Share

BAB 2: Tuan Muda

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 17:26:45

Audi A6 milik Kael berhenti tepat di depan pintu utama pusat perbelanjaan. Begitu Kael dan Zara keluar, para penjaga keamanan dan beberapa resepsionis pusat perbelanjaan itu menunduk kepada mereka penuh hormat. Seorang pria langsung mengambil alih untuk memarkirkan mobil Kael.

Melihat ini semua, pikiran Zara kembali berputar keras. Kenapa mereka semua menunduk penuh hormat kepada Kael dan dirinya?

Mereka hanya dua orang biasa–bukan, Zara hanya orang biasa yang ingin membeli cincin pernikahan bersama dengan Kael, atasannya yang memang berasal dari keluarga ternama, tetapi tetap saja Kael bukan seorang presiden atau bahkan pemilik pusat perbelanjaan ini.

“Selamat datang, Tuan Muda. Mari saya antar,” kata seorang resepsionis wanita yang penuh dengan rasa hormat.

Sebentar … Tuan Muda?

Zara mengernyitkan dahinya, merasa semakin heran dengan panggilan itu. Mengapa Kael dipanggil Tuan Muda?

Kael hanya mengangguk pelan dan berjalan mengikuti resepsionis wanita itu, dan Zara tentu saja mengikuti Kael di belakang.

Begitu memasuki area pusat perbelanjaan, Zara semakin merasa aneh, ada sesuatu yang janggal.

Saat ini sudah menunjukkan pukul 10, seharusnya pusat perbelanjaan ini sudah cukup ramai pelanggan, tapi kenapa ini sangat sepi?

Semua toko telah buka, tapi sama sekali tidak ada pelanggan di sini selain dirinya dan Kael. Bahkan, pelayan di setiap toko telah berdiri di depan toko mereka dan menunduk hormat ketika Kael dan Zara melewati mereka.

Bagi Zara, ini sangat aneh.

“Sebelah sini, Tuan,” resepsionis wanita itu berhenti di depan toko perhiasan mewah, kemudian dia melangkah mundur.

“Selamat datang, Tuan Muda. Sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa melayani Tuan dengan baik,” ucap seorang wanita yang terlihat seperti seorang manajer. “Kalau boleh tahu, perhiasan seperti apa yang ingin Tuan cari?”

“Cincin pernikahan,” jawab Kael singkat dan tegas.

“Wah, Tuan Muda akan menikah?” Manajer toko perhiasan itu tampak berbinar dan sejenak melirik Zara. “Kebetulan kami baru saja kedatangan koleksi cincin pernikahan seri terbaru, mari saya tunjukkan.”

Selama proses pembelian cincin itu, Zara benar-benar memiliki banyak pertanyaan besar di kepalanya. Dia benar-benar sangat heran.

Selain, kenapa pusat perbelanjaan ini sangat sepi, hingga Kael yang dipanggil Tuan Muda, dan sekarang, mereka bahkan diberi ruang khusus dengan sajian teh dan cemilan hanya untuk memilih cincin?!

“Tuan Muda, ini adalah beberapa koleksi terbaru kami,” kata manajer toko itu, dia menunjukkan 3 jenis cincin yang tampak sederhana, tetapi tetap terkesan mewah dan mahal. “Ketiganya memiliki berlian dengan kelas 1.”

Zara semakin membelalakkan matanya. Meskipun dia tidak tahu dengan jelas apa saja tingkatan berlian itu, tetapi mendengar kata berlian saja sudah membuatnya terkejut. Seumur hidupnya, ini adalah kali pertamanya melihat perhiasan yang memiliki berlian asli.

“Ch–Chef, kita pilih cincin yang biasa saja,” kata Zara ragu, suaranya terdengar seperti sedang berbisik, berharap hanya Kael yang bisa mendengarnya.

Namun, Kael seolah tidak peduli dengan ucapan Zara. Dia langsung memilih cincin dengan satu mata di bagian tengah yang diisi dengan berlian.

