Share

Bab 10

Author: Naiynana
last update Last Updated: 2025-10-10 12:51:21

Sejak Hamish memberinya satu set alat gambar untuk membuat desain, Kalea kembali mengurus meja makan untuk Hamish.

Gadis itu juga sudah tak pernah murung lagi. Lebih sering tersenyum dan bertingkah ceria. Ia juga mulai senang tertawa saat berkumpul dengan pekerja yang lain.

“Apa … Tuan sudah memutuskan?” tanya Jordi pada Hamish yang sedang duduk santai di balkon lantai dua yang menghadap ke halaman belakang.

Sudah setengah jam Hamish duduk diam di sana dengan mata tak putus memperhatikan ke para pekerjanya yang sedang merapikan rumpun-rumpun bunga. Di sana, ada May, Diana, Kalea, dan dua orang tukang kebun. Mereka sedang gotong royong sambil bersenda gurau.

“Memutuskan apa?” tanya Hamish tanpa menoleh. Matanya kini mengekori Kalea yang berlari gara-gara melihat seekor ulat bulu.

“Bukankah Tuan memperhatikan Kalea? Apakah Tuan akan menjadikannya salah satu wanita Tuan?”

Hamish sontak menegakkan tubuh, lalu menoleh tajam.

“Sejak kapan mulutmu selancang itu, Jordi?”

“Maaf, Tuan.” Jordi menunduk dalam-dalam.

“Bersihkan pikiranmu. Aku tidak sedang memperhatikan dia. Aku hanya mencari angin.” Suara Hamish mengeras, membuat Jordi buru-buru kembali minta maaf.

“Oh, iya, Tuan. Tentang undangan Mr. Bai bermain golf—”

“Bilang saja aku ada acara. Atau kau bisa cari alasan apa pun. Aku malas. Aku sedang ingin di rumah.”

Jordi mengangguk, meski sebenarnya dia heran. Akhir-akhir ini, tuannya itu lebih senang tak ke mana-mana. Bahkan hampir setiap hari, Hamish selalu mengusahakan pulang cepat agar bisa makan malam di rumah.

Pandangan Jordi pun beralih pada sosok Kalea yang kembali menjadi tujuan pandangan Hamish. Dalam hati, pria itu menghela napas. Andai tuannya itu jujur dan sungguh menjadikan Kalea wanitanya, bukankah semua ini akan lebih sederhana?

“Lagi pula, kalau terus menahan diri, akan ada saatnya perasaan itu akan meledak … dan itu tidak selalu diakhiri dengan hal baik,” gumam Jordi dengan ekspresi khawatir.

***

“Halo, Nona. Bagaimana kesehatanmu sekarang?” Stephen yang sedang datang berkunjung ke rumah Hamish menyapa Kalea. Pria bermata sipit dengan kacamata perseginya itu menatap Kalea yang sedang menyajikan teh untuknya.

“Berkat dokter, saya sudah jauh lebih baik. Terima kasih banyak,” jawab Kalea sambil tersenyum manis.

Hamish yang bersedekap langsung menukas, “Kamu hanya berterima kasih padanya? Padahal aku yang membayar jasanya.” 

Kalea terperangah. “Mmm… saya sudah berterima kasih pada Tuan, malam itu.”

“Malam itu kamu hanya berterima kasih karena aku memberimu pakaian.”

Kalea menganga. Tak mengira Hamish sangat mendetail dan tukang ungkit.

“Astaga! Kamu perhitungan sekali, Bro!” Stephen tergelak.

Kalea terpaksa merunduk, setengah bercanda berkata, “Terima kasih, Tuanku yang baik hati.”

Hamish berdecak tak puas.

“Ucapan terima kasihmu tidak tulus. Pada dia kamu tersenyum, padaku wajahmu cemberut.”

Kalea menggigit bibir. Baru tahu jika majikannya bisa serewel itu untuk masalah sepele.

Kemudian, dia pun tersenyum lebar. “Terima kasih, Tuanku yang baik hati.” Ia bahkan membuat tanda hati dengan jarinya.

Hamish berdehem. Wajahnya tetap datar tak berekspresi, tetapi rahang dan sudut bibirnya jelas berkedut-kedut—Puas.

“Pergilah!”

Kalea mengangguk, lalu segera undur diri.

Stephen menatap Kalea tak putus sampai kepalanya berputar.

“Jaga matamu!” tegur Hamish. Stephen pun tertawa.

“Sekarang seleramu berubah jauh, Bro?”

Hamish mengerutkan dahi. “Maksudmu?”

Stephen mengedikkan kepala ke arah Kalea pergi. “Matamu tidak bisa berbohong. Kau terpikat pada gadis semuda itu, kan?”

Wajah Hamish mengeras. “Dia hanya pelayan.”

“Ya, ya. Terserah kau mau bicara apa, tapi kalau memang benar … itu artinya kau sudah sembuh.”

Hamish melotot. “Bahas lagi, dan aku tarik semua investasiku dari rumah sakitmu.”

Stephen tertawa, lalu mengangkat kedua tangan.

“Okeee! Oke! Aku hanya bercanda, Hamish! Santai sedikit!”

