共有

Bab 5. Percaya Pada Saya

作者: nanadvelyns
last update 最終更新日: 2025-11-26 16:54:24

Mendengar itu, Arthur tersenyum miring. Tampak mencemooh.

“Memangnya dirimu pikir kau siapa?” ucap Arthur, dingin dan menusuk. “Jangan terlalu tinggi menilai dirimu.”

Senyum Diana membeku sejenak. Ia memaksakan kembali senyum normalnya.

Seharusnya ia tidak terkejut. Sepengetahuannya dan semua orang di buku, “Diana” yang asli tidak paham soal medis sama sekali. Selain itu, dengan jaminan apa Arthur bisa memercayainya begitu saja?

Namun, sekarang, ia punya langkah yang jelas dalam misinya untuk mengambil hati sang pangeran.

Ia akan menyembuhkan Arthur.

Dengan begitu, Arthur akan memberinya pengakuan dan perlindungan. Baik itu  dari keluarga Sinclair ataupun dari kematian.

“Yang Mulia,” Diana mencoba lagi. “Jika Yang Mulia mengizinkan, saya bisa membuktikannya.”

Arthur akhirnya bertanya datar, “Apa yang bisa kau berikan jika gagal membuktikan kalimatmu?”

Diana tak ragu. Ia menatap Arthur lurus, mata birunya mantap, suaranya stabil.

“Nyawa saya.”

Arthur tidak bereaksi banyak. Namun, sepasang mata biru dingin itu sejenak tampak tidak percaya.

Hening sejenak. Namun Diana tetap memandang Arthur dengan tegas.

“Bagaimana, Yang Mulia–”

“Pergi.” Usai mengatakan itu, Arthur kembali berbalik dan melangkah menjauh. “Jangan sampai aku berubah pikiran untuk mengusirmu dengan caraku sendiri.”

“Yang Mulia, dengarkan saya terlebih dahulu–”

Ia belum sempat menyelesaikan kata-katanya ketika sesuatu berkilat di udara.

TRANG!

Sebuah belati kecil jatuh tepat di depan kakinya.

Diana tersentak, segera menoleh pada Arthur yang kini duduk tenang di kursinya, seolah melempar belati ke seorang wanita adalah hal wajar dilakukan sebelum sarapan.

“Apa jaminannya bahwa kau pihak yang bisa dipercaya?” tanya Arthur datar. “Nyawamu. Benar?”

Diana menatap belati itu dingin.

Dia ingin dirinya menumpahkan darah sebagai bukti kesetiaan? Pria ini… benar-benar antagonis tanpa hati.

Pelan, ia meraih belati itu. Kilat logamnya memantul di iris biru Diana.

Ia mengangkat wajah, menatap Arthur lurus. Tatapan mereka bertemu–dua mata biru yang sama tajam namun berbeda dunia.

“Jika aku menumpahkan darah sekarang,” ucap Diana tegar, “Yang Mulia benar-benar akan mempercayaiku?”

Arthur tidak menjawab.

Ia hanya menatap. Datarnya tatapan itu adalah jawaban ‘iya’ yang paling jelas.

Diana menarik napas panjang.

Ia melihat pergelangan tangannya sendiri, lalu melihat belati itu.

Beberapa tetes darah saja. Itu harga yang murah untuk memastikan dia tetap hidup di masa depan.

Ia mencengkeram gagang belati erat-erat.

Menutup mata.

Ujung belati mulai menyentuh kulit tipis di pergelangan tangannya.

Namun tepat saat bilah logam itu akan menekan lebih dalam—

TRANG!!!

Sebuah benda lain—logam juga—melayang entah dari mana dan menghantam belati itu dengan keras hingga senjata tersebut terpental dari tangan Diana.

Belati Diana jatuh menghantam lantai, memantul sebelum terguling dan berhenti beberapa jengkal darinya.

Diana terkejut, terdiam, dan matanya membesar.

Ditatapnya Arthur yang tampak tidak acuh, seolah Diana sama sekali tidak akan melakukan sesuatu untuk melukai dirinya sendiri.

Arthur memasukkan kedua tangannya ke balik jubah tipisnya yang basah, lalu berdiri tanpa menatapnya. 

“Aku tidak ada waktu,” ucapnya datar. “Lain kali saja.”

Tanpa menunggu respons, pria itu langsung melangkah keluar area pemandian, meninggalkan Diana mematung di tempat dengan ekspresi penuh tanda tanya. 

Diana mengedip beberapa kali, masih berusaha memahami apa sebenarnya yang terjadi barusan.

Dirinya disuruh membuktikan kesetiaan dengan darah, lalu pria itu pergi begitu saja?

Diana menggerutu dalam hati. Rasanya ingin sekali ia berteriak sepuasnya. 

“Sebenarnya apa yang pria itu inginkan?” gumamnya kesal. “Kenapa sifatnya buruk sekali?!”

