Share

Menikah demi Warisan
Menikah demi Warisan
Author: Kak Lola

SURAT WASIAT

"Semua aset perusahaan dari Angkasa Group Construction akan diwariskan pada salah satu putri dari Almarhum Adimas Wibisama."

'Deg!'

Kata-kata itu membuat seluruh darah dari tubuh Kainan menyembur ke otak. Jantung yang tengah terpompa pun seakan terlempar dari mulutnya. Wanita 27 tahun itu benar-benar tidak bisa lagi membendung luapan emosi.

"Salah satu putri?" Suara Kainan menyela dengan nada tinggi. "Adimas Wibisama hanya memiliki satu putri kandung, Kainan Kristian Wibisama, yaitu aku!" tunjuk wamita itu pada dirinya sendiri.

Suasana yang tadinya tenang seketika menjadi gaduh. Ketiga orang dalam ruangan itu saling berbisik menanggapi aksi nekat dari Kainan. Sementara itu, pria beruban di hadapannya adalah seorang yang berprofesi sebagai notaris. Pekerjaannya membacakan surat wasiat dari kepala keluarga Wibisama yang baru tiga hari meninggal dunia. 

“Seperti apa yang telah aku katakan, ayahku-Adimas Wibisama hanya memiliki seorang putri.” Wanita dengan rambut marun sebahu itu melayangkan tatapan tajam pada salah satu gadis muda yang tengah duduk tak berdosa. Ujung jari Kainan ditujukan tepat di hadapannya. “Perempuan itu, bukanlah anak sah dari ayahku! Dia tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga kami.”

“Kai sayang, tenanglah.” Seorang wanita lima puluh tahunan mencoba menenangkannya. Dia ikut berdiri dan tersenyum dengan bibir rapat. “Sayang, bersikaplah sesuai anak dari keluarga Wibisama. Jangan mempermalukan nama keluarga kita di depan notaris yang sudah dipercaya oleh ayahmu.”

“Sayang? Kau menyebutku dengan panggilan manis itu?” Kainan membalas ucapan wanita itu dengan senyum kecut pada bibir merah terangnya. Mata hazel Kainan ikut berputar. “Ayahku sudah meninggal. Sudahi saja drama ibu-anak yang biasa kau lakukan. Setelah ini kau bisa menjadi artis. Kau sangat cocok berperan menjadi ibu tiri baik seperti yang telah kau lakukan padaku sebelumnya.”

“Kai! Jaga ucapanmu!” ucapan lembut wanita itu berganti menjadi sebuah seruan keras.

“Ehm! Nona Kainan dan Nyonya Syeril, saya harap kalian berdua dapat kembali duduk dengan tenang.” Pria tua yang menjabat sebagai notaris itu menyela di tengah pertikaian antara keduanya. Kainan terpaksa duduk. Sesudah itu, wanita tua yang bernama Syeril melayangkan sebuah senyum sebelum dia kembali pada tempatnya.

Di dalam ruangan itu, tepatnya pada ruang keluarga kediaman Wibisama, Pria tua itu memperhatikan setiap ucapan Kainan di balik kacamata tebal miliknya. Dia mencoba mengamati penolakan wajar dari wanita itu. Bayangkan saja bila perusahaan yang disebut-sebutnya tadi adalah usaha milik almarhum ibunya. Ibu kandung Kainan lebih dulu meninggal saat usianya  masih kecil. Perusahaan yang secara langsung diwariskan untuknya telah diambil alih oleh Adimas Wibisama, ayah kandungnya sendiri. Namun, secara sepihak pria itu menuliskan sebuah wasiatnya yang tak berdasar.

Si notaris kembali membaca tiap kata pada map hitam yang sedang dia bawa. “Dalam surat wasiat yang telah ditulis oleh almarhum sebelum meninggal, telah ditetapkan bahwa ahli waris yang akan mendapatkan posisi menjadi CEO dari Angkasa Group adalah salah satu putri yang telah berstatus menikah secara hukum dan agama. Baik itu putri kandung, Kainan Kristian, ataupun putri dari istri keduanya, Carista Jenni.”

Carista Jenni atau seorang gadis 22 tahun yang namanya disebut dalam putusan notaris itu tersenyum puas. Tangannya bergelayut pada Ziel, pria yang akan menjadi suaminya satu bulan lagi.

“Hunnie, kau dengar? Pak tua berkacamata itu bilang bahwa Jenni juga bisa menjadi seorang CEO di perusahaan ayah. Jenni bisa menjadi bos!” Mata cerah dari Jenni membulat. Wajah riangnya bersandar pada Ziel. Di sisi lain, pria tinggi yang ada disampingnya itu tampak tidak menghiraukan ocehan Jenni.

“Bos? Mimpi!” cetus Kai yang langsung mengubah raut riang wajah adik tirinya. Senyum manis dari Jenni seketika itu langsung mengendur. Dia menundukkan kepalanya tanpa berani membalas cemooh Kainan.

Melihat Kainan menginjak perasaan anak kandungnya, Syeril tidak tinggal diam. “Kai, kita sudah mendapatkan seluruh harta dari ayahmu secara merata. Rumah mewah, sejumlah tabungan di bank, perhiasan dan beberapa mobil mahal miliknya sudah dibagi rata atas nama kita. Tidak bisakah kau menghilangkan  sikap serakahmu? Kau sudah mendapatkan banyak harta. Setidaknya kau bisa memberikan posisi CEO pada adikmu.”

