untuk mensejajarkan langkah kaki kecilnya dengan langkah lebar Genta. Genta tidak bergeming ia tahu siapa yang sedang berjalan bersamanya. Siapa lagi jika bukan perempuan yang selalu ingin ia hindari itu.

“Bang Genta mau titip kopi nggak?” Tanya Arzeta dengan ucapan yang lembut.

“Nggak!” Ucap Genta pendek tapi Zeta tidak menyerah. Seolah mereka sedang mengulang percakapan yang sama setiap harinya. Penolakan yang sama namun tak berhasil menggertak langkahnya untuk mundur mengejar lelaki dingin seperti Genta.

“Kalau gitu, Zeta minta uang kopi kemarin!” Ucap Zeta dengan senyum manisnya bukannya terpesona Genta justru semakin terpancing emosinya.

“Nih! “ Ucap Genta yang sudah sampai di ruangan dan Zeta masih membuntutinya. Lelaki itu mengeluarkan uang selembar dan sedikit melempar sayangnya uang kertas itu jatuh dan terkesan dibuang,  dari mata Genta terlihat jika lelaki itu sedikit tersentak dengan tingkahnya sendiri.

Zeta pun dengan singgap berjongkok mengambil uang yang jatuh itu kemudian berdiri dengan senyumannya yang tetap utuh, begitu tulus dan manis. Sayangnya Genta tidak melihatnya, kebenciannya akan kehadiran Arzeta dalam hidupnya sudah menyelimuti hati nuraninya terlebih dahulu.

“Lo tuh nggak tahu malu ya Ta! Gue nggak pernah minta dibeliin sekarang elo minta ganti uang.” Hardik Genta dengan ucapan pedasnya membuat Zeta menunduk, entah mengapa ada nyeri di dadanya yang ia rasakan tiba-tiba.

Zeta pun mengembalikan uang Genta, meletakkan uang itu di atas meja kerja Genta yang sudah berapi-api menatap perempuan yang mengalihkan pandangan darinya.

“Yaelah, Zeta cuman bercanda lagi!” Ucap Zeta dengan senyumannya seolah ia tidak menyadari situasi yang sedang memanas di antara keduanya.

Genta hanya tertawa sinis membuat Zeta mengerutkan keningnya mencoba mencari tahu apa yang sedang difikirkan lelaki itu sebenarnya.

“Kenapa Bang?” Tanya Zeta dengan senyumannya. Zeta yang berada di hadapan Genta bukan Zeta yang sebenarnya, Zeta adalah perempuan yang pendiam, dingin dan irit berbicara tetapi di depan Genta ia justru terlihat dengan seorang perempuan yang humble dan penuh dengan keceriaan dalam dirinya.

“Percuma gue debat sama cewek bodoh kayak elo! Nggak bakal ngerti udah!” Ucap Genta dengan sinis memandang Arzeta dari atas sampai bawah terlihat menyepelekan sekali.

Arzeta mematung mendengar ucapan Genta, ia sedikit tersinggung dengan sikap yang ia tunjukan kepada Genta semata-mata untuk menarik Genta rupanya justru menyakitinya sendiri.

“Udah buruan pergi sana! Muak gue lihat elo!” Usir Genta membuat Zeta terperanjat kemudian tersenyum dan bergegas pergi keluar ruangan.

Siapa bilang dia tidak paham, kata pedas dari mulut Genta benar-benar menyiksanya. Ia mengusap air mata yang hamper keluar takut jika ada orang yang melihatnya.

Memang benar “ jadi diri sendiri itu lebih baik dari pada mencoba jadi orang lain justru mendatangkan luka”.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Menaklukan Hati Pria Dingin   Sembilan

    “Ira!” Panggil Zeta dengan suara yang sedikit bervolume dibandingkan sebelumnya. Membuat sag pemilik nama Ira menghentikan motornya yang baru saja ia akan menancap gas.“Ini, lupa kan?” Tanya Zeta menyodorkan sebuah kotak bekal yang rupanya berisikan bolu yang ditawarkan.“Oh iya lupa Ta!” Ucap Ira dengan senyumannya kemudian menerima kotak bekal dari sahabatnya itu.Setelah Ira pergi Zeta masuk ke kantor, kebetulan sekali ia bertemu dengan Genta yang baru saja tiba di parkiran. Zeta tersenyum meski tak terbalas kemudian menghampiri Genta yang sengaja tidak peduli dengan kedatangan perempuan yang kini sudah berdiri disampingnya.“Ada apa?” Tanya Genta galak padahal Zeta belum mengatakan sepatah kata pun.“Kebetulan Bang Genta disini. Mau ngasih bolu bikinan Mamah aku nih.” Ucap Zeta menyodorkan sebuah kotak.Bukannya segera menerima, Genta memandang kotak berwarna biru itu dan Arzeta secara bergantian. Sedangkan Zeta masih setia memegang kotaknya dan tak lupa senyuman tulusnya yang se

  • Menaklukan Hati Pria Dingin   Delapan

    Hari masih sedikit gelap, sang mentari belum juga menampakkan diri pasanya. Sedangkan perempuan yang tengah memeluk dirinya sendiri dengan selimut itu sedikit terusik tidurnya karena mendengar kebisingan diluar kamarnya. Ia memaksa dirinya untuk membuka matanya. Merenggangkan sedikit ototnya, tidak seperti biasanya ia bangun sebelum sang mentari terbit.“Mah…” Panggil Arzeta yang perlahan membuka pintunya dengan mata setengah terpejam.“Mamah ganggu ya Ta!” Ucap Mila yang langsung menoleh ke belakang menghentikan sejenak aktivitasnya yang rupanya sedang memasak sebuah bolu.“Ada pesenan ya Mah?” Tanya Zeta seraya mengusap pelan matanya.“Iya, cuman sedikit sih!” Jawab Mila terus melanjutkan acara potong memotong bolu yang baru saja ia diamkan setelah dimasak di oven.Zeta mencuci muka dan tangannya, mengikat rambutnya asal dan bergegas mendekat pada sang ibundanya guna bisa sedikit membantu pekerjaan sampingan ibunya. Mila hanya tersenyum kepada Zeta yang selalu siaga tanpa ia minta t

