Kenichi berjalan diringi oleh Michio, Akira, Arata, Daiki dan sepuluh orang anak buahnya yang memakai setelan jas warna hitam di kawasan Kabukicho. Mereka mengeluarkan pistol dan menggenggam erat sambil tetap berjalan.
Kenichi berjalan memasuki sebuah daerah kecil yang berada di Kabukicho, daerah tersebut begitu sunyi jika siang hari karena tempat itu adalah tempat prostitusi dan hanya beraktivitas di malam hari.
Door!!
Door!!Door!!Tiga laki-laki yang berjaga di depan gedung terkejut merasakan dada mereka dimasuki timah panas tanpa bisa mereka balas, beberapa detik kemudian mereka berjatuhan di lantai.
“Intrograsi semua anak buah Mark, jika tidak berguna. Bunuh mereka semua” perintah Kenichi dengan suara dingin.
“Baik kumicho” ujar mereka serempak.
Beberapa anak buah Kenichi mengikuti Daiki dan Arata dan beberapa lainn
“Kondisi nona Shinoda sangat memprihatinkan, jiwanya terguncang hebat. Saat ini nona Shinoda bahkan tidak akan mengenal orang di sekelilingnya” jelas Dokter.“Kami menemukan zat pripradol dari muntahan nona Shinoda” ujar Dokter laki-laki berkacamata tersebut.Kenichi diam mendengarkan. Giginya gemerutuk menahan emosi yang membara dalam dirinya.“Pripradol akan membuat penggunanya menjadi banyak berbicara karena korban mengalami dorongan untuk terus berbicara. Tapi efek sampingnya dapat merusak otak” jelas Dokter kembali.“Apa bisa disembuhkan sensei?” tanya Kenichi dengan tangan terkepal.“Tentu bisa walaupun membutuhkan waktu yang lama, nona Shinoda tidak terlalu lama mengkomsumsi obat tersebut bukan?” tanya dokter.Kenichi menganggukkan kepalanya.“Kita akan berusaha men
Seika menoleh ke arah Michio yang menatap ke depan dengan tatapan menerawang.“Michio?” panggil Seika.Michio tersadar dari lamunan dan menoleh ke arah Seika.“Mengapa kau menangis?” tanya Seika sambil memegang wajah Michio yang basah karena aliran airmata.Michio terkejut lalu memegang wajahnya dan melihat airmata yang ada di tangannya.“Mataku masuk debu anee-san” jelas Michio seraya menghapus airmata diwajahnya. ia tersenyum menyengir.“Anee-san?” tanya Seika bingung.“Mak.. Maksudku onee-san” jelas Michio gugup.Seika menganggukkan kepalanya walaupun masih penasaran dengan panggilan pemuda itu barusan.“Kalian sudah lama menungguku?” tanya Shigeo yang berjalan menghampiri Seika dan Michio.Seika tersenyum senang,
"KEN!!!" teriak Seika frustasi, airmatanya mengalir tanpa bisa cegah. Ia sangat bingung dengan suasana hatinya yang sangat berantakan yang ada di pikirannya sekarang ini adalah menangkap laki-laki yang tampak sangat familiar baginya. Seperti orang yang sangat penting dalam kehidupannya. Kenichi menghentikan larinya sejenak, terkejut dengan panggilan Seika. Apa Seika mulai mengingatnya? Tidak. Itu tidak akan terjadi. aku tidak ingin Seika kembali menderita karena mengingat penyiksaan yang Mark lakukan kepadanya, ucap Kenichi dalam hati. Ia kembali berlari kemudian menyeberang jalan setapak, beberapa detik setelah Kenichi menyeberang lampu lalu lintas khusus pejalan kaki berubah menjadi merah. Seika menghentikan langkahnya, ia terisak pelan. Ia tidak mendapati lagi bayangan Kenichi. Tanpa sadar Seika menangis, ia tidak memperdulikan tatapan bingung orang-orang
Seika tersenyum kepada seorang pria paruh baya yang masuk ke dalam ruangannya. “Ada yang bisa saya bantu ojii-san?”. “Sudah dua hari ini saya mengalami gangguan percernaan sensei” Jawab sang kakek. Seika masih mendengarkan penjelasan dari sang kakek. “Saya susah buang air besar dan kadang kadang susah bernapas, detakan jantung saya pun kadang berdetak kuat, tolong periksa kondisi saya sensei” Pinta sang kakek. Seika mengangguk mengerti lalu melepaskan sarung tangannya untuk memeriksa nadi sang kakek. Sebelum melakukannya ia menghela napas panjang seraya mempersiapkan mentalnya untuk kejadian yang akan masuk ke dalam kepalanya. Seika mulai menekan daerah yang berdekatan dengan ibu jari untuk merasakan denyut nadi sang kakeknya, beberapa detik kemudian ia mengerutkan keningnya lalu menatap sang kakek yang juga menatapnya. Tidak ada satu bayangan masa