Sayangnya, ia hanya bisa menghela napas panjang untuk membuang frustrasinya. 

Tubuhnya terasa panas oleh rasa kesal yang menumpuk, tetapi ia buru-buru menarik kedua sudut bibirnya ke atas, memaksa diri untuk kembali tersenyum. 

Mau tidak mau, ia harus bersabar.

Tetap tenang, Diana. Kau butuh laki-laki gila itu tetap hidup.

Dengan langkah cepat, Diana menyusul Arthur. Dari kejauhan ia melihat pria itu berjalan menuju lorong panjang yang mengarah ke ruang kerja. 

Jubahnya yang basah menyisakan jejak air di lantai, namun Arthur seolah tidak memedulikannya.

Diana mempercepat langkah, namun sebelum ia bisa berada cukup dekat—

“Yang Mulia.”

Seorang kasim muncul dari tikungan lorong dan membungkuk sopan sambil menawarkan sepucuk surat padanya.

“Ada surat untuk Anda.”

“Oh,” Diana langsung menerima surat itu dan mengangguk kecil. “Terima kasih.”

Kasim itu mundur beberapa langkah sebelum berbalik pergi. 

Diana membuka gulungan suratnya begitu pria itu pergi, namun ekspresinya berubah masam hanya dalam hitungan detik. Keningnya mengerut dalam.

“Apa-apaan ini?” desisnya tajam.

Surat itu berisi daftar barang. Tidak main-main, jumlahnya sangat banyak–bahkan cenderung tidak masuk akal. 

Semuanya adalah permintaan keluarga Sinclair untuk persiapan “kunjungan penghormatan terakhir”.

Sekilas Diana merasa ingin merobek surat itu menjadi ribuan potongan kecil.

“Tidak tahu malu…” gumamnya. “Membuang ‘Diana’, lalu masih berusaha menguras keuntungan dari tubuh ini. Menjijikkan!”

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 8. Putri Mahkota

    “Berlutut, Diana! Kamu tidak sopan telah mendorong kakakmu!”Diana menegang. Keningnya terlipat dalam.Ia? Mendorong Isabella?Isabella berdiri di samping Alon dengan tatapan terluka pura-pura, tangannya memegang lengan pria itu seolah butuh penyangga. Diana tidak memedulikan itu—ia hanya menatap ayahnya dengan ekspresi datar.“Berlutut?” gumamnya di dalam hati, geli sekaligus marah.Dia Putri Mahkota sekarang.Namun keluarga Sinclair masih memperlakukannya seperti budak murahan.“Aku tidak menyentuh Kak Isabella sama sekali,” ucap Diana tegas. “Justru Kak Isabella yang menggenggam tanganku. Bagaimana bisa aku mendorongnya, Ayah?”Tuan Sinclair memukul sandaran kursinya dengan keras. Mata tuanya menyipit penuh amarah.“Dasar putri tidak tahu terima kasih! Tanpa keluarga Sinclair, memangnya kau bisa menjadi Putri Mahkota?!”Diana terasa ingin tertawa.Keluarga ini… benar-benar delusional.Renata maju setengah langkah sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi.“Benar yang Ayahmu katakan! Ji

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 7. Kunjungan Penghormatan

    Keesokan paginya, surat kembali datang. Diana tidak bisa menunda kunjungan ke keluarga Sinclair lebih lama.Namun, saat ia bertanya mengenai pangeran–“Saat ini Yang Mulia tidak ada di ruang kerjanya. Saya kurang tahu, Putri.”Diana mengangguk perlahan.Ah. Jadi begitu.Tidak ingin menemani perjalanan tradisi penting ini, rupanya.Diana menghela napas tipis. Sungguh, ia sudah menduga. Arthur bukan tipe pria yang suka memperlihatkan kepedulian secara terbuka.Bahkan sangat mungkin… ia hanya menganggap Diana sebagai kewajiban negara yang kebetulan masih hidup.Mata Diana berkilat dingin saat kembali menatap bayangan wajahnya di cermin.Baik.Kalau begitu… dia akan menghadapi keluarganya sendiri.Dengan atau tanpa suaminya.“Ayo segera pergi,” ucap Diana sambil bangkit dari kursi.Embun dan Bibi Erna segera mengikuti dari belakang.Kereta kuda keluarga kerajaan yang dilapisi hiasan emas berhenti tepat di depan gerbang utama kediaman Sinclair. Para prajurit kerajaan membuka jalur, dan Di

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 6. Pengabdian Untuk Pengakuan

