*Happy Reading*
"Makan es krim, enak nih."
Di tengah acara nonto, Bianca memberi kode seraya mengelus leher, kemudian menjilat bibir bawah dengan mata terpejam.
Alvaro yang melihat itu kembali menelan ludah, ketika melihat gerakan Bianca yang menggoda iman tersebut.
Gadis ini, pasti sengaja, deh, mau mengerjai Alvaro. Udah mah minta nonton Film Romantis tapi gak jelas alur, cuma cipokan dan adegan manteb-manteb yang banyak tayang.
Sekarang? Lihat saja kelakuannya? Jilat-jilat bibir sambil merem melek. Kalau bukan sengaja, apa coba namanya?
Benar-benar ya gadis satu ini. Mancing banget buat di polosin!
"Saya ambilkan es krim dulu."
Buru-buru Alvaro menuju dapur, seraya terus merapalkan doa sepanjang perjalanan. Lebih baik dia menghindar, daripada nanti terjerumus godaan Bianca.
"Ingat Al, dia teman baik Aika yang matre. Lebih baik jangan main-main dengannya," gumam Alvaro ketika membuka pintu freezer
*Happy Reading*"Jadi ... gimana, Pak?" Bianca mendesah manja sambil mengedip nakal. Jemarinya meraih bagian atas kemeja Alvaro, berniat menggoda pria yang masih mengerjap pelan di tempatnya.Glek!Alvaro menelan salivanya dengan kasar menanggapi tantangan Bianca. Matanya menatap lekat Bianca, kemudian beralih pada bibir gadis itu yang basah dan sedang di gigit pelan.Kayaknya enak tuh kalau di emut. Eh, Astaga! Apa yang baru saja dia pikirkan?'Tidak, tidak! Jangan, Al! Tidak boleh!' sisi waras Alvaro menegur keras.Akan tetapi ... kalau dilewatkan, sayang. Rezeki kan, ini?Eh, tidak! Tidak boleh pokoknya!Akhirnya Alvaro malah denial di tempatnya, masih sambil menatap Bianca yang benar-benar terlihat menggoda di matanya."Pak?" Bianca yang melihat Alvaro masih tak bereaksi apapun kembali memanggil. Karena penasaran dengan jawaban pria itu.Ayolah! Bianca sudah mengobral harga diri serendah mungkin ha
*Happy Reading* Alvaro tidak mengucapkan sepatah kata pun menanggapi permintaan Bianca. Namun, pria itu juga tidak menolak, saat Bianca akhirnya menarik tangkuknya dan menyatukan bibir mereka. Bahkan, bisa dibilang Alvaro juga ikut menikmati tautan bibir yang Bianca mulak. Ikut memperdalam ciuman itu, membalas segala bentuk lumatan dan pagutan yang Bianca lakukan. Alvaro akui, gadis itu memang good kisser. Permainan bibirnya sangat mahir dan tentu saja mampu membuai Alvaro. Dirinya pun terhanyut hingga tanpa sadar sudah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu. “Al,” panggil Bianca dengan suara serak, ketika pria itu mengalihkan ciuman ke daerah leher. Alvaro tidak menanggapi panggilan itu, memilih melanjutkan permainan bibirnya pada leher jenjang Bianca, seraya memberikan beberapa tanda kepemilikan di sana. Tentu saja hal itu membuat darah gadis itu makin berdesir panas, dan menuntut lebih lagi. Bianca benar-benar menginginkan Alvaro menyentuh seluruh tubuhnya. Sayangnya, sua
*Happy reading* Tubuh Bianca berguling ke kanan, tangannya meraba-raba permukaan ranjang. Namun, hanya terasa dingin. Tidak ada kehangatan seperti yang diberikan tubuh Alvaro ketika tidur memeluknya. Mata Bianca pun terbuka lebar. Terdiam sejenak, sebelum kemudian menghela napas panjang. Apa yang takutkan terjadi juga. Alvaro tidak ada di sisinya. “Mungkin baru mandi,” ucap Bianca yang menendang selimut sebelum berdiri. Mencoba berpikir positif tentang keberadaan Alvaro. Namun, setelah di cek ternyata Alvaro tidak ada di kamar mandi. Dilihat dari kondisi di dalam, Alvaro sudah lama menyelesaikan mandinya. “Mungkin baru bikin sarapan.” Bianca Masih mencoba menghibur diri sendiri dengan tidak memikirkan kemungkinan terburuk. Sayangnya, Lagi-lagi realita tidak seindah khayalan. Tidak ada sosok Alvaro di dapur, bahkan tidak ada sarapan yang terhidang di meja makan seperti yang sudah dia bayangkan sejak tadi. Pandangan Bianca pun menyapu jam dinding. Hari masih pagi untuk berangkat k