Setelah mendapat cincin yang cocok, Kael pergi untuk mengurus pembayaran, sementara Zara masih menunggu di ruangan itu. Matanya terus menatap sajian yang ada di meja, sedangkan pikirannya melayang entah ke mana.

Pelayanan ini benar-benar membuat Zara merasa aneh. Setahunya, hal seperti ini hanya akan diberikan kepada pelanggan dengan kelas tertentu, apa mungkin bosnya ini juga menjadi bagian dari ‘pelanggan tertentu’ itu?

Namun, akal sehat Zara seolah menolaknya. Setahu Zara, bosnya ini hanya fokus pada bisnis kuliner dan perhotelan, mana mungkin tiba-tiba merambat ke bisnis perhiasan seperti ini, ‘kan?

Terlebih lagi, pusat perbelanjaan itu juga sangat sepi!

Zara menghela napas berat. Dia terbiasa hidup apa adanya, serba sederhana. Jadi, ketika melihat hal seperti ini dan merasakannya langsung, hati dan pikirannya langsung merasa aneh dan ingin menolak karena rasa ‘tidak pantas’ itu telah melekat di kepalanya.

Tak lama, Kael kembali datang dengan satu paperbag kecil berwarna putih.

“Ayo,” kata Kael tegas.

Zara langsung menoleh, mengerti bahwa urusan di sini pasti sudah selesai. Dia bangkit dan mengikuti Kael yang mulai melangkah meninggalkan toko perhiasan dengan berbagai salam dan ucapan terima kasih dari para pegawai toko.

“Chef,” panggil Zara lirih.

Setelah mereka kembali ke mobil, baru akhirnya Zara berani bersuara.

“Ke–kenapa tadi mereka memperlakukan kita seperti orang spesial? Dan, rasanya aneh karena mall itu sangat sepi, seperti hanya kita pelanggan mereka, padahal seharusnya mereka sudah buka, ‘kan? Apakah … apakah–”

“Mall itu milik keluargaku,” potong Kael langsung.

“Hah?!” refleks Zara dengan wajah terkejut.

Bukankah bisnis keluarga Kael hanya di bidang perhotelan? Dan sekarang, pusat perbelanjaan terbesar di kota ini ternyata juga milik keluarga Kael?

“Kenapa?” tanya Kael yang menoleh ke arah Zara sekilas dan akhirnya kembali fokus pada jalanan.

Zara menggelengkan kepalanya. “Tidak, Chef.”

Mengetahui satu fakta baru yang besar ini, Zara benar-benar merasa kecil. Dirinya hanya seorang yatim-piatu dan pelayan biasa di restoran Kael. Rasanya, dia sangat tidak pantas untuk masuk dalam kehidupan Kael yang begitu sempurna.

Perasaan takut itu tiba-tiba menyelimuti hati Zara. Takut kalau kehadirannya ini ternyata malah akan membawa masalah besar di hidup Kael.

Apa seharusnya Zara tidak usah menerima tawaran ini saja?

Sebelum semua menjadi semakin buruk, sepertinya mundur adalah pilihan terbaik. Zara benar-benar merasa tidak bisa jika harus masuk ke dalam kehidupan yang begitu asing baginya.

“Cek email, seharusnya kontrak pernikahan sudah dikirim kepadamu,” kata Kael tiba-tiba yang langsung membuyarkan lamunan Zara.

Zara buru-buru membuka ponselnya dan benar saja, ada satu email masuk dari seseorang yang sepertinya adalah salah satu pegawai pribadi Kael. Dia membaca kontrak pernikahan itu dengan seksama.

Ada tiga poin yang tertera di dalam kontrak itu. Pertama, mereka harus merahasiakan hubungan mereka di tempat kerja. Kedua, mereka tidak boleh ikut campur dengan urusan pribadi masing-masing. Ketiga, pernikahan akan berakhir di tahun kedua.

“Chef,” panggil Zara ragu.

