Share

Episode 3

“Tuan Puteri Ran Xieya saya membawa makanan untuk Anda,”

Ran Xieya mengulum senyuman yang manis. “Terima kasih,” sahut Ran Xieya sambil menyaksikan gadis itu menunduk dengan sopan sembari pamit untuk meninggalkan kamarnya.

“Eh, sebentar, sebentar, temani aku di sini ... aku butuh teman bicara,” ucap Ran Xieya yang terkekeh dengan canggung.

“Baiklah Yang Mulia," sahut Gadis itu. Dia berbicara dengan patuh. Gadis Pelayan ini mengenakan gaun panjang berwarna hijau tosca muda itu duduk bersila di sebelah Ran Xieya.

Ran Xieya menyeruput teh hangat itu. Dia pun tersenyum jahil. “Hei, ceritakan padaku apa menurutmu aku segila itu?” tanya Ran Xieya.

Gadis itu tampak mendehem ragu-ragu, posisi duduknya mulai gelisah. “Ergh ... sebelumnya Yang Mulia tak akan bersikap seperti itu," jawab Gadis itu.

Kedua mata Ran Xieya membelalak sempurna. “Eh serius!” jerit Ran Xieya. Ran Xieya mendeham sejenak kemudian mencoba bersikap dengan tenang. "Lalu apa lagi?" tanya Ran Xieya.

“Cara bicara anda juga berbeda," jawab Pelayan itu.

Sebelah alis Ran Xieya menaik. “Apa lagi?” Ran Xieya semakin penasaran.

Pelayan itu segera menjawab. “Anda tak akan sekuat itu untuk menjerat leher Tabib.”

“Aku!” Ran Xieya sembari menunjuk dirinya. Ia terkejut mendengar semua hal mengenai diri lainnya dari Pelayan ini.

Gadis itu mengangguk dengan singkat. “Iya Yang Mulia, tak ada yang lain karena Anda memang terlahir lemah," sahut Pelayan itu.

Ran Xieya mengangguk-angguk sesekali memengangi dagunya selayaknya orang yang tengah berpikir. “Ah iya, gaun ini terasa panas karena terlalu banyak lapisan kain dan pita, aku tak leluasa bergerak dengan rok sepanjang ini." Ran Xieya beranjak berdiri sembari memperlihatkan kain panjang yang menjuntai ke lantai. "Lihatlah aku seperti mengepel lantai," ketus Ran Xieya. Dia sambil mengangkat-angkat ujung gaunnya.

“Apa ada baju lain?” tanya Ran Xieya.

"Mari saya coba lihat Yang Mulia," ucap Pelayan itu sembari beranjak. Dia pun membuka lemari dari kayu akasia kemudian tampak memilah beberapa helai pakaian.

Ran Xieya kembali duduk sembari menunggu Gadis itu. “Namamu siapa?” tanya Ran Xieya.

Kedua bahu gadis itu sedikit terangkat seolah terkejut dengan pertanyaan Ran Xieya. “Namaku Lin May, yang mulia,” jawab Gadis itu.

Ran Xieya mengangguk. “Apa kau memang selalu melayaniku? ah iya, maksudku Ran Xieya ini," ucap Ran Xieya terbelit-belit karena baru ingat sosok tubuh saat ini. Ran Xieya menatap Pelayannya itu, dia penasaran dengan raut wajah Lin May.

“Benar Yang Mulia," sahut Lin May. Gadis itu menghadap Ran Xieya sembari meletakkan beberapa lipatan pakaian diatas ranjang kasur.

Ran Xieya memilah-milah beberapa pakaian itu. Dia pun tersenyum lebar ketika menemukan beberapa pakaian yang dipadukan serasanya cocok dengan dirinya itu. “Sempurna ini tepat sekali.” Puji Ran Xieya. Ran Xieya mendecak kagum setelah mengganti bajunya.

“Yang Mulia jika begitu maka mereka akan salah mengira Anda sebagai seorang pria?” tegur Lin May.

Ran Xieya menghela napas. “Kenapa lagi?” tanya Ran Xieya.

“Pakaian yang Anda pilih memiliki corak khusus untuk laki-laki karena jubah itu berwarna yang lebih gelap, apalagi Yang Mulia tidak memakai riasan kecuali tusuk rambut giok itu," ucap Lin May.

“Anda bahkan mengenakan celana panjang dibalik jubah dasar," imbuh Lin May.

