"Kakak…..!!!”
Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap.
Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit.
“Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”
Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat.
Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam.
Hingga paginya…..
“Tuan putri…..!!!”
“Tuan putri…!!!”
Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia.
Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan keningnya, sedikit malah.
“Tidak sopan, masuk tanpa ijin dan berteriak di kediamanku,!” tegur Mia.
“Mohon ampuni hamba tuan Putri,” dengan terengah engah gadis pelayan itu berlutut memohon ampun pada Mia.
“Katakan apa yang membuatmu begitu tidak sopan di kediamanku?” tanya Mia.
Gadis pelayan itu teringat kenapa dia berlari, jadi dengan cepat dia menjelaskan.
“Begini tuan Putri…… hamba mendengar berita buruk dari perbatasan,” gadis itu mulai bercerita.
Tangan Mia bergetar, dupa yang dipakainya untuk berdoa tanpa sadar jatuh.
“Tadi hamba mendengar, ada pesan dari jenderal Seno tentang berita di perbatasan. Raja Shan An menghilang dalam pertempuran. Bahkan sampai sekarang tidak diketahui beliau masih hidup atau sudah meninggal.”
Mia yang mendengar kabar ini langsung lemas, jatuh ke lantai.
Dunianya seakan hancur.
Matanya membulat tidak percaya. Dengan perlahan tapi pasti air matanya mengalir keluar.
Kakaknya hilang…..
Bagaimana ini bisa terjadi. Kakaknya sangat kuat, tidak akan mungkin kalah, atau meninggal secepat ini.
“Ini bohong kan….?” Dia tidak berani mempercayai perkataan gadis pelayan itu.
“Jelaskan padaku dengan cepat…!!!” Mia tidak tahan untuk berteriak. Emosinya benar - benar meledak, bagaimana kakaknya bisa menghilang.
Pasti terjadi suatu kesalahan…
Mia yang biasanya mempunyai sifat yang sangat tenang, sekarang benar - benar tidak bisa mengendalikan emosinya.
“Putri… Putri mohon anda tenang…,” gadis pelayan itu berusaha menengkan Mia.
“Bagaimana aku bisa tenang, kakakku… keluargaku satu - satunya tidak diketahui kabarnya… kau pikir aku bisa tenang…?” Mia berteriak. " Hu…. Hu… Hu…” Mia menangis dengan sangat pilu.
“Paman… paman, aku harus temui paman.” Mia berlari keluar dari kediamannya, menuju ke aula depan Istana.
Di sana pamannya bersama para menteri tengah mengadakan rapat darurat karena hilangnya sang Raja Thierra.
“Tuan Holdy, kita harus memastikan berita ini, jangan hanya karena Raja belum ditemukan dia sudah dinyatakan meninggal,” usul seorang menteri.
“Benar tuan, setidaknya meskipun sudah meninggal harus ada jasadnya agak kami dan para rakyat yakin,” timpal yang lainnya.
“Takutnya ini hanya kabar yang digunakan untuk membuat kerusuhan di kerajaan Thierra,” seorang menteri lainnya juga menimpali.
“Mohon anda pikirkan dengan bijak….” para menteri memberi nasehat pada tuan Holdy.
Tuan Holdy memijit pelipis matanya. Dia sendiri juga terkejut dengan berita ini. Dia tidak percaya jika keponakan laki - lakinya yang kuat bisa kalah semudah itu.
“Aku akan kirim pasukan bantuan untuk mencari keberadaan Raja Shan An, untuk sementara, pemerintahan akan dijalankan oleh ku dan para menteri kepercayaan Shan An. Apakah ada yang keberatan?” tanyanya.
Para menteri berpikir, tidak baik juga jika tahta kosong tanpa pemimpin. Tuan Holdy bisa menjadi pemimpin sementara agar tidak ada kerusuhan di dalam kerajaan.
“Baiklah, kami setuju anda menjadi pemimpin sementara bersama para menteri kepercayaan Raja Shan An," para menteri itu berkomentar.