“Kenapa? Kamu keberatan?” Kael justru melempar pertanyaan yang membuat Zara kaget.

“Itu, saya–”

‘Saya ingin mundur’ batin Zara. Namun, kenapa rasanya sangat berat untuk mengatakannya?

Zara butuh ini, tetapi dia merasa dirinya tidak pantas jika harus masuk ke kehidupan Kael.

‘Bagaimana ini?!’ batin Zara berteriak kebingungan. ‘Ah sudahlah, ini satu-satunya cara untuk bisa cepat keluar dari rumah om!’

“Kalau tidak ada masalah, segera tanda tangan,” potong Kael seolah tidak menerima protes lagi.

“B-Baik, Chef.” Zara langsung membubuhkan tanda tangannya di kolom yang telah diberikan di dokumen tersebut. “Sudah, Chef.”

Kael mengangguk pelan. “Kita menikah sekarang.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   Hai, buat kamu yang udah baca sampai akhir,

    Makasih banget karena udah setia nemenin cerita Kael dan Zara sampai sejauh ini. Rasanya campur aduk banget pas nulis bagian terakhir.Maaf ya kalau selama perjalanan cerita ini banyak kekurangan. Entah itu bagian yang bikin bingung, alur yang kadang muter-muter, atau tokohnya bikin gemas sendiri. Tapi semoga, di balik semua itu, ada bagian dari cerita ini yang bisa tinggal lebih lama di hati kamu.Makasih karena udah jadi bagian dari perjalanan ini. Dukungan dan komentarmu berarti banget.Jangan lupa mampir ke cerita baru aku, ya ♡

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 193: Akhir Cerita

    “Perjodohan?” gumam Kael pelan.Lalu pria itu tersenyum tipis, tapi bukan karena setuju. Senyum itu lebih menyerupai kilas balik—mengingatkannya pada masa ketika dirinya dijodohkan oleh keluarganya, hanya untuk akhirnya mengguncang semuanya dengan pernyataan bahwa dia telah menghamili Zara.“Jangan harap, ya,” ucap Kael akhirnya, datar tapi tegas, dengan satu alis terangkat seperti memberi peringatan bahwa topik ini tidak untuk dibahas lebih jauh.Gala tertawa kecil, tapi tidak merasa tersinggung. “Kenapa? Coba kamu bayangkan, Kylar itu cucu pertama keluarga Ashwara, Zelena cucu pertama keluarga Wijaya. Kalau mereka menikah, kekuatan bisnis kita di masa depan—”“Kak Gala ngomong apa sih?” potong Zara, nadanya terdengar tidak senang, meski masih berusaha sopan. “Kylar dan Zelena itu masih anak-anak.”“Benar,” sambung Ceva, kali ini lebih tegas. “Mereka bahkan belum masuk SD. Masa depan bukan cuma tentang bisnis, Kak.”Gala mengangkat tangan, menyerah, lalu tersenyum kecil. “Oke, oke. Ak

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 192: Ulang Tahun

    “Huwaaaa!” Tangis Kylar pecah saat pipinya dicubit gemas oleh Zelena. Bocah perempuan itu terkekeh geli, tidak menyadari bahwa tangan mungilnya terlalu semangat bermain. “Lena, pelan-pelan, ya … Itu pipi Kylar, bukan squishy,” ujar Ceva sambil tersenyum geli, lalu menarik tangan putrinya pelan. Zelena memang selalu usil pada Kylar. Padahal usia Zelena lebih tua empat tahun, tapi kalau sedang bersama, mereka selalu saja bertengkar. Zara berjongkok di hadapan Kylar, mengelus pipi anaknya yang masih memerah dan cemberut. “Sudah, Sayang. Mami tahu sakit, ya? Tapi Kak Lena nggak sengaja. Yuk, kita bilang ke Kakak supaya cubitnya pelan-pelan lain kali,” ucap Zara lembut. Kylar mengangguk kecil, matanya masih berkaca-kaca, tapi bibirnya mulai membentuk senyum tipis. Senyum langka yang selalu berhasil mencuri perhatian siapa pun yang melihatnya. Wajahnya langsung bersinar ketika melihat Kael berjalan mendekat, membawa kue besar berhiaskan dinosaurus hijau toska di atas cokelat favoritny

