Share

Bab 3 Godaan

Penulis: Sigma Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 20:58:56

Dada Debbie berdesir, perutnya bagaikan ada kupu-kupu yang terbang. Ia mencoba menggeser badannya, tetapi terhalang dinding pesawat. “A-apakah Bapak akan balas menampar saya?”

Bukannya menjawab pertanyaan dari Debbie, Eric merendahkan kepalanya mencium bibir wanita itu dengan lembut. Membuat Debbie terbuai larut dalam cumbuan Eric pada bibirnya.

Debbie memukul punggung Eric menggunakan kepalan tangannya. Ia dapat merasakan bibirnya dgigit oleh pria itu dan terdengar lenguhan dari tenggorokan pria itu. Usaha Debbie untuk melepaskan dirinya tidak berhasil, karena sepertinya Eric yang sedang memberikan hukuman kepadanya.

Suara tenggorokan yang dibersihkanlah yang berhasil membuat Eric melepaskan ciumannya di bibir Debbie. Ia menjauhkan dirinya dengan enggan. Dilayangkannya tatapan membunuh kepada pramugari yang telah mengganggunya.

“Kuharap kau menyampaikan sesuatu yang penting!” tegur Eric dingin.

Pramugari itu terlihat gugup dan takut, ia menyesal sudah membuat bosnya menjadi marah. “Ma-maaf, Tuan! Saya hanya ingin memberitahukan, kalau kita akan segeraa mendarat dan Tuan, beserta nyonya harus memakai sabuk pengaman.”

“Pergilah!!” usir Eric.

Ia memasang sabuk pengamannya, sambil melirik Debbie yang juga melakukan hal yang sama. Dilihatnya penampilan sekretarisnya itu terlihat berantakan dengan rambut acak-acakan, kancing kemeja yang dipakainya terlepas memperlihatkan bagian dadanya. Serta ada tanda merah di leher wanita itu. Dan semuanya karena ulah dirinya.

Tangan Eric terulur menyentuh sudut bibir Debbie yang terluka. “Aku tidak akan meminta maaf, karena sudah membuat bibirmu menjadi terluka. Kau yang memancingku untuk melakukannya.”

Debbie menepis tangan Eric dari bibirnya. “Saya juga tidak mengharapkan permintaan maaf dari Bapak. Hanya saja saya haraap hal seperti ini tidak terjadi lagi. Saya tidak mau istri Bapak menjadi marah. Karena menduga hal yang tidak-tidak di antara kita.”

Dengan dingin Eric mengatakan, kalau Debbie jangan terbawa perasaan, karena dirinya hanya sedang memberikan hukuman. Dan istrinya tidak mengetahui apa yang terjadi di pesawat, hingga tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

Diberanikannya menatap mata biru Eric yang terlihat begitu dingin. Ia tidak dapat mengalihkan tatapannya, seakan ada magnet yang membuat ia terhipnotisnya.

“Berhentilah menatapku! Kau tidak tau bagaimana aku melihat mata coklatmu yang indah, seakan memohon kepadaku untuk kau sentuh,” ejek Eric.

Ucapan bosnya itu sontak saja menyadarkan Debbie dari keterpukauannya. Ia membuang muka ke arah luat melihat parkiran bandara di mana pesawat pada akhirnya berhenti.

Tubuh Debbie meremang, saat ia merasakan tangan Eric menyentuh bagian dadanya. “Apakah kau ingin turun dari pesawat dengan penampilan berantakan? Dan membuat orang-orang menduga terjadi sesuatu yang panas di antara kita berdua!”

Debbie menundukkan kepalanya, ia baru sadar kalau beberapa kancing kemejanya telah terlepas. Dengan cepat ia memasang kancing kemejanya dan menyisakan dua bagian teratas tetap terbuka.

“Pergilan ke toilet dan rapikan penampilanmu!” perintah Eric.

“Baik, Pak!” Diliriknya Eric berharap bosnya itu bisa menggeser duduknya sedikit, serta membenarkan kakinya yang ia selonjorkan dengan santainya.

“Maaf, Pak! Bisakah kaki Bapak bergeser sedikit, biar saya bisa lewat?” tanya Debbie dengan suara pelan.

Eric mengangkat wajahnya menatap tajam Debbie. “Siapa kamu berani memerintah saya?”

Debbie langsung menundukkan kepala tidak berani balas menatap Eric. Ia berjalan pelan melangkahi kaki bosnya itu. Namun, karena merasa gugup dirinya justru tersandung kaki Eric dan membuatnya terduduk di pangkuan bosnya itu.

“Sialan, Debbie! Apakah kau sengaja menggodaku?” desis Eric tepat di telinga Debbie.

