Ethan melirik Crystal yang lagi-lagi tampak merenung.
"Sebenarnya kau sedang memikirkan apa?" tanya Ethan.Dia sungguh tak terbiasa melihat Crystal yang seperti ini. Di matanya, Crystal harusnya tidak seperti ini. Bukankah wanita itu biasanya cerewet."Ethan ... " panggil Crystal.Ethan menunggu wanitanya itu bersuara. Namun lagi-lagi wanita itu hanya menghela napas, dan membuang napas. Lalu tak jadi mengatakan apa yang ingin dikatakannya.Sejak tadi siang mereka pulang dari pernikahan Christina, Crystal lebih banyak diam dan merenung. Sungguh tak asyik sama sekali melihat istrinya ini begini. Ethan merasa seperti sedang bersama orang lain. Lagi pula dia sedang tidak ke kasino hari ini. Dan hanya begini saja yang dia dapat di rumah?"Ethan," panggil Crystal lagi.Kali ini Ethan yang mendengus kasar."Ya. Kalau kau mau bicara, bicara saja Crys. Jangan membuatku kesal!" omel Ethan yang sepertinya sudah tidak tahan"Kau yakin tidak akan menyesali keputusanmu ini, Julia?" tanya Alfonso pada Julia, partner barunya yang berharga.Bagaimana tidak berharga, Julia adalah orang kepercayaan Capo dei Capi yang akhirnya termakan bujuk rayunya. Wanita itu pada akhirnya sepakat untuk menjual kesetiannya terhadap Ethan dan bersedia bergabung dengan kelompoknya, The Monster."Aku tidak akan menyesal terhadap keputusan apa pun yang sudah kubuat," jawab Julia datar.Mendengar jawaban dari gadis itu, Alfonso menjadi terkekeh dibuatnya. Sungguh dia adalah playboy sejati. Paling tahu apa yang ada di dalam hati seorang wanita, meskipun orang itu adalah musuhnya sendiri.Semua berawal ketika Julia bertugas memberi makan orang-orang yang berada di Ventra Della Terra. Biasanya orang yang bertugas untuk memberikan pada para tahanan itu makanan adalah Giovanni dan juga Jorge. "Ju, aku mungkin akan pulang terlambat ke Nido. Harusnya pagi ini aku sudah kembali ke Palermo, tetapi oleh ibuku, aku belum diijinkan pulang
Malam sepertinya sudah tiba. Entah sudah jam berapa sekarang, tapi Isaac memperkirakan kalau ini sudah tengah malam. Pria itu masih mondar-mandir mencoba mencari jalan keluar agar ia bisa keluar dari tempat itu. "Frederick! Sudah berapa lama kau ada di tempat ini?" tanya pada Frederick yang berada di sel tak jauh dari tempatnya."Entahlah, aku bahkan tidak tahu apakah sudah siang atau malam di tempat ini. Cahaya benar-benar minim. Tapi kalau aku memperhatikan jadwal mereka memberi makan orang-orang di sini sepertinya aku di sini sudah tiga harian," kata Frederic."Aku sudah ada di sini beberapa hari sebelum Frederick datang. Uh, ternyata tempat ini benar-benar buruk. Capo benar-benar sadis untuk hal menghukum seseorang. Rasanya andai tak ada teman-teman lain yang ikut senasib di sini, sudah pasti tempat ini mampu membuat seseorang menjadi putus asa dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya," sambung Axton lagi.Sungguh mereka saat ini hanya bisa saling mendengar suara dari lawan bicara
"Oh, astaga! Jadi kita menangkap satu ekor lagi ikan kecil yang tak penting ini? Ckckck! Ini akan membuat tempat ini penuh. Kapan ikan besarnya akan datang ke sini dan kita tangkap?" tanya Alfonso pada Julia dengan nada tal sabar dan terkesan meremehkan."Kau harus sabar jika kau ingin memancingnya datang kemari. Ethan, tidak akan datang ke sini jika dia menganggap ini hanya masalah kecil. Maka kita harus membuat masalah ini besar dahulu agar dia mau datang ke sini tanpa terlalu banyak berpikir dan banyak pertimbangan. Katamu kau ingin membalas dendam padanya, kan?" jawab Julia"Ya, tentu saja! Bagaimana bisa aku melupakan perlakuannya padaku hingga dia bahkan menjebloskan aku di tempat ini. Aku pasti akan membalasnya lebih dari itu!" kata Alfonso.Isaac termangu melihat pemandangan yang berada di hadapannya ini. Tampak Julia dan Alfonso sedang membahas sesuatu yang Isaac dapat simpulkan secara cepat kalau mereka bermaksud menjebak Ethan untuk datang kemari."Julia, katakan padaku ad