“Eh, tadinya aku malah mau melepasnya dan hanya mengepang rambutku saja.” Ran Xieya tersenyum sumringan. Baginya memakai gaun dan lapisan jubah-jubah itu akan menyulitkannya bergerak. Ran Xieya yang berasal dari abad dua puluh satu tentu saja tidak betah dengan gaya pakaian kuno ini.

“Jangan Yang Mulia." Lin May menggeleng. Raut wajahnya panik dan cemas. "Anda akan dianggap mengkhianati adat istiadat keluarga Ran jika tidak mengenakan semua itu," ucap Lin May.

“Aish ... Aku tidak mau.” Ran Xieya melipat kedua tangannya di depan dada. Bibirnya mengerucut maju dan masam. "Yang benar saja, lagi pula tidak ada yang perduli kok," elak Ran Xieya.

"Baiklah Yang Mulia, paling tidak biarkan Lin May ini mengepang rambutmu," tawar Lin May.

"Silahkan saja, hehe," kekeh Ran Xieya.

Lin May pun mengepang rambut panjang milik Ran Xieya. Kedua tangan gadis itu sangat telaten hingga kepangannya selesai. "Sudah selesai, Yang Mulia." Lin May berucap sembari membungkuk hormat pada Ran Xieya.

"Wah bagus sekali," puji Ran Xieya.

Lin May tersenyum bangga. "Terima kasih Yang Mulia."

"Kalau begitu aku perlu sentuhan terakhir," ucap Ran Xieya. Dia pun memakaikan dirinya jubah panjang berwarna hijau tosca gelap, dilapisi rompi hitam serta sabuk hitam melingkar dipinggang rampingnya. Stick rambutnya tak lupa diselipkan disabuk pinggangnya. "Haha, selesai," ujar Ran Xieya.

Lin May menggeleng kecil. Dia mengenal sosok Ran Xieya yang lemah, tak bergairah dan pendiam jadi sosok periang seperti ini bahkan terbilang unik. "Anda seperti sosok pemuda dari desa daripada Putri kerajaan, Yang Mulia." Lin May berkomentar.

“Haha biarkan saja, oh iya aku ingin jalan-jalan di sekitar istana. Apa kau mau menemaniku Lin May?” tanya Ran Xieya.

“Baik Yang Mulia," ucap Gadis itu mengangguk patuh.

“Aish, jangan sungkan seperti itu, bukankah kita sudah menjadi teman?” Ran Xieya berhasil membuat gadis itu terkejut kembali, yang lebih membuatnya heran adalah Ran Xieya yang meraih pergelangan tangannya sembari berlari keluar dari kamarnya. "Ayo kita jalan-jalan!" teriak Ran Xieya bersemangat.

Mereka berkeliling di kediaman utama keluarga Ran. Ran Xieya tak berhenti mengoceh bahkan berlari-lari dengan riangnya. Beberapa pelayan turut menunduk hormat kepadanya. Tak jarang pula Ran Xieya membalasnya dengan senyuman yang manis. Ran Xieya membuat istana jadi gempar karena tingkah tak terduga sang tuan puteri yang kini sedang bermain-main di sebuah kolam yang letaknya dekat dengan aula utama istana.

“Yang Mulia Ran Xieya, ayo berhentilah bermain di kolam," pinta Lin May. Gadis itu menatap bingung menatap sang Tuan Putri yang sudah menggulung kedua lengan dan celananya.

“Ikan mas koki itu sangat lucu ... aku ingin menangkapnya dan meletakkan aquarium di kamar," ucap Ran Xieya sembari berjalan ke dalam kolam itu.

“Aquarium itu apa Yang Mulia?” tanya Lin May bingung.

“Hahahahaha ... Kau tak tahu itu May?” gelak tawa Ran Xieya menggelegar di seluruh istana. Ran Xieya tertawa terpingkal-pingkal sembari memengangi perutnya. “Ada apa dengan jaman kuno ini," kekeh Ran Xieya sembari tertawa seorang diri.

“Hm?” Ran Xieya segera berhenti tertawa saat melihat seorang pria muda bersama seorang wanita cantik yang berjalan dikawal oleh beberapa prajurit. Postur tubuhnya tinggi, parasnya tampan dan kedua iris magentanya mirip dengan pria itu.

“Ran Xieya!” teriak Pria itu menatapnya dengan sunggingan senyuman yang manis. Pria itu bahkan langsung menghamburkan pelukannya pada tubuh Ran Xieya. “Aku senang kau sudah sembuh," ucap Pria itu sembari mendekap Ran Xieya.