Seika menatap ke sekeliling daerah Kabukicho yang tampak tidak terlalu ramai karena secara harfiah daerah Kabukicho hanya ramai pada malam hari. Kabukicho dikenal juga dengan istilah red light district karena menjadi salah satu tempat prostitusi terbesar yang terkenal di Jepang. Seika sengaja cuti kerja dan meminta dokter yang berada di klinik lain untuk menggantikannya, ia bahkan memohon untuk itu karena ada hal yang sangat mendesak yang ingin ia kerjakan. Wanita itu harus tau mengapa Michio memanggilnya anee-san dan siapa kumicho-san yang adiknya bicarakan di telepon. Seika mengepal tangan dengan semangat. Hari ini aku akan menemukan keganjilan itu. Maafkan aku Michio karena meragukanmu, Ucap Seika dalam hati. “Sial, aku tidak tahu dimana sebenarnya Michio akan bertemu dengan orang itu” gumam Seika kesal. Wanita itu berdiri di depan sebua
Kenichi memeriksa berkas-berkas di ruang kerjanya, matanya memang memandang berkas tersebut namun tidak dengan fokusnya, pikirannya masih tersita dengan pertemuannya dengan Seika. Kenichi sangat senang bertemu dengan Seika hari ini, dapat berbicara dengan gadis yang sangat ia cintai dan rasa senangnya di iringi oleh rasa kesedihan. Tentu saja ia sedih jika gadis yang paling ia puja tidak mengingatnya. Namun walaupun begitu ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Seika. “Kumicho” panggil Daiki. Lamunan Kenichi buyar, ia menoleh ke arah Daiki. “Ada apa?”. Daiki bertingkah serba salah, raut wajahnya ingin mengatakan sesuatu namun pikirannya mencoba menahannya sekuat tenaga. “Jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja” Ucap Kenichi memberi pengertian. “Itu.. berkasnya” Bisik Daiki. Kenichi menaikka
“Ittadakimasu” Ucap Kenichi lalu diikuti oleh anak buahnya. Kenichi dan anak buahnya makan dengan tenang, suasana di ruangan washitsu lebih sunyi karena tidak ada Michio yang menghangatkan suasana atau pun Seika yang mengajak bicara para anak buah Kenichi yang akhirnya membuat laki-laki itu cemburu dan mereka bertengkar sejenak. Kenichi teringat dengan suasana ketika Seika masih duduk disampingnya, ia tersenyum pelan. Ia sangat merindukan saat-saat bahagia tersebut.Akira mengeluarkan handphone dari saku celananya dan membalik badan untuk mengangkat telepon, beberapa saat ia berbicara lalu menutup teleponnya. “Kumicho-san” panggil Akira. Kenichi menoleh. “Anee-san ada di daerah Ikuta Road, sepertinya dia mencari anda” lapor Akira. Kenichi memejamkan mata sejenak. Ia telah memerintahkan seorang anak buahnya untuk terus mengawasi Seika, ia
Seika melihat kertas berisi alamat dan memandang pintu pagar yang tertutup, wanita itu melihat nama yang tertempel di kayu memanjang ke bawah bertuliskan ‘Yamaguchi-gumi’. “Ya. Alamatnya benar seperti yang Michio berikan” gumam Seika. Beberapa detik kemudian pintu di buka dari dalam dan tampak dua orang laki-laki memakai setelan jas menyambutnya. Mereka adalah Kenzo dan Botan. Botan tampak terkejut dengan kehadiran Seika, ia membungkukkan badannya. “An...” Sapaan Botan terputus ketika Kenzo memukul kepala laki-laki bertubuh buntal itu. Seika terkejut melihat adegan tidak terduga tersebut. “Anda mencari siapa nona?” tanya Kenzo dengan wajah tenang namun suara laki-laki itu sedikit bergetar. Seika terdiam sejenak, ia merasa familiar dengan kedua laki-laki di depannya. “Aku mencari Kenichi-san”. Kenzo memasang wajah ceria agar terlihat ramah namun wajahnya yang tegang dan keningnya yang mengernyit masalah terlihat seba