"Ya, hallo ....""Capo, ini aku, Capo! Ini aku ..." Terdengar suara gemetar setengah berbisik seseorang di telepon.Ethan mengernyitkan keningnya sesaat, sebelum ia menyahuti orang yang berada di ujung telepon itu."Kau? Isaac?" tebak Ethan.Bukannya dia tidak familiar mendengar suara salah satu member Aquila Nera itu. Hanya saja di telinganya saat ini terdengar janggal ketika mendengar suara Isaac yang berbisik seolah takut ketahuan oleh seseorang."Isaac, kau ada di mana?" tanya Ethan ikut berbisik. Ia seakan takut pada kalau suaranya akan memperburuk situasi tak menguntungkan apa pun yang sedang dialami oleh Isaac saat ini. Apa pun itu, Ethan bisa merasakan kalau anak buahnya itu sedang tidak baik-baik saja saat ini."Capo ...." Terdengar suara nafas memburu di telepon. "Ya, apa yang terjadi di sana, Isaac. Kenapa kau tidak terdengar kabarnya dari kemarin. Apa kau baik-baik saja?" tanya Ethan."Capo, situasi di sini sangat berbahaya ... aku ... aku ...." Isaac berusaha mengatu
Benigno membanting pintu mobil begitu mereka tiba di kediamannya. Ia masih saja kesal karena merasa dibodohi oleh putrinya sendiri. "Sayang, Ben!" panggil Arabella, wanita yang telah menjadi istrinya itu.Benigno tidak menghiraukan. Begitu ia sampai di depan pintu, pria itu pun dengan kasar menggedor pintu padahal Bertha dari belakang sudah berjalan dengan tergopoh-gopoh membukakan pintu untuk majikannya itu."Kau lama sekali? Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di dalam sana?!" kata Benigno dengan penuh amarah."Ma-maafkan aku, Tuan. Sungguh aku tidak bermaksud lama," sahut Bertha."Aaah ... kau terlalu banyak alasan. Bertha, anak sialan itu menginginkan kau ikut dengannya. Sekarang aku memberimu pilihan, silahkan kau ikut dengannya, atau kau masih ingin di sini? Hanya saja begitu kau sudah bersama dengannya itu artinya nasib baikmu sudah bukan urusanku lagi! Kau mungkin bisa saja lebih sial dan keluar dari zona nyamanmu!" kata Benigno yang tidak begitu dimengerti oleh Bertha ap
"Bertha?" gumam Benigno.Crystal menganggukkan kepalanya yakin. Jangan bilang kalau Benigno bahkan tidak bisa memberikan Bertha padanya hanya karena pria itu tidak ingin membuat hidup anaknya lebih mudah.Benigno memicingkan matanya mendengar permintaan putrinya itu. Dia mengerti kalau Crystal mungkin merasa cocok dan juga merasa aman jika berita bekerja dengannya dibandingkan jika harus mencari orang baru yang dia tidak begitu kenal untuk mengurusi segala keperluan dan pekerjaan rumah tangganya. Namun sebenarnya bagi Benigno pun, Bertha juga bukan asisten rumah tangga biasa.Bertha juga merupakan seseorang yang penting baginya. Bukan karena seperti ocehan Crystal yang mengada-ada itu mengibaratkan Benigno menikah dengan Bertha, melainkan karena Bertha merupakan pelayan setianya. Wanita itu telah bekerja selama belasan tahun dengannya. Tentu untuk standar orang-orang yang bekerja pada Benigno, meskipun itu hanya sebagai asisten rumah tangga biasa, namun kesetiaan sangatlah penting.
