Share

Menikahi Pembunuh Kakakku
Menikahi Pembunuh Kakakku
Penulis: Lerina

Bab 1

Penulis: Lerina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-19 10:41:05

"Matilah kau Rairuu….!”

“Matilah kau Shan An…!”

Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang. 

“Trang….!!!”

Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang  mau saling mengalah diantara mereka. 

Raja dari dua kerajaan besar itu selalu  saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra. 

Kedua kerajaan besar di Gerswin. 

Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini. 

Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar. 

“Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu. 

“Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tidak akan mengalah. Kau saja yang pulang dan menyerah, lalu jaga adik kecilmu yang manja itu. Ha… ha….ha…,” Raja Rairu tertawa karena berhasil mengejek Shan An. 

“Sialan kau Rairu…. beraninya kau menghina adikku…!!!" ucap Shan An murka. 

Lagi dan lagi pertarungan keduanya kembali terjadi. Tidak ada kata lelah dalam diri mereka. 

Pertempuran itu terjadi selama tiga hari tiga malam. Bahkan para prajurit terlihat kelelahan dan pergi menuju tenda - tenda militer. 

Akan tetapi, kedua Raja yang  baru  berusia 22 tahun masih berambisi dan mempunyai stamina  yang  sangat besar. Keduanya  masih bertarung tanpa lelah. 

“Jenderal Seno, sampai kapan perang ini akan berakhir?” tanya salah satu prajurit.

“Jujur, kami sudah lelah jenderal. Perang sepanjang tahun dan tanpa ada habisnya. Seharusnya sebagai seorang Raja, Raja Shan An memerintah dengan lebih bijak. Jangan berperang terus, kami juga butuh istirahat.”

Prajurit itu sudah tidak tahan untuk diam. Dia akhirnya mengeluarkan apa yang ada dalam hatinya. 

“Aku tidak bisa berkata  apapun, yang aku tau kita harus mempertahankan  tanah kita. Lagipula, perang ini sudah terjadi selama beberapa generasi.”

“Dan sekarang kerajaan Bardish memiliki raja yang  tangguh, jika raja kita terbawa emosi sepertimu, maka kita akan kehilangan tanah kita.”

“Lagi pula, kalian juga harus berpikir, kenapa raja Shan An sampai bertarung seperti ini. Jika tanah kita  jatuh ke dalam kerajaan Bardish, maka kelangsungan hidup rakyat juga akan terganggu.”

Jenderal Seno memberi penjelasan kepada para prajurit. 

Jujur, dia sendiri lelah, tapi sebagai jenderal senior dia tidak boleh banyak mengeluh dan tidak boleh memberi contoh buruk. 

‘Kenapa langit begitu kejam,’ jendral Seno memandang ke arah langit.

"Langit…berikanlah  ketenangan dua kerajaan ini. Aku hanya ingin melihat kedua kerajaan ini berdamai di usiaku yang sudah tidak muda lagi,” jenderal Seno bergumam dengan memandang ke atas langit. 

Sementara di garis depan, Rairu dan Shan An masih bertarung dengan sengit. Rairu dengan kemampuan bertahannya sedangkan Shan An dengan kemampuan menyerangnya. 

Di senja sore hari ketiga. 

Siapa yang tahu bahwa hari ini akan terjadi kejadian yang akan mengubah sejarah kedua kerajaan. 

Dengan kekuatan penuhnya, baik Shan An maupun Rairu mengeluarkan jurus terdahsyatnya. Sebuah Panah cahaya sebagai jurus andalan Shan An dan Bola Angin Petir sebagai jurus andalan Rairu. 

Keduanya beradu kekuatan internalnya. Naluri membunuh yang besar, terasa begitu kuat sampai membuat para prajurit yang ada di tenda militer merasakan betapa dahsyat kekuatan internal keduanya. 

“RAIRU….!!!”

“SHAN AN….!!!”

Keduanya saling mendekat dan menyerang. 

“DUAR…….!!!!”

Ledakan dahsyat yang  menyilaukan mata muncul dari adu kekuatan antara Shan An dan Rairu. 