***

Entah sejak kapan Kalea jadi lebih betah di gudang daripada di kamar yang ditempatinya bersama Diana. Setiap sehabis bekerja, ia yang kini bertanggung jawab dengan gudang pasti akan menghabiskan waktu di sana.

Tempat itu hening dan berhadapan dengan kebun belakang yang penuh pepohonan. Hatinya terasa lebih tenang, ia pun bisa menggambar lebih baik dengan suasana yang mendukung.

Gudang seluas tiga kali tiga meter persegi itu hanya setengahnya yang terisi kotak-kotak besar yang berisi barang-barang tak terpakai. Semua ditumpuk rapi sampai ke langit-langit. Sedang sisanya, hanya ruang kosong dengan buffet kecil, meja single, serta dua kursi lipat.

Dan malam itu, ia yang sedang menunggu Hamish serta Stephen selesai makan malam, mampir ke sana untuk melepas penat. Membuka buku sketsa dan mulai menggambar apa yang terlintas di kepalanya.

Hari ini, semua pegawai Hamish menerima transferan uang gaji. Hanya dirinya saja yang tak dapat dan ia tak mempermasalahkan itu. Sudah selamat dari ayahnya dan bisa hidup tanpa kelaparan pun sudah merupakan sebuah berkat baginya.

Gadis itu bertopang dagu sejenak. Menatap lampu pijar kekuningan yang menggantung di langit-langit sambil merenungi jalan hidupnya.

“Tetap hidup sehari lagi dan sehari lagi sepertinya tak begitu buruk,” gumamnya, lalu kembali menggurat pensilnya di kertas sketsa. Hingga tak terasa rasa kantuk menyerang dan ia terkulai perlahan di atas lengannya.

Entah sudah berapa lama tertidur, Kalea tak tahu pasti. Andai tak karena tepukan lembut di bahunya, ia mungkin akan terus berkelana di alam mimpi. 

Gadis itu mengerjap dan samar-samar melihat seseorang berdiri di sisinya dengan sayup-sayup suara gemericik hujan sebagai latar.

“Sudah bangun?”

Kalea langsung segar seketika. Gadis itu duduk tegak dengan kepala mendongak. Suara itu … milik Hamish.

Matanya langsung membulat. Ia terperangah. “T-Tuan Hamish?”

Bagaimana mungkin pria itu ada di sini?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Loida Hursepuny
semakin ke sini tambah bgs ceritanya
goodnovel comment avatar
Asri Asri
Naaahhh kaaahhhh si babang tampan sudah mulai cemburu yaaa
goodnovel comment avatar
Ummu Kholifah
berapa lama kaela ketiduran di gudang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 91

    “Apa kita tak berpamitan dulu pada Pak Elias?” tanya Kalea. Ia menonton Hamish yang sedang menutup koper kecilnya di ambang pintu flatnya.“Buat apa? Tak perlu!” jawab Hamish pendek.“Dan aku tak ingin kamu berkomunikasi dengan pria tua itu! Kalau dia menghubungimu, bilang padaku! Aku harus tahu apa saja yang dia bicarakan denganmu. Jangan meladeninya! Dan jangan pernah mau diajak bertemu lagi. Kamu hanya boleh menemuinya jika bersamaku!”Kalea mengerjap, tetapi tak ada pilihan selain mengangguk.“Pria tua bangka itu malah mau jadi duda, lagi! Sialan!” Hamish mengerutu. Kesal dengan status yang akan disandang ayahnya. Tak dipungkiri jika dalam dadanya tersimpan was-was ayahnya akan menggatal pada Kalea.Tentu saja kekhawatirannya itu bukan tanpa alasan, pengalaman di masa lalu sudah memberikannya trauma mendalam.“Kamu yakin akan membiarkan dua temanmu itu ikut mengantar sampai ke bandara?” Hamish berbisik pada Kalea, lalu melirik ke belakang, ke dalam ruangan flat. Di sana, Ginna dan

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 90

    Hamish mondar-mandir gelisah di depan kamar mandi. Kalea lama sekali di dalam sana. Membuatnya benar-benar khawatir.Ia tak bisa masuk untuk melihat keadaan gadis itu karena pintu terkunci dari dalam.“Lea, lagi apa? Kamu kalau kesulitan tak apa minta tolong padaku. Aku mau bantu.” Hamish mengetuk lagi pintu kamar mandi.“Kamu sedang sakit, Lea. Kamu jangan malu.” Pria itu tak putus asa. Sesekali menempelkan telinganya ke daun pintu.“Aku janji akan menutup mataku. Aku bukan pria mesum, Lea. Aku hanya mencemaskanmu.”Di dalam, Kalea memang kesulitan. Mengandalkan satu tangan dan tangannya pun tersambung ke selang infus. Ia harus dengan sabar melakukan segalanya pelan-pelan dan bergantian.Saat gadis itu menyelesaikan urusannya, ia keluar dengan bagian depan piyama yang basah dan selang infus yang berdarah karena terlalu banyak bergerak.Hamish menghela napas melihat Kalea. Tetapi tak banyak bicara.Pria itu hanya memeluknya dan mengatakan semua akan baik-baik saja.“Aku sudah menyuruh