Debbie merasakan embusan nafas hangat Eric menerpa telinga dan lehernya, serta tangan pria itu yang terletak di pahanya yang terbuka. Dikarenakan rok yang ia pakai terangkat ke atas.

“Sa-saya tidak sengaja, Pak,” gagap Debbie.

Ia mencoba untuk bangkit dari terduduknya di atas pangkuan bosnya itu. Namun, ia tidak dapat bergerak. Satu tangan pria itu memeluk erat perutnya, sementara satu tangannya lagi mengelus pahanya naik-turun dengan lembut.

“Pa-pak! Tolong lepaskan tangan Bapak, biar saya bisa menyingkirkan dari atas pangkuan Bapak,” lirih Debbie.

Ia bergerak gelisah di atas pangkuan Eric mencoba untuk menjauh. Perutnya terasa hangat, bagaikan ada ribuan kupu-kupu yang terbang di sana.

Bukannya melepaskan Debbie, Eric justru mempererat pelukannya. Dengan lembut digigitnya telinga Debbie, satu tangannya menelusup masuk ke balik kemeja yang dipakai Debbie. Sampai membuat wanita itu tanpa sadar mendesah karenanya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja dengan mudah. Setelah kau menggodaku.” Ercik mencium leher Debbie dengan lembut.

Suara batuk dengan keras membuat gerakan Eric menggoda Debbie terhenti. Akan tetapi, ia tidak melepaskan pelukannya di perut sekretarisnya tersebut.

“Hmm, maaf sudah mengganggu kalian. Namun, pesawat sudah mendarat dengan selamat. Sebaiknya kita semua turun. Dan kalian bisa melanjutkan kemesraan itu di pulau yang terpencil. Karena aku harus kembali lagi setelah menerbangkan kalian berdua,” ucap pilot dengan senyuman di bibir dan matanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Badai

    Debbie membalikan badan dan sontak saja rasa takut, serta terkejutnya berubah menjadi emosi. “Lepaskan saya! Saya mau pergi dari tempat terasing ini. Kamu tidak berhak menahanku di sini dan aku akan melaporkanmu kepada polisi!”Bukannya menuruti pemintaan Debbie, Erick justru menurunkan wanita itu secara perlahan menemel badan Eric. Hingga Debbie dapat merasakan panasya badan Erick, walaupun tengah diguyur hujan deras.Erick menempelkan bibirnya tepat di telinga Debbie. “Kenapa kau terlihat terkejut? Pria mana yang tidak akan menjadi bergairah melihat penampilanmu saat ini. Rambut yang berantakan dan pakaian yang tipis menempel ketat memperlihatkan lekuk tubuh.”Dada Debbie naik turun deru nafasnya terdengar cepat. Ia menggigit pundak Erick, agar pria itu melepaskan pegangan di pinggangnya. Karena sentuhan pria itu mulai mempengaruhiya di mana ia seharusnya membenci pria itu.“Kau pria yang kejam! Apa maumu dengan meninggalkanku terkurung di tempat yang terpencil ini? Apakah kau ingin

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Kembali Ditinggal

    Keterpukauan Debbie berubah menjadi emosi dengan galak ia berkata, “TIDAK!”Erick mengangkat pundaknya, kemudian berlalu pergi dari kamar mandi, sambil bersiul. Begitu sudah berada di luar Erick menarik nafas lega. Ia berhasil mencegah dirinya untuk tidak menarik Debbie mengajak sekrretarisnya itu. Bercinta untuk kesekian kalinya.‘Ada apa dengan diriku? Mengapa aku dengan mudah tergoda kepada wanita itu dan melupakan istriku?’ gumam Eric.Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampai di kamar Erick melempar handuk yang dipakainya ke atas tempat tidur. Berjalan menuju walking closet. Diambilnya kaos pas badan, serta celana kain. Selesai berpakaian Erick keluar dari kamarnya.Pada saat berada di tengah tangga Erick berpapasan dengan Debbie. Selama sesaat yang singkat keduanya terdiam. Hanya saling pandang dengan tatapan yang tidak dapat dibaca.Debbielah yang lebih dahulu tersadar. Dibasahinya bibir yang terasa kering dengan lidahnya. Ia tidak mau Erick salah menduga dirinya. De

