Share

Bab 2

Author: Lerina
last update Last Updated: 2025-09-19 10:41:16

"Kakak…..!!!”

Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap. 

Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit. 

“Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”

Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat. 

Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam. 

Hingga paginya…..

“Tuan putri…..!!!”

“Tuan putri…!!!”

Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia. 

Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan keningnya, sedikit malah. 

“Tidak sopan, masuk tanpa ijin dan berteriak di kediamanku,!” tegur Mia. 

“Mohon ampuni hamba tuan Putri,” dengan terengah engah gadis pelayan itu berlutut memohon ampun pada Mia. 

“Katakan apa yang membuatmu begitu tidak sopan di kediamanku?” tanya Mia. 

Gadis pelayan itu teringat kenapa dia berlari, jadi dengan cepat dia menjelaskan.

“Begini tuan Putri……  hamba mendengar berita buruk dari perbatasan,” gadis itu mulai bercerita. 

Tangan Mia bergetar, dupa yang dipakainya untuk berdoa tanpa sadar jatuh. 

“Tadi hamba mendengar, ada pesan dari jenderal Seno tentang berita di perbatasan. Raja Shan An menghilang dalam pertempuran. Bahkan sampai sekarang tidak diketahui beliau masih hidup atau sudah meninggal.”

Mia yang mendengar kabar ini langsung lemas, jatuh ke lantai. 

Dunianya seakan hancur. 

Matanya membulat tidak percaya. Dengan perlahan tapi pasti air matanya mengalir keluar. 

Kakaknya hilang….. 

Bagaimana ini bisa terjadi. Kakaknya sangat kuat, tidak akan mungkin kalah, atau meninggal secepat ini. 

“Ini bohong kan….?” Dia tidak berani mempercayai perkataan gadis pelayan itu. 

“Jelaskan padaku dengan cepat…!!!” Mia tidak tahan untuk berteriak. Emosinya benar - benar meledak, bagaimana kakaknya bisa menghilang. 

Pasti terjadi suatu kesalahan… 

Mia yang biasanya mempunyai sifat yang sangat tenang, sekarang benar - benar tidak bisa mengendalikan emosinya. 

“Putri… Putri mohon anda tenang…,” gadis pelayan itu berusaha menengkan Mia. 

“Bagaimana aku bisa tenang, kakakku… keluargaku satu - satunya tidak diketahui kabarnya… kau pikir aku bisa tenang…?” Mia berteriak. " Hu…. Hu… Hu…” Mia menangis dengan sangat pilu. 

“Paman… paman, aku harus temui paman.” Mia berlari keluar dari kediamannya, menuju ke aula depan Istana. 

Di sana pamannya bersama para menteri tengah mengadakan rapat darurat karena hilangnya sang Raja Thierra. 

“Tuan Holdy, kita harus memastikan berita ini, jangan hanya karena Raja belum ditemukan dia sudah dinyatakan meninggal,” usul seorang menteri. 

“Benar tuan, setidaknya meskipun sudah meninggal harus ada jasadnya agak kami dan para rakyat yakin,” timpal yang lainnya. 

“Takutnya ini hanya kabar yang digunakan untuk membuat kerusuhan di kerajaan Thierra,” seorang menteri lainnya juga menimpali. 

“Mohon anda pikirkan dengan bijak….” para menteri memberi nasehat pada tuan Holdy. 

Tuan Holdy memijit pelipis matanya. Dia sendiri juga terkejut dengan berita ini. Dia tidak percaya jika keponakan laki - lakinya yang kuat bisa kalah semudah itu. 

“Aku akan kirim pasukan bantuan untuk mencari keberadaan Raja Shan An, untuk sementara, pemerintahan akan dijalankan oleh ku dan para menteri kepercayaan Shan An. Apakah ada yang keberatan?” tanyanya. 

Para menteri berpikir, tidak baik juga jika tahta kosong tanpa pemimpin. Tuan Holdy bisa menjadi pemimpin sementara agar tidak ada kerusuhan di dalam kerajaan.

“Baiklah, kami setuju anda menjadi pemimpin sementara bersama para menteri kepercayaan Raja Shan An," para menteri itu berkomentar. 

Dari arah pintu, tiba - tiba Mia berlari dengan linangan air mata di wajahnya. Bahkan dia sampai tidak mengenakan sepatunya karena saking cemasnya.

