Urusan dengan wanita yang bernama Keysa sudah selesai. Ia sudah keluar dari rumah sakit namun, Jay harus kembali dengannya saat di kantor karena Keysa adalah designer yang ia undang dari Amerika.
Seperti biasa, Jay tetap akan profesional dalam urusan pekerjaan mau secantik apapun lawannya.
"Rasya, kau sudah membantunya pindahan kemarin dengan baik?" tanya Jay.
"Sudah, Tuan. Semua sesuai perintah Tuan. Saya mencarikan apartement yang tidak jauh dari kantor," jawab Rasya.
"Penyambutannya bagaimana?"
"Makan malam seluruh staff," jawab Rasya lagi.
"Kenapa wajahmu memerah kalau membahasnya? Apa jangan-jangan kau..." tebak Jay dengan asal.
"Sa--saya kenapa? Hanya perasaan Tuan saja," elak Rasya.
Dari ekspresinya, dari senyum tipisnya, wajahnya yang memerah, getaran suaranya, Rasya jatuh cinta dengan wanita yang bernama Keysa.
Ja
"Pffffftttttt... Hahahaha..." Kaira mengerutkan alisnya. Ia tidak tahu alasan Keysana tertawa geli seperti itu tapi tawa itu dulunya menjadi obat sepi dan sekarang terasa asing karena bertahun-tahun hilang. "Aku sudah memiliki pujaan hati, Kaira. Mana mungkin aku kembali untuk menggeser posisimu," ucap Keysana. "Sungguh? Kau tidak berbohong?" "Ayo kita ngobrol sebentar." Keysana menarik tangan Kaira. "Mama!" panggil Ziel. Deg... Keysana menghentikan langkahnya. Ia tidak menyadari kehadiran Ziel. Matanya terpaku. Ia ingat dengan seseorang yang pernah temui saat melihat Ziel. "Kaira, dia Putrimu?" tanya Keysana. "Ah! Iya, dia putriku. Sayang, salam dulu sama Tante." Keysana mengusap ujung kepala Ziel dengan penuh kasih dan sayang. "Hei, cantik! Ice creamnya sudah meleleh. Mau Tante belikan yang baru?" tanya Keysana sembari tersenyum.
Keysa adalah designer terkenal. Ia menerima tawaran bekerja sama dengan BOYA GROUP hanya untuk mencari Kaira. Ia ingin meminta maaf namun kata maaf ternyata tidak mudah untuk diterima. Rasya sekarang ditugaskan sebagai pendamping sementara Keysa. Jay memang ingin mendekatkan mereka berdua."Nona Key!" panggil Rasya."Iya, Tuan Rasya," jawab Keysana."Ap--apa..." Rasya sedikit ragu.Plakkkk!"Apa Nona Key ada waktu nanti malam?" celetuk Rasya."Pffftttt..." Jay memukul dan mengagetkan Rasya sehingga Rasya mengeluarkan apa yang ia pikirkan begitu saja."Tuan!" Rasya mulai menoleh dan menatap tajam Jay."Kalau saya ada waktu luang, memangnya kenapa?" tanya Keysana."Cepat katakan atau aku akan membuatmu lembur sampai pagi," bisik Jay selirih mungkin.'Astaga! Kenapa jadi Tuan yang lebih agresif dan menahan kawin?' batin Rasya. R
Jay mendorong troli sedangkan ia berjalan di belakang Keysana yang sedang memilih bahan-bahan. Apa gerangan yang membuat Jay akhirnya menemani Keysana? Bukankah Keysana sudah berjanji untuk pergi bersama Rasya? Siapapun yang melihatnya, pasti akan berfikiran buruk. Apapun alasan dibalik itu semua, Jay tidak seharusnya berada di sana dan bertindak seperti seorang pasangan.“Maaf, apa saya menyusahkan Anda, Tuan?”“Kau tidak perlu terlalu canggung. Ini kan sudah diluar jam kantor.”“Iya, tapi saya lebih nyaman seperti ini.”“Bukankah kau ingin pergi dengan Rasya? Kenapa tiba-tiba mengirim pesan supaya aku dan Rasya bertukar tempat?” tanya Jay. Jay tidak tahu alasannya tapi ia hanya mengandalkan rasa percaya kalau Keysana pasti memiliki alasan yang tidak sepele.“Sa
Tap... Tap... Tap... Jay naik ke lantai atas. Ia berjalan dengan lesu. Langkahnya pun maju dengan enggan. 'Apa Kaira juga tahu?' batin Jay. Saat Jay membuka pintu, Kaira sedang berbincang dengan Tuan Alrecha dan Ziel sudah tertidur dengan pulas. "Jay, sudah pulang?" "Sudah, Pa." "Kai, Papa turun dulu. Jay juga sudah pulang." "Iya, Pa!" Jawab Kaira. Tuan Alrecha sudah keluar dan menutup pintu kamar. Jay langsung memeluk Kaira. Kaira hanya diam tanpa membalas pelukannya. Jay memang sudah terbiasa manja tapi Kaira bisa membedakan saat Jay dalam kondisi biasa atau sedang memiliki masalah. "Sayang, apa ada masalah di kantor?