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 89

    Langit seakan langsung mendung kelabu saat dokter menyatakan bahwa tangan Kalea memerlukan pemulihan hingga satu sampai dua bulan untuk kembali ke kondisi semula. Ada bagian syaraf yang terkena ujung pisau yang membuat fleksibilitas jari-jari Kalea terganggu. Dan itu artinya, Kalea tak bisa menggambar hingga selama itu.“Bagaimana project tugas akhir saya?” Kalea menatap hampa ujung ranjang pasiennya. Padahal ia tengah semangat-semangatnya.Ia juga sudah merencanakan banyak hal termasuk menyelesaikan kuliah di tenggat waktu yang sudah dirancang sedemikian rupa dari jauh hari. Ia bahkan sudah membayangkan hari wisudanya.Dengan tangan seperti ini, bagaimana ia mengerjakan semua tugasnya dengan baik dan tepat waktu? Bisa-bisa ia tak bisa lulus tahun ini bersama Ginna dan Brady.“Masih ada waktu sedikit lagi sampai tenggat akhir biar bisa ikut wisuda tahun ini. Kalau pun memang tak bisa, tak apa, Lea. Kamu masih bisa ikut wisuda tahun depan. Tak perlu terburu-buru. Yang terpenting tangan

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 88

    Mendengar pertanyaan Kalea, Hamish hanya mendengkus, lalu mencubit pipi gadis itu.“Aku lupa kalau kau juga perempuan. Perempuan senang sekali validasi, kan?” ucapnya, lalu menyimpan mangkuk di tangannya ke nakas.Ia menatap lekat Kalea. Keduanya pun bertatapan.“Kamu ingin tahu?” tanyanya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu hingga hampir tak berjarak.Kalea sontak memundurkan kepalanya, tetapi dengan cepat tengkuknya ditahan oleh tangan Hamish.“Ya. Aku cemburu!” bisik pria itu dengan suara parau.“Cemburu sampai rasanya ingin kupatahkan tangan siapa saja yang berani mengusikmu. Cemburu hingga rasanya ingin kumusnahkan siapa saja yang berani menggodamu.”Kalea meremang. Matanya memejam dengan tubuh menegang. Embusan hangat napas Hamish membelai kulitnya dan ia bisa merasakan bibir lembut pria itu menyentuh ujung hidungnya.“Kamu … milikku. Hanya milikku,” bisiknya lagi dan perlahan bibirnya turun, mengecup ringan bibir Kalea yang mengatup erat.Hamish tersenyum, lalu mengec

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   bab 87

    Elias panik. Ia tahu betul tempramen anaknya. Memang, sebelas dua belas dengannya.Putranya yang pemarah itu tak ada bedanya dengan dirinya ketika muda. Mudah meledak dan tak segan melakukan apa pun untuk mencapai sesuatu.Dan ia yakin Hamish akan lebih parah lagi karena didorong rasa sakit dan dendam yang dipendam sejak lama.“Tidak, Hamish! Hentikan!” Elias segera mendekat dan mencekal lengan putranya. Ia pun menoleh pada Jordi, meminta pria itu untuk mencegah Hamish melakukan hal gila.Akan tetapi, Jordi hanya bisa menggeleng lemah. Suatu kemustahilan baginya meredam amarah Hamish jika sudah seperti itu. Yang ada, ia akan menjadi bagian dari kegilaan atasannya tersebut.“Jangan ikut campur! Perempuan itu sudah terlalu banyak berulah!” sergah Hamish.“Tidak! Tolong jangan main hakim sendiri! Ini urusanku. Bagimanapun dia masih istri sahku!”Hamish menoleh perlahan. Menatap Elias dengan api kebencian yang menyala.“Jika kau dan istrimu itu tak ingin kusentuh, tak bisakah kalian biark

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 86

    “Sabar dulu. Dengarkan dulu! Tak bisakah kamu atur sedikit emosimu yang meledak-ledak itu?” Elias berkata dengan tenang. Berusaha mendinginkan situasi.“Tidak! Aku tak bisa sabar jika itu menyangkut denganmu! Aku tak bisa menahan emosi jika itu ada sangkut pautnya denganmu!” balas Hamish dengan tajam.“Sekarang katakan! Kenapa Kalea sampai terluka? Kau apakan dia, hah?” Hamish benar-benar tak terkendali setiap bertatap muka dengan Elias. Dipaksa untuk tak emosi pun sangat sulit.Amarah yang sudah terlanjur tertimbun begitu lama membuatnya selalu ingin menyerang tiap kali melihat ayahnya dari dekat.“Tuan, tenang dulu. Lebih baik Anda lihat keadaan Nona Kalea dulu.” Jordi berusaha menengahi.Ia tak ingin ada pertumpahan darah lebih awal di rumah sakit.Hamish tersentak. Ia baru saja melupakan Kalea. Padahal ia begitu mencemaskannya dari sejak di perjalanan hingga sesak napas.Pria itu pun mendekati ranjang pasien dan Elias dengan cepat menyingkir. Tak ingin pergesekan mereka semakin me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status