“Paman, katakan padaku, semua berita ini bohong kan? Kakakku baik - baik saja kan…?” Mia bertanya dengan penuh emosi. 

“Mia…, tenangkan dirimu. Semuanya belum jelas, jangan membuat suasana semakin kacau,” Holdy memberi nasehat. 

“Bagaimana aku bisa tenang paman, kakakku belum jelas bagaimana nasibnya, kau menyuruhku tenang!! Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk padanya?” Mia terus menangis dan berkata dengan cemas. 

Holdy benar - benar pusing  dibuatnya. 

“Kau…!!! bawa putri Mia kembali ke kediamannya, jangan hanya diam di depan pintu!!!”

“Cepat…!!!” tuan Hody memerintah gadis pelayan yang  berdiri di depan pintu aula.

Dengan gemetar, gadis pelayan itu memapah Mia, awalnya Mia menolak, tetapi melihat permohonan di mata gadis pelayan itu akhirnya dia menurutinya. 

Para menteri yang  melihat keadaan Mia merasa iba. Mereka tau bagaimana sedihnya  sang putri, tapi mereka tidak bisa berbuat apa - apa. Untuk saat ini mereka hanya bisa menunggu. 

Semoga Raja Shan An segera ditemukan. 

Sementara di medan pertempuran. 

Rairu memandang tajam ke arah tenda - tenda milik kerajaan Thierra di arah seberang. Dengan masa elangnya dia memindai segalanya. Seakan masih kurang terima karena rivalnya menghilang begitu saja. 

Sudut bibirnya terangkat. 

“Siapkan kertas dan tinta, aku akan membuat perhitungan dengan Thierra!!!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eliyen Author
Yes!!! Tunjukkan kekuatanmu, Rairu!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 14

    Mia menatap di kejauhan, sebenarnya sangat melelahkan, tapi kakaknya belum datang juga. Mungkinkah kakaknya tidak tahu kalau dia di sini? Atau mungkin saja dia sudah di khianati oleh kakaknya sendiri. "Lira, apa kau tahu kenapa aku di bawa ke sini?" tanya Mia, memecah keheningan. Lira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu pasti, Putri. Tapi saya dengar, Raja Rairu tertarik dengan kecantikan Anda." Mia mendengus sinis. "Kecantikan? Rairu tidak peduli dengan kecantikan. Dia hanya peduli dengan kekuasaan." "Mungkin saja ada alasan lain," kata Lira. "Mungkin Raja Rairu ingin menjalin hubungan baik dengan kerajaan Thierra." "Hubungan baik?" Mia tertawa hambar. "Rairu tidak tahu apa artinya hubungan baik. Dia hanya tahu bagaimana cara menaklukkan dan menguasai." Mia terdiam sejenak, lalu menatap Lira dengan tatapan serius. "Lira, aku ingin kau mencari tahu segalanya tentang Rairu. Aku ingin tahu apa yang dia rencanakan, apa yang dia inginkan, dan siapa saja musuhnya." Lira mengang

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 13

    "Apa yang bisa kau lakukan untukku, Lira?" tanya Mia, menyelidik. Matanya menelisik setiap inci ekspresi Lira, mencari tanda - tanda kebohongan.Lira menunduk, menggigit bibirnya. "Saya... saya bisa memberi tahu Anda apa yang Selir Tania rencanakan. Saya tahu banyak hal tentangnya, tentang orang - orang yang bekerja untuknya. Saya bisa menjadi mata dan telinga Anda di istana ini."Mia terdiam sejenak, menimbang kata - kata Lira. Ia tahu ini adalah kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, namun ia juga sadar akan bahaya yang mengintai. Jika Tania mengetahui bahwa Lira berkhianat, nyawa pelayan itu bisa terancam."Kau tahu ini berbahaya, kan?" tanya Mia, suaranya pelan namun tegas. "Jika Tania tahu kau membantuku, dia tidak akan segan - segan menyakitimu."Lira mengangkat kepalanya, menatap Mia dengan mata penuh tekad. "Saya tahu, Putri. Tapi saya sudah muak dengan semua kebohongan dan kekejaman di istana ini. Saya ingin melakukan sesuatu yang benar, meskipun itu berarti memperta