Rasya memperhatikan penampilannya di dalam cermin. Ia berulang kali mengganti pakaiannya sampai hampir dari setengah isi lemarinya keluar dan membuat pakaiannya berantakan menumpuk di atas ranjang. Rasya juga sudah bolak balik duduk di atas toilet karena ia terlalu gugup sampai gemetaran menunggu moment yang baru kali akan terjadi dalam hidupnya. Selama 35 tahun hidup, moment mendekati wanita baru ia lakukan. Ia sudah 10 tahun bekerja untuk Jay. Pekerjaan pertama dan tidak pernah ia ragukan apalagi berfikir untuk mengganti atasan. Rasya akhirnya memutuskan untuk memakai celana hitam dan kemeja maroon. Dasinya bercorak yang sesuai dengan tampilannya. Sebelum itu, ia sudah memotong rambutnya yang memanjang hampir menutupi matanya.“Kalau dilihat-lihat, aku tampan juga. Kira-kira, apa yang akan Nona Key p
Jay mengatakan kalau alkohol yang paling Rasya sukai namun sebenarnya, Rasya paling lemah terhadap alkohol. Mau itu tipe alkohol rendah atau tinggi. Rasya selalu menghindari alkohol. Ia tidak ingin dan tidak terbiasa. Permintaan Keysana tidak mungkin ia tolak. Tapi Rasya juga diambang kebimbangan. Hal itu membuat Rasya diam dengan tangan yang menggenggam wine. “Apa tipe yang saya tuangkan tidak sesuai selera Tuan Rasya?” “Ah— Sebenarnya saya...” Ragu tapi Rasya ingin mengatakannya. “Saya suka semua merk alkohol yang ada.” Pada akhirnya Rasya tidak mengatakan yang sebenarnya. “Ternyata Tuan memang pecinta alkohol. Apa Tuan mau mendengarkan cerita saya?” “Ceritalah. Bicara dan lakukan yang Nona Key suka.” Hahhhhhh... Entah apa yang akan Keysana ceritakan. Ia menghela nafasnya, meletakkan wine yang belum ia teguk ke atas meja. Lalu, mata Rasya mendelik. Keysana me
Ziel mengusap-usap matanya. Pendengarannya sangat tajam. Memang sudah waktunya makan malam jadi Ziel terbangun karena lapar tapi suara aneh dan asing terdengar olehnya. Itu faktor utama yang membuat Ziel membuka matanya. Cukup lama Ziel menunggu tapi suara-suara itu semakin pekat terdengar. Ziel menunggu Jay atau Kaira memanggil tapi mereka berdua tidak kunjung datang. Ziel semakin penasaran. Ia berjalan mendekati kamar mandi. Tangan Ziel memegang gagang pintu dan siap untuk membukanya.Ceklek!“Ziel!”*** Kaira mendorong Jay supaya Jay berhenti merabanya. Jay sudah mengatakan kalau ia sudah puas tapi sayangnya, kata puas itu ternyata rayuan Jay ingin meminta melakukannya sekali lagi“Jay, hentikan!” pinta Kaira. Jay tidak berhenti. Ia membawa Kaira dalam dekapannya dan memasukkan Kaira ke dal
Pagi itu Kaira merasa tubuhnya sangat lelah. Ziel tidur dengan Nyonya Luna semalam, sehingga Jay kembali melakukan hubungan panas dengan Kaira sampai malam hampir menjelang pagi. Stamina Jay tidak Kaira pungkiri. Ia seperti pria yang haus akan hasrat.Srashhhhhhhhh! Air hangat mulai membasahi tubuh Jay. Kaira mengernyitkan keningnya. Cahaya mentari menyeruak masuk melalu jendela dan membuat mata Kaira menjadi silau.Tringggggg! Ponsel Jay terus berdering. Ada beberapa pesan masuk. Kaira berfikir kalau itu bisa jadi pesan dari Rasya atau kolega bisnisnya.“Sayang, hp mu banyak pesan,” teriak Kaira.“Buka saja. Kalau penting langsung balas.” Tidak ada privasi apapun. Jay selalu meminta Kaira untuk membuka ponselnya. Hal itu yang membuat Kaira percaya meski Jay sering kali dinas