"Kau baik-baik saja?" tanya Ethan.Kini mereka sudah berada di ruang perawatan tempat di mana Crystal akan dirawat secara intensif beberapa hari kedepan."Hum," jawab wanita itu singkat.Dia telah mendengar bagaimana kondisinya saat ini. Dan itu membuat dia harus berhati-hati untuk melakukan sesuatu baik itu secara fisik maupun emosional."Ehemm! Sebaiknya kami pulang sekarang," kata Benigno sambil berdehem. Bagaimana pun Benigno cukup canggung berhadapan dengan putrinya, setelah pertengkaran mereka tadi yang berujung dengan harus diopname-nya Crystal di rumah sakit ini.Crystal memutar bola matanya dengan malas. Tak menjawab ia malah membuang muka jauh-jauh dari ayahnya. Arabella yang melihat itu segera mendekat ke ranjang di mana Crystal berbaring."Crys, aku ikut prihatin atas apa yang menimpamu hari ini," katanya dengan sungguh-sungguh."Haiss! Pergilah, Sialan! Jangan berbasa-basi denganku!" umpat Crystal.Arabella menghela napas panjang. Padahal dia benar-benar tulus merasa pri
Akhirnya Crystal dibawa masuk kembali oleh Ethan ke gedung rumah sakit San't Anastasya setelah Arabella menawarkan diri untuk mengamankan Clarissa. Maka di sinilah mereka saat ini. Di ruang prakter dr. Camora.Dokter itu begitu terkejut melihat Crystal di bawa kembali ke tempatnya."Ya Tuhan, Crystal! Ada apa ini?" pekik dr. Camora ketika ia melihat Ethan menggendong ibu satu anak itu dengan kondisi yang berlumur darah di bagian bawah tubuhnya."Tolong, tolong aku, Dokter!" rengek Crystal."Tolong istri saya, Dokter. Dia terjatuh, lalu terjadi pendarahan," kata Ethan menjelaskan. Sebisa mungkin Ethan menutupi rasa paniknya agar Crystal tidak terpengaruh dan bertambah panik."Tenang, tenangkan dirimu dulu, Crys," kata dr. Camora berusaha menetralisir suasana agar Crystal tidak berpikir buruk tentang kondisinya.Lalu dokter kandungan itu pun berpaling lagi pada Ethan yang masih menggendong Crystal itu."Tuan Ethan, sepertinya kita bawa istrimu ke IGD saja," katanya kemudian.Ethan berp
Awalnya Crystal hanya melihat ayah dan suaminya sedang berbincang di bawah pohon akasia di area yang cukup jauh dari mobil mereka berada. Semua tadinya baik-baik saja. Benigno dan Ethan tampak berbincang serius dengan posisi saling berdiri bersampingan walaupun antara kedua pria itu sering melempar wajah sinis dan tawa menyeringai. Namun semua berubah ketika Ethan seperti ingin mengakhiri pembicaraan dan berbalik badan. Entah apa yang dikatakan oleh ayahnya sehingga Ethan memutuskan untuk tidak jadi pergi dan mengatakan sesuatu pada Benigno yang tak bisa Crystal dengar dari mobil tempat ia dan Clarissa berada.BUGGHH!!!"Ethaaann!!" pekik Crystal dari dalam mobil tatkala ia melihat ayahnya memukul Ethan tepat di rahangnya.Refleks wanita itu membuka pintu mobil dan melompat ke luar bahkan ia ingat lagi untuk memberi peringatan agar tidak kemana-mana pada Clarissa."Ayah!!" jerit Crystal setengah berlari.Benigno tak menghiraukan jeritan Crystal itu. Ia masih saja geram pada pria ber