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 12

    Pelayan itu menunduk dalam - dalam. "Siap, Yang Mulia."Tania berbalik dan berjalan pergi, langkahnya kali ini lebih ringan dan penuh percaya diri. Dia tahu bahwa Rairu mempercayainya, dan itu adalah modal yang sangat berharga. Sekarang, dia hanya perlu membuktikan bahwa kecurigaannya terhadap Mia benar.Keesokan harinya, Mia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ia merasa seperti ada mata yang terus mengawasinya. Ia mencoba mengabaikannya dan bersiap - siap untuk hari itu.Setelah berpakaian, Mia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, ia melihat Rairu sudah menunggunya."Selamat pagi, Putri," sapa Rairu dengan seringai kecilnya."Selamat pagi, Yang Mulia," jawab Mia, sedikit gugup. Jujur Mia sedikit takut dengan Rairu, karena setaunya, reputasi Rairu sangat buruk. Dia kasar dan berdarah dingin. Mereka berdua duduk dan mulai makan. Suasana terasa canggung dan tegang. Mia merasa Rairu terus memperhatikannya, seolah - olah ia sedang mencari sesuatu."Apakah a

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 11

    Di salah satu sudut istana Bardish yang megah, Sebuah paviliun tampak terang benderang. Dengan hiasan kristal dan lentera yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan lorongnya. Memperlihatkan jika paviliun itu adalah kediaman milik orang yang berpengaruh. Paviliun Ungu, paviliun tempat tinggal selir Tania Tan. Selir kesayangan Rairu sekaligus teman masa kecil Rairu. "Jadi..., si gadis Thierra sudah masuk ke istana?" tanyanya pada pelayannya. "Benar Yang Mulia, dari yang hamba dengar seperti itu," jawab gadis pelayan. "Haruskah aku menyapanya?" gumam Tania pada dirinya sendiri sambil tersenyum sinis. "Siapa dia hingga aku harus menyapanya lebih dulu."Tania menjentikkan jarinya, memanggil pelayan lain. "Antarkan aku ke kediaman Yang Mulia Raja Rairu."Pelayan itu terkejut. "Tapi, Yang Mulia, ini sudah larut malam. Apakah pantas bagi kita untuk mengganggu Raja?"Tania tersenyum sinis. "Jangan khawatir. Aku yakin Rairu akan senang dengan kedatanganku. Dan lagi pula, aku punya alasan y

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 10

    Ruang kerja Rairu terasa dingin dan mengintimidasi. Cahaya lilin yang bersinar layaknya sebuah kehangatan di antara dinginnya aura di dalam ruang kerja. Mia mencoba memasang wajah tenang, meski jantungnya berdebar keras. Rairu duduk di kursi kebesarannya, menatap Mia dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi dan dihakimi."Putri Mia," Rairu membuka suara, nadanya datar namun menguar aura berbahaya. "Aku dengar kau sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Bardish milikku!"Terkesan datar, tapi nyatanya pertanyaan itu mengandung sebuah ejekan dan kecurigaan. "Aku hanya ingin mengenal lebih baik tempat yang akan menjadi rumahku," jawab Mia, berusaha tidak terpancing.Rairu menyeringai tipis, seringai yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja. Tapi aku juga dengar kau menanyakan tentang Shan An."Mia menelan ludah. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dia adalah kakakku, wajar jika aku khawatir.""Wajar," Rairu mengangguk pelan, namun sorot matanya

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 9

    Dengan hati - hati, Mia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia membuka tirai dan menatap langit malam yang gelap dan sunyi. Bintang - bintang berkelap - kelip di kejauhan, seolah memberikan harapan dan kekuatan.Mia menarik napas dalam - dalam dan memejamkan mata. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan memfokuskan pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat dan cerdas jika ingin mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang - orang yang ia cintai.'Aku tidak akan menyerah,' batin Mia dengan tekad yang membara. 'Aku akan mengungkap semua rahasia Rairu dan menghentikannya sebelum dia menghancurkan segalanya.'Mia membuka matanya dan menatap langit malam dengan tatapan yang penuh dengan keberanian dan tekad. Ia tahu bahwa perjalanan yang ada di hadapannya akan sulit dan berbahaya, tetapi ia siap untuk menghadapinya. Ia adalah seorang putri, seorang pejuang, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.Keesokan harinya, Mia memutuskan untuk memul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status