    Diana melipat surat itu kasar dan menyimpannya di balik pakaian. Sejujurnya, Diana pribadi tidak ingin peduli pada tradisi seperti kunjungan keluarga dan lain sebagainya.Namun, tubuh ini adalah milik putri bungsu keluarga Sinclair yang kini telah menjadi putri mahkota.Apa pun yang ia lakukan sekarang, akan ditanggung juga oleh suaminya. Yang meski namanya sudah buruk dan orangnya menyebalkan–pria itulah yang akan mendampingi hidup Diana kelak.Ia menarik napas panjang untuk menguasai emosinya sebelum akhirnya kembali berjalan mengejar Arthur.Pria itu rupanya menuju ruang kerjanya. Di sana, Arthur tengah duduk tenang di balik meja kerjanya. Punggungnya tegak, kedua tangannya menyatu di atas meja, dan tatapannya langsung terarah padanya ketika Diana muncul di ambang pintu.Diana membungkuk singkat. “Maaf, Yang Mulia. Saya tadi terkesan memaksa. Jika Anda–”“Duduk.”Satu kata. Singkat. Tegas. Pemotongan yang entah keberapa kalinya.Diana ingin sekali mendesah keras, tapi ia menahanny

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 5. Percaya Pada Saya

    Mendengar itu, Arthur tersenyum miring. Tampak mencemooh.“Memangnya dirimu pikir kau siapa?” ucap Arthur, dingin dan menusuk. “Jangan terlalu tinggi menilai dirimu.”Senyum Diana membeku sejenak. Ia memaksakan kembali senyum normalnya.Seharusnya ia tidak terkejut. Sepengetahuannya dan semua orang di buku, “Diana” yang asli tidak paham soal medis sama sekali. Selain itu, dengan jaminan apa Arthur bisa memercayainya begitu saja?Namun, sekarang, ia punya langkah yang jelas dalam misinya untuk mengambil hati sang pangeran.Ia akan menyembuhkan Arthur.Dengan begitu, Arthur akan memberinya pengakuan dan perlindungan. Baik itu dari keluarga Sinclair ataupun dari kematian.“Yang Mulia,” Diana mencoba lagi. “Jika Yang Mulia mengizinkan, saya bisa membuktikannya.”Arthur akhirnya bertanya datar, “Apa yang bisa kau berikan jika gagal membuktikan kalimatmu?”Diana tak ragu. Ia menatap Arthur lurus, mata birunya mantap, suaranya stabil.“Nyawa saya.”Arthur tidak bereaksi banyak. Namun, sepas

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 4. Langkah Pertama

    Pagi ini, Diana berdiri di depan pintu kediaman Arthur, menunggu. Istana mereka tidak jauh, hanya dipisahkan dua halaman kecil dan sebuah lorong panjang.Kemarin, ia bertanya pada Bibi Erna, pelayan senior istana yang mengenal rutinitas Putra Mahkota lebih baik dari siapa pun, tentang jadwal Arthur. Pria itu selalu bangun sebelum matahari terbit, lalu bersiap menuju majelis pagi bersama Kaisar dan para bangsawan tinggi.Ia terlambat kemarin. Namun, hari ini Diana bertekad mengambil hati sang pangeran.Toh, pria itu suaminya sekarang. Mau tidak mau, pria itu harus menerimanya seperti Diana menerima takdirnya saat ini.Belum saja Diana mengetuk, pintu kediaman Arthur tiba-tiba terbuka keras dari dalam. Kasim yang berjaga sampai terlonjak dan langsung bersujud.“Y-Yang Mulia….”“Selamat pagi.” Diana tersenyum ramah. “Apa Yang Mulia sudah bangun?”Kasim itu mengangguk buru-buru. “S-sudah, Putri. Putra Mahkota baru saja terbangun.”Ia berhenti, menatap Diana dari ujung rambut yang disanggu

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 3. Penawar Racun

    Arthur berdiri tiba-tiba. “Ikut aku.”Diana berusaha bangun tapi lututnya goyah.Tubuhnya terlalu panas. Sensasinya terlalu intens. Kakinya gemetar hebat setiap kali ia mencoba berdiri.“Aku… tidak bisa…” Ia menggigit bibir sekuat tenaga. “Gendong aku.”Arthur menatapnya seperti hendak melemparnya keluar jendela. Tatapan dingin, meski pria itu melangkah mendekat.Dengan kuat, ia menarik tubuh Diana ke dada bidangnya dan menggendongnya. Diana mendesah perlahan—bukan sengaja, melainkan refleks dari sensasi yang menusuk tubuhnya.Arthur mengencangkan rahangnya keras sembari melangkah keluar kamar, tampak tidak suka mendengar suara itu.“Yang Mulia…” suaranya lirih, hampir tidak terdengar. “Anda membawaku … ke mana?”Arthur tidak menjawab.Ketika ia membuka mata perlahan, mata mereka kembali beradu. Biru pucat dan biru gelap. Diana hampir tenggelam dalam tatapannya.Hingga tiba-tiba Arthur berhenti.Lalu–melepaskan gendongannya.BYUUURR!!!“AAKH!!”Diana jatuh ke dalam air dingin.Tubuhny

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status