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Kamar Mandi

    Wajah Debbie bersemu merrah, dengan nada suara kesal ia berkata, “Dalam keadaan sedang mabuk saja kamu masih menyebalkan seperti ini.”Sambil mengentakan kaki Debbie berjalan keluar dari kamar mandi tersebut. Namun, baru beberapa langkah ia mendengar suara berdebum benda jatuh dengan keras disertai umpatan nyaring.Debbie bergegas kembali ke kamar mandi ia menjadi ragu hendak mendekat ke arah Eric, yang jatuh tersandar pada dinding kamar mandi dengan luka berdarah di pelipisnya.Suara erangan sakit yang keluar dari bibir Eric membuat Debbie maju mendekat untuk menolong Eric. Berlutut di hadapan Eric yang bertelanjang dada hanya memakai celana dalam. Yang membuat penampilan Eric begitu menggoda mendebarkan jantung Debbie.“Brengsek, kau Debbie! Apakah kau hanya akan diam saja memandangi tubuhku? Dengan matamu yang berseri, gaun tidurmu yang basah, hingga aku dapat melihat dengan jelas isi di balik gaun itu!” ejek Eric.Debbie mengepalkan kedua tangan untuk mengatasi rasa malu, karena

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Mabuk

    “Biarkan saja ia sendirian di sini!” tandas Eric.Eric berjalan keluar dari rumah itu tanpa menoleh ke belakang. Diikuti oleh pegawainya yang juga menjadi sopir pribadinya selama ia berada di pulau tersebut.Mobil yang dikemudikan sopir Eric berhenti di depan sebuah bar yang ada di kota. Jauh dari rumahnya di mana pada saat ini. Turun dari mobil Eric memasuki bar tersebut dan duduk di depan meja bartender.“Buatkan aku minuman paling keras!” perintah Eric kepada bartender.Bartender dengan kepala pelontos itu menatap Eric dengan senyum lebar di wajahnya. Memperlihatkan giginya yang rapi dan putih bersih.“Jadi sudah berapa lama kau berada di pulau ini, Bos? Aku tidak mendengar kedatanganmu kali ini. Apakah kau akan lama berada di pulau ini?” tanya bartender tersebut, sambil meracik minuman untuk Eric.Eric melayangkan tatapan tajam menusuk kepada bartender tersebut. “Kau menjadi cerewet sejak terakhir kita bertemu. Aku tidak perlu menjelaskan apa pun juga kepadamu!”Bukannya marah men

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   BAB 10 Kegelisahan Debbie

    M 3Wajah Debbie menjadi merah seperti kepiting rebus. Ia mengacungkan kepalan tangannya ke arah Eric. “Silakan saja berpuas diri, tetapi saya tidak akan mau mengakui apa pun juga!”Dengan langkah cepat Debbie berjalan meninggalkan Eric. Sesampai di rumah ia langsung masuk kamar dan mengunci pintunya.Berada dalam kamar mandi Debbie menatap pantulan dirinya di depan cermin wastafel. Pantulan matanya terlihat berbinar dengan rona bahagia. Tangan Debbie terulur mengusap pipinya yang terlihat merona.‘Apa yang terjadi denganku? Aku tidak boleh merasa tertarik sedikit pun juga kepada Eric. Ia sudah menikah. Menyukainya hanya akan membuatku menderita saja,’ batin Debbie.Ia menggeleng berulang kali coba mengusir bayangan percintaannya dengan Eric. Suara desahan terlontar dari bibir Debbie. Dipejamkannya mata, sambil menggigit bibir. Ia merasa benci kepada dirinya yang begitu lemah hingga dengan mudahnya terkena pesona bosnya itu.Beranjak dari depan cermin wastafel Debbie menuju bathub dan

  • Mendadak Menjadi Milik CEO Dingin   Bab 9 Bercinta

    Menggunakan kakinya Debbie menendang lutut Eric. Hingga dirinya berhasil terbebas dari Eric. Dengan nafas yang memburu dan mata menyala karena emosi Debbie menatap tajam Eric. “Simpan jauh-jauh fikiran itu dari kepalamu! Aku tidak akan pernah secara suka rela bersedia kau sentuh.”Eric mengerucutkan bibirnya, ia memandang Debbie dengan santai ia berkata, “Mengapa tidak? Kau begitu menyedihkan hingga membuatku merasa kasian kepadamu. Sekarang berhentilah berpura-pura kau tidak menyukainya.”Wajah Debbie berubah menjadi merah rasa marah dan malu bercampur menjadi satu. Ia tidak mengerti mengapa begitu lihainya Eric bermain kata. Akan tetapi, mengapa juga ia harus merasa heran? Bukankah bosnya itu memiliki sifat yang tidak mudah ditebaknya. Hal itu baru diketahuinya hanya beberapa jam setelah mereka berada di pulau terpencil ini.Jentikan jari Eric tepat di depan wajah menyadarkan Debbie dari lamunannya. Ia menggembungkan pipi dan mengempiskannya kembali. “Saya tidak akan mendebatnya kar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status