  • Menaklukan Hati Pria Dingin   Tujuh

    Hujan deras yang mengguyur kota tidak mengindahkan kedua insan yang dalam perjalanan pulang, hujan yang cukup dalam beberapa detik membuat baju basah tak mengurungkan niat Genta untuk segera pulang. Dia bahkan mengabaikan soal Arzeta yang tidak membawa mantol. Jadilah perempuan yang berada di jok belakangnya basah kuyup.Arzeta beberapa kali menutup matanya begitu air hujan beserta angin menimpa matanya beberapa kali. Jika tidak terpejam mungkin air akan masuk dan akan terasa sakit. Ia terus merutuki dirinya dalam perjalanan pulang. Bagaimana bisa ia memaksakan diri untuk ikut pulang meski tidak memakai mantol. Lihat sekarang, hujan deras sampai rupa dan kondisi Arzeta tidak berbentuk pun lelaki di depannya tidak peduli. Sungguh malang nasibmu nak!Perlahan motor menepi begitu sampai di seberang kontrakan Arzeta, biasanya Arzeta akan berlama-lama tapi tidak untuk sekarang.“Makasih Bang!” Ucapnya kemudian bergegas berlari menyeberang begitu tidak ada kendaraan disana.Ia bahkan tidak

  • Menaklukan Hati Pria Dingin   Enam

    Cuaca siang hari begitu panas namun tiba-tiba begitu menjelang sore langit mendadak gelap dipenuhi dengan awan hitam. Tidak hanya Zeta yang merasakan hawa dingin mulai melanda ruangan, banyak karyawan lainnya berdoa agar tidak hujan saat jam pulang nanti. Zeta justru mencemaskan ibunya yang sekarang mungkin sudah perjalanan pulang.Zeta : Mamah sudah sampai?Zeta meletakkan ponselnya dan kembali menatap data yang ada di monitor sambil menunggu balasan dari ibunya. Lagi pula jika hujan pun ia juga bingung bagaimana cara pulang sedangkan ia tidak punya mantol.Mamah : sudah, ini baru saja gerimis. Zeta menghela nafas, ia lega tidak perlu mencemaskan ibunya kehujanan. Sekarang saatnya ia memikirkan bagaimana ia pulang nanti jika hujan deras. Dulu awal masuk kerja mungkin Ira sahabatnya setia menjemputnya namun sekarang keduanya hanya bisa Bersama ketika berangkat saja karena Ira selalu lembur.“Ta! Mau bikin teh anget nggak?” Tanya Salsa tiba-tiba saja muncul disamping Arzeta.“Lo mau

  • Menaklukan Hati Pria Dingin   Lima

    “Pagi !” Sapa seorang perempuan yang baru sampai menyapa teman-teman satu kantornya mereka tersenyum pada Zeta.“Ta hari ini gue gak titip kopi dulu deh!” Celetuk seseorang dari belakang yang langsung dibalas anggukan Zeta.“Kenapa lo? Tumben bener!” Tanya Dicky pada lelaki yang berkutik dengan ponselnya.“Gue habis dari rumah mertua gue, kebetulan dibawain kopi.” Ucap lelaki itu memperlihatkan botol termosnya membuat Dicky mengangguk paham.Dicky, yang berbeda kantor itu selalu nimbrung Bersama teman-temannya disini sebelum jam kerja dimulai. Lebih tepatnya sebelum Genta datang, pastinya ia akan sendiri di ruangan jadi lebih baik tertawa dengan teman-teman lainnya.Tak lupa menggoda fans sahabatnya adalah kegiatannya berhari-hari yang tak pernah bosan. Zeta mulai malas jika Dicky sudah berjalan menuju kearahnya ia pun memasang muka masam. Bukannya mengurungkan niat justru Dicky tersenyum.“Widih nggak ada Genta aja lo galak bener sama gue!” Ucap Dicky duduk di meja kerja Zeta.Zeta m

  • Menaklukan Hati Pria Dingin   Empat

    Sebuah motor yang tadinya melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menepi setelah menyalakan lampu sen kirinya. Sang pengemudi tidak sendiri, ada sosok perempuan yang duduk di jok belakangnya. Raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya setiap kali laki-laki itu mengantarnya pulang. Ia turun, tadinya ia masih tersenyum begitu menatap mata elang lelaki itu, senyumnya luntur begitu saja.“Terima…”Ucapannya terpotong karena lelaki itu langsung menancap gas begitu memastikan jika perempuan yang ia antar sudah turun. Arzeta hanya tersenyum masam menatap kepergian Genta, lelaki itu sengaja segera pergi.“Kasih…” Lanjut Arzeta melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong.Arzeta melangkahkan kakinya menuju rumah kontrakannya, baru saja ia membuka pintu sudah dikejutkan dengan ibunya yang sudah berdiri di ambang pintu, melihat anaknya yang sedikit tersentak kebelakang ibunya hanya tersenyum tanpa dosa.“Tadi siapa Ta?” Tanya Mila yang rupanya sejak tadi melihat interaksi antara Gen

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status