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 191: Episode Akhir

    "Apa maksudnya, ada yang salah?" tanya Kael cepat, nada suaranya meninggi, panik mulai merayap dari dalam dada.Suasana di ruang bersalin seketika berubah. Detak monitor terdengar semakin cepat, disusul suara langkah para perawat yang mulai bergerak panik. Salah satu dari mereka segera menyerahkan perlengkapan tambahan ke Gala, yang kini telah mengenakan masker dan sarung tangan lengkap."Denyut jantung bayinya menurun. Kita harus bertindak cepat sebelum oksigennya turun lebih jauh," jawab Gala cepat namun tetap tenang. "Aku akan lakukan tindakan darurat. Kael, kamu tetap di sini, jangan lepas tangannya."Kael menunduk, menggenggam tangan Zara lebih erat lagi, seakan ingin memindahkan semua kekuatannya pada wanita itu."Zara, dengar aku," bisik Kael di dekat telinga istrinya, suaranya bergetar. "Kamu harus kuat. Kamu dan bayi kita … kalian harus baik-baik saja. Kumohon ..."Zara membuka mata dengan susah payah, tatapannya sudah buram oleh rasa sakit yang menumpuk. Namun, dia melihat Ka

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 190: Lahir ke Dunia

    "Mas, perut aku sakit!"Suara Zara terdengar serak dan cemas saat dia berusaha membangunkan suaminya yang tengah terlelap. Napasnya berat, pelipisnya basah oleh keringat dingin.Kael terbangun dengan tergesa-gesa, matanya masih buram, dan napasnya terengah-engah saat tubuhnya bergerak cepat. Perasaan bingung langsung menguasainya, sementara jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya."Kamu ... kamu kenapa?" tanya Kael, suara serak penuh kepanikan, masih setengah sadar akan apa yang sedang terjadi.Di hadapannya, Zara meringis menahan rasa sakit. Wajahnya pucat, kedua tangannya mencengkeram perutnya yang sudah membuncit besar. Tatapannya bergetar, seolah menahan terjangan rasa sakit yang tak tertahankan.Perut itu, tempat di mana kehidupan kecil mereka tumbuh, kini tampak begitu tegang. Dan Kael baru tersadar, usia kandungan Zara memang sudah masuk minggu ke-37. Gala bahkan sudah bilang, kapan saja bayi mereka bisa lahir.Ini ... ini bukan sekadar sakit biasa. Ini saatnya.Kael seger

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 189: Kembali Pulang

    "Bu Anjana, saya mau bawa Zara pulang ke rumah," ucap Kael tegas, suaranya rendah namun mantap.Pria itu kini tengah duduk di ruang tamu keluarga Wijaya, tubuhnya tegak, kedua tangan saling bertaut di depan tubuhnya, rahangnya mengeras. Kakinya bergerak kecil—menandakan kegelisahan yang berusaha dia tekan.Di hadapannya, Anjana duduk dengan sikap kaku. Wajah wanita paruh baya itu tampak dingin dan keras, sorot matanya menatap Kael tajam, penuh kewaspadaan. Sementara itu, Harun hanya mengamati dalam diam, sesekali melirik ke arah Kael dan cucunya tanpa banyak bicara.Keheningan menegang di antara mereka. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, menggema samar di ruangan luas itu."Pulang? Kamu pikir ini solusi terbaik? Zara baru saja mengalami kejadian berbahaya," seru Anjana akhirnya, nada suaranya penuh tekanan. "Aku hanya mau menjaga putriku!"Kael mengangguk perlahan, tetap menjaga sikap sopan meski hatinya bergejolak."Saya tahu, Bu. Saya tahu Ibu khawatir," sahut Kael, suaran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status