Ran Xieya yang bingung tak mengenal siapapun. “Eh, siapa?” tanya Ran Xieya.

Pria itu melepaskan pelukannya kemudian melihat tampang linglung dari seorang Ran Xieya. “Apa kau sakit? bagaimana kau bisa melupakan kakakmu, aku Ran Rinyou.” Pria itu berucap sembari mengguncang-guncang tubuh Ran Xieya.

“Iya aku ingat, aku ingat, Kakak Tertua," sahut Ran Xieya yang pusing. "Hentikan, kepalaku jadi pusing," pinta Ran Xieya lagi.

“Aku merindukanmu," ucap Ran Rinyou.

Ran Xieya langsung menatap Lin May. Dia benar-benar menunggu penjelasan dari gadis itu. Ran Xieya menganggap saat ini hanya Lin May yang bisa menolong dan memberinya penjelasan secara cuma-cuma bahkan Lin May tampak mentoleri sikap Ran Xieya dan ketidaktahuannya tapi saat itu Lin May hanya tertunduk dengan sopan kepada sang Putra Mahkota itu.

“Rinyou, ayo katamu mau menemui Ibu,” ucap seorang Wanita muda yang meraih lengan Ran Rinyou. "Salam Adik Ipar, baru merasa udara segar ya?" tanya gadis itu sembari menatap Ran Xieya sinis.

Ran Xieya terbiasa dengan tatapan itu sebaliknya dia malah tertawa dengan jahil. “Apa semua gadis cantik selalu memiliki tatapan mata yang sinis?” sindir Ran Xieya. Dia sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.

“Kau! Lihat Rinyou apa yang dilakukan adikmu!" bentak Wanita itu. Gadis itu nyaris menamparnya jika tidak di hadang oleh Ran Rinyou. “Kenapa kau menghadang? dia menyebalkan," ketus Gadis itu.

“Jangan begitu istriku, adikku baru saja sembuh setelah lima tahun ini," ucap Ran Rinyou.

Kedua mata Ran Xieya membulat dengan sempurna. Ran Xieya segera tersenyum untuk menutupi keterkejutannya itu. Tak Ran Xieya sangka jika ia memiliki seorang kakak laki-kali yang bahkan sudah menikah padahal Ran Rinyou tampak masih sangat muda. Ada apa dengan dunia ini, batin Ran Xieya.

“Xieya, jangan lupa malam ini untuk datang menemui para tetua dan Ayah, kau harus menjelaskan semuanya yang terjadi pada Tabib,” ucap Ran Rinyou seraya mencubit ujung hidung Ran Xieya dengan gemas.

Ran Xieya mengadu kesakitan sembari mengelus hidung mancungnya. "Baiklah, aku tahu," sahut Ran Xieya . Dia baru mengingatnya. Ran Xieya nyaris lupa dengan kejadian itu.

Setelah sepasang suami isteri itu pergi Ran Xieya langsung menghampiri Lin May. “Kapan mereka menikah?” tanya Ran Xieya penasaran. Paras manis Ran Xieya menatap serius Lin May yang memerah karena sedari tadi menahan tawanya sambil menatap Ran Xieya dengan kekehan.

“Anda benar-benar sesuatu Yang Mulia." Lin May melepas tawanya saat ini.

“Eh, apanya? kau ini bicaralah dengan jelas," suruh Ran Xieya.

Lin May mendehem. “Hanya Anda yang berani mengkritik Putri Jhan Jia ...,” Lin May menjeda ucapannya sejenak sambil melambai ke arah Ran Xieya untuk segera mendekatinya. “Kabar angin mengatakan kalau dia itu wanita yang licik, Anda lebih baik jangan membuat onar dengannya," ucap Lin May berbisik kepada Ran Xieya.

“Kenapa dia menikah dengan kakakku?” tanya Ran Xieya

“Kurasa Tuan Puteri memiliki ingatan yang buruk. Baiklah Lin May ini akan mengatakannya." Lin May melirik kiri dan kanannya agar memastikan tidak ada yang melihat mereka. "Perjodohan dan fitnah karena Jhan Jia pernah sengaja menyebarkan rumor kedekatannya agar bisa dijodohkan dengan Yang Mulia Ran Rinyou," ucap Lin May berbisik.

"Kalau begitu aku harus berhati-hati juga,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status