Jenni yang mendengarkan ucapan ibunya hanya mengangguk-angguk seperti burung pelatuk, sementara Kainan sudah begitu geram.

"Becus adalah kata lain yang lebih cocok menggantikan kata serakah darimu, Ibu," tekan Kai yang sukses menyindir adiknya.

Syeril memiringkan kepala dan melirik dengan perasaan tidak nyaman pada Jenni. "Jadi kau ingin mengatakan, bahwa … adikmu tidak becus?"

"Suara Jenni merdu. Jenni juga pandai memainkan piano. Jenni pasti bisa menjadi bos yang baik," sahut Jenni polos. Matanya kembali melebar cerah seperti seekor anjing yang ingin dipuji.

Melihat adik tiri yang mengagung-agungkan dirinya sendiri membuat Kainan ingin terbahak, tetapi dia harus menyembunyikan gelak tawanya di balik bibir yang telah  dibungkam dengan jari.

"Apa kau kira keyboard dari perangkat komputer sama halnya seperti tuts piano? Sebuah presentasi dalam rapat direksi bisa kau sebut seperti sebuah panggung dalam konser musik?" Kainan berdiri dan menghampiri Jenni. Dia mencondongkan tubuh rampingnya sehingga wajah cantik dari wanita itu berhadapan langsung dengannya. "Jangan bercanda!"

Kali ini Jenni dan ibunya tidak bisa mengelak dari kebenaran ucapan Kainan. Keberadaan kedua kakak-beradik itu tidak bisa dibandingkan lagi. Kainan adalah wanita pintar. Dia memiliki segudang pengalaman menjadi direktur utama di usianya yang terbilang muda. Sementara itu, Jenni tidaklah pernah mendapatkan pendidikan dalam basis bisnis sebelumnya.

"Kau tidak perlu khawatir, Kai. Sebentar lagi aku dan Jenni akan menikah. Itu akan mempermudah aku untuk membantu adikmu." Suara bernada rendah Ziel masuk dalam obrolan panas di antara dua bersaudara yang tak sedarah itu.

"Di dalam surat wasiat ayahmu sudah dituliskan bahwa yang akan mewarisi jabatan CEO adalah putrinya yang telah menikah. Sebentar lagi Jenni akan menikah. Sedangkan kau …, bahkan sampai sekarang kau tidak memiliki kekasih. Kau juga tidak bisa sembarangan mengajak pria asing untuk segera menikah denganmu, apalagi untuk menempatkan dirimu sebagai seorang CEO, bukan?" ejek ibunya yang merendahkan Kainan secara terang-terangan. Bibir merah wanita itu mengecap bersama kerut kulitnya yang menghiasi kening.

"Apa kau kira tidak akan ada pria yang mau menikahi dirut dari perusahaan besar sepertiku?" sergah Kainan yang saat ini sedang tersinggung. Dia bersedekap dengan sikap angkuhnya. Kainan berusaha menunjukkan posisi yang sejak muda menjadi direktur utama di perusahaan ayahnya. Dia tidak akan rela bila jabatan itu digantikan oleh seseorang yang bahkan tidak berkompeten darinya.

"Kau salah paham, Sayang. Maksudku … tidak ada pria yang lebih cocok mendampingi seorang CEO muda selain Ziel. Dia orang yang sudah lama bekerja di perusahaan ayahmu. Banyak tender yang dimenangkan olehnya. Pernikahannya dengan Jenni secara tidak langsung akan menguntungkan perusahaan, bukannya kau paling mengerti dengan hal itu, Kai?"

"Angkasa Group tidak akan membutuhkan seorang seperti Ziel bila aku sendiri yang duduk di atas kursi CEO," dengus Kainan sambil mengibas rambut merahnya.

Ketiga orang yang ada dalam ruangan itu tersekat diam. Tidak ada lagi dari mereka yang mampu menandingi kehebatan wanita itu. Hanya sebuah surat wasiat saja yang dapat mereka harapkan untuk melenyapkan nama Kainan dari Angkasa Group.

Dengan penuh percaya diri, Kainan berjalan menghampiri notaris itu. Salah satu tangannya diletakkan pada meja di hadapannya. "Katakan saja aturan mainnya."

“Ehm!” Notaris berdehem sebelum memulai kembali sebuah bacaan yang ada dalam kertas di tangannya. “Pernikahan kontrak dianggap tidak sah, perceraian dianggap tidak sah, menikah dengan mempelai yang tidak normal dianggap tidak sah dan menggugurkan kehamilan dianggap tidak sah-”

“Cukup!” Kainan mengangkat salah satu tangannya. Si notaris pun tersentak sesaat. Pria tua itu hanya bisa menatap Kainan tanpa bisa melanjutkan bacaannya.

Mata hazel dari Kainan menatap enggan pada ketiga orang yang tak sabar menunggu kata-katanya selesai. Dengan penuh keyakinan, wanita itu bersedekap. Wajahnya terangkat dan berkata, “Aku akan menikah!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status