*Happy Reading*Tidak terima dengan perlakuan Alvaro. Bianca pun segera meraih ponselnya, dan memotret tumpukan Map yang ada di mejanya. Setelah itu langsung mengirimkan gambar tersebut pada Alvaro.Bianca [Ini apa, Pak? Kok tega banget?]Tidak lupa, Bianca juga menambahkan Emoticon mata berkaca-kaca agar Alvaro kasihan padanya.Tring!Tidak menunggu lama, chat balasan pun datang yang langsung Bianca buka, dengan sangat kepo akan jawaban Alvaro.Alvaro [Maksud kamu apa? Saya gak ngerti]Hilih! Sok polos dia. Lupa kayaknya kalau semalam udah Bianca polosin. Apa harus Bianca ingat, kan?Bianca [Ih, kamu mah. Maksud aku ini kenapa kamu tega banget, kasih kerjaan banyak kayak gini? Mana di deathline lagi. Mana sanggup]Bianca mencoba merajuk ceritanya, gaes! Siapa tahu si jutek udah lumer, yee kan?Alvaro [Jangan manja. Itu kan memang tugas kamu. Udah kerjakan! Ingat kalau gak selesai tepat waktu, gaji kamu saya poton
Alvaro mengerjab satu kali saat mendengar penawaran dari Bianca. Apa Bianca bilang tadi? Duduk di pangkuannya? Wah, tawaran yang menarik sekali. Tapi ....“Jangan aneh-aneh. Ini masih di kantor, bukan di apartemen!” Sayangnya harus Alvaro tolak dengan berat hati.Alvaro harus menegaskan pada Bianca, siapa yang pegang kendali di sini. Jangan sampai dipermalukan di muka banyak orang kalau sampai ketahuan.“Kalau kamu nggak mau makan, ya sudah. Buang saja,” putus Alvaro secara mendadak.Tangannya bahkan sudah bergerak untuk membereskan makanan yang terlanjur dikeluarkan. Padahal sebenarnya dia sendiri juga kelaparan.Melihat itu tentu saja Bianca gusar. Karena jika boleh jujur, dia pun sudah sangat lapar sekali hari ini. Itulah kenapa, Bianca pun langsung melancarkan protesannya.“Ih, Bapak kok gitu? Maenannya ancaman!” protes Bianca, yang membuat Alvaro malah teringat dengan Aika, si Nyonya Bos.
“Kamu dari tadi mikir apa, Bi? Kok diem terus?” pancing Alvaro Akhirnya, setelah yakin jika mood Bianca sudah membaik.“Mikirin gaji yang mau disunat sama situ," jawab Bianca dengan jujur.Hah?! Ya ampun, jadi hanya karena itu? Astaga!“Emang kapan saya bilang gajimu mau dipotong?”Eh?“Lah? Kan laporan saya belum kelar. Katanya kalau gak kelar bakal potong gaji. Piye toh?” terang Bianca kemudian, mengingatkan Alvaro akan ultimatumnya pagi ini.Kasian ya, masih muda tapi udah pikun. Ck, ck, ck, Miris.“Kan, kamu sudah ngerjain laporan itu minggu lalu. Ngapain nulis ulang? Aku sudah anggap kamu selesai.”Hah? Maksudnya?Bianca pun mengerjap pelan, mencerna ucapan Alvaro seraya mengingat-ingat isi laporan tadi. Bener juga, sih! Bianca memang merasa famillier dengan laporan tersebut.Lah, Kalau gitu ngapain dia ketar-ketir sampai jari butuh catokan seperti t
“Lho, kok malah naik taksi online? Bukannya kamu yang antar aku pulang, Al?” tanya itu pun lolos dari mulut Bianca, saat melihat Al bukan membawanya ke arah mobil pria itu, melainkan ke tepi jalan dan menghampiri mobil yang Bianca kenali sebagai Taksi online, dari cara sang sopir menyapa mereka.Tatapan Bianca yang kecewa membuat Alvaro tidak sanggup untuk melihatnya. Hingga dia pun memilih dengan segera membuka pintu saja, dan membimbing Bianca masuk ke dalam taksi tanpa sepatah kata pun.Beruntung gadis itu tetap menurut helaan tangannya, dan mau masuk ke dalam Taksi meski dalam keadaan merajuk. Alvaro juga menjaga agar kepala wanita itu tidak terantuk saat hendak masuk. Bahkan memakaikan seatbelt pada tubuh Bianca dengan hati-hati."Al?" tuntut Bianca lagi.“Kamu pulang duluan, aku masih ada urusan” ucap Alvaro akhirnya, saat menutup pintu.Tidak ada yang bisa Bianca lalukan lagi, selain memandang ke belakang saat t
“Bi, Bi, kamu kok tidur sini?” Alvaro menyentuh lengan Bianca dengan lembut.Perlahan-lahan mata Bianca pun akhirnya terbuka. Merasa terganggu dalam tidur nyenyak yang membuai. Refleks Bianca menyeka ujung bibirnya yang terasa basah, saking nyenyaknya barusan.Dia bahkan masih sempat menyeruput ilernya sedikit, yang masih tertinggal dengan khidmat. Persetan dengan tatakrama, tidur ngiler itu nikmat tahu.Mengerjap sejenak, Bianca pun menemukan si pengganggu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Alvaro. Cowok yang tengah di tungguinya hingga tumbang ke alam mimpi.Eh, Alvaro! Benar juga! Dia kan sedang menunggu pria itu untuk memperlihatkan hasil nyalonnya, ya? Sayangnya, terlanjur ketiduran dan sepertinya riasannya udah amburadul.Ah, bodo amat sama riasan. Penting Alvaro sudah datang dan membangunkannya. Itu berarti mereka bisa melakukan adegan mantap-mantap sekarang, kan?“Udah pulang, Al?” Bianca pun segera