Dari arah pintu, tiba - tiba Mia berlari dengan linangan air mata di wajahnya. Bahkan dia sampai tidak mengenakan sepatunya karena saking cemasnya.
“Paman, katakan padaku, semua berita ini bohong kan? Kakakku baik - baik saja kan…?” Mia bertanya dengan penuh emosi.
“Mia…, tenangkan dirimu. Semuanya belum jelas, jangan membuat suasana semakin kacau,” Holdy memberi nasehat.
“Bagaimana aku bisa tenang paman, kakakku belum jelas bagaimana nasibnya, kau menyuruhku tenang!! Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk padanya?” Mia terus menangis dan berkata dengan cemas.
Holdy benar - benar pusing dibuatnya.
“Kau…!!! bawa putri Mia kembali ke kediamannya, jangan hanya diam di depan pintu!!!”
“Cepat…!!!” tuan Hody memerintah gadis pelayan yang berdiri di depan pintu aula.
Dengan gemetar, gadis pelayan itu memapah Mia, awalnya Mia menolak, tetapi melihat permohonan di mata gadis pelayan itu akhirnya dia menurutinya.
Para menteri yang melihat keadaan Mia merasa iba. Mereka tau bagaimana sedihnya sang putri, tapi mereka tidak bisa berbuat apa - apa. Untuk saat ini mereka hanya bisa menunggu.
Semoga Raja Shan An segera ditemukan.
Sementara di medan pertempuran.
Rairu memandang tajam ke arah tenda - tenda milik kerajaan Thierra di arah seberang. Dengan masa elangnya dia memindai segalanya. Seakan masih kurang terima karena rivalnya menghilang begitu saja.
Sudut bibirnya terangkat.
“Siapkan kertas dan tinta, aku akan membuat perhitungan dengan Thierra!!!”
Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. Terbukti sebelum Shan An menghilang, Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. "Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum.""Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan.""Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita t
Putri Mia hadir di upacara. Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur. Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman. Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa. Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan. "Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy. Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya. Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.Ia tidak menyalahkannya.Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra."Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?"Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.Ia harus tegar.Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah."Aku siap," kata
Persiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah. Ada yang bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik. Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan. Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis. Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul. Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan. Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia. Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze. Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung. “Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.“Dia benar - bener seorang pengecut.”“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” u
Mia hanya bisa menangis, dirinya begitu lemah. Dia menyesali kenapa dia harus menjadi putri yang lemah lembut. Seharusnya dulu dia juga belajar beladiri, agar setidaknya bisa membantu perjuangan kakaknya di medan perang. “Kakak…..” gumamnya dalam tangisnya. Dulu ayahnya juga sangat suka berperang. Sampai - sampai kakaknya yang masih sangat muda sering dituntut untuk menggantikannya mengurus pemerintahan. Ibunya tidak tahan dengan kehidupannya sehingga sakit keras dan akhirnya meninggal. Sejak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sadar dan sudah jarang kembali ke medan perang. Tetapi, karena terlalu sedih akan kehilangan istrinya, ayahnya pun jatuh sakit dan menyusul istrinya meninggal. Itu adalah saat paling menyedihkan bagi Mia. Saat itu umurnya bahkan baru 12 tahun. Sedangkan kakaknya yang berumur 16 tahun terpaksa harus mewarisi tahta dan juga kerajaan. Setelah itu sama seperti ayahnya, kakaknya lebih suka berperang daripada harus tinggal di Istana. Dia berkata, jika tidak berpe
"Kakak…..!!!”Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap. Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit. “Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat. Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam. Hingga paginya…..“Tuan putri…..!!!”“Tuan putri…!!!”Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia. Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan
"Matilah kau Rairuu….!”“Matilah kau Shan An…!”Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang. “Trang….!!!”Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang mau saling mengalah diantara mereka. Raja dari dua kerajaan besar itu selalu saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra. Kedua kerajaan besar di Gerswin. Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini. Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar. “Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu. “Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tida