Keduanya terpental karena tabrakan kekuatan yang sangat dahsyat. Rairu bertahan pada sebuah batu dan memicingkan matanya, berusaha melihat apa yang terjadi. 

Menang atau kalah…. 

Disisi lain, Shan An terlempar jauh dari jangkauan mereka. Dia pingsan karena kehabisan tenaga dan terbawa ledakan ke tempat yang jauh. 

Debu dan angin beterbangan karena adu dua kekuatan besar. Tidak ada yang bisa mendapatkan jawaban siapa diantara keduanya yang kalah ataupun menang. 

Baik prajurit Bardish atau prajurit Thierra sama - sama cemas. 

Hingga angin membawa debu yang menghalangi pemandangan menghilang. Terlihat seseorang berbaring. Meskipun dengan banyak luka di tubuhnya, tapi dapat dipastikan jika dia masih hidup. 

Dia adalah raja Rairu dari Bardish. 

Sedangkan raja Shan An tidak terlihat sama sekali, baik masih hidup atau sudah mati. 

Dia Menghilang… 

Menghilang seperti ditelan bumi. Jenderal Seno dan para prajurit tidak hentinya terkejut. 

Bagaimana hal ini bisa terjadi? 

Ini akan menjadi hal yang sangat mengerikan. Raja kerajaan Thiera telah hilang, bahkan hidup dan matinya tidak dapat dipastikan. 

Rairu yang mengetahuinya menjadi sangat marah. 

“Shan An sialan, beraninya dia menghilang…!!!”

Rasa kehilangan rival yang kuat sedikit muncul di hatinya. Tapi hal itu hanya berlangsung selama beberapa saat. 

“Aku menang…!!!”

“Kerajaan Thierra menjadi milikku…!!!”

“Ha…ha…ha…!!!” dengan bangganya Rairu tertawa lebar. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 14

    Mia menatap di kejauhan, sebenarnya sangat melelahkan, tapi kakaknya belum datang juga. Mungkinkah kakaknya tidak tahu kalau dia di sini? Atau mungkin saja dia sudah di khianati oleh kakaknya sendiri. "Lira, apa kau tahu kenapa aku di bawa ke sini?" tanya Mia, memecah keheningan. Lira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu pasti, Putri. Tapi saya dengar, Raja Rairu tertarik dengan kecantikan Anda." Mia mendengus sinis. "Kecantikan? Rairu tidak peduli dengan kecantikan. Dia hanya peduli dengan kekuasaan." "Mungkin saja ada alasan lain," kata Lira. "Mungkin Raja Rairu ingin menjalin hubungan baik dengan kerajaan Thierra." "Hubungan baik?" Mia tertawa hambar. "Rairu tidak tahu apa artinya hubungan baik. Dia hanya tahu bagaimana cara menaklukkan dan menguasai." Mia terdiam sejenak, lalu menatap Lira dengan tatapan serius. "Lira, aku ingin kau mencari tahu segalanya tentang Rairu. Aku ingin tahu apa yang dia rencanakan, apa yang dia inginkan, dan siapa saja musuhnya." Lira mengang

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 13

    "Apa yang bisa kau lakukan untukku, Lira?" tanya Mia, menyelidik. Matanya menelisik setiap inci ekspresi Lira, mencari tanda - tanda kebohongan.Lira menunduk, menggigit bibirnya. "Saya... saya bisa memberi tahu Anda apa yang Selir Tania rencanakan. Saya tahu banyak hal tentangnya, tentang orang - orang yang bekerja untuknya. Saya bisa menjadi mata dan telinga Anda di istana ini."Mia terdiam sejenak, menimbang kata - kata Lira. Ia tahu ini adalah kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, namun ia juga sadar akan bahaya yang mengintai. Jika Tania mengetahui bahwa Lira berkhianat, nyawa pelayan itu bisa terancam."Kau tahu ini berbahaya, kan?" tanya Mia, suaranya pelan namun tegas. "Jika Tania tahu kau membantuku, dia tidak akan segan - segan menyakitimu."Lira mengangkat kepalanya, menatap Mia dengan mata penuh tekad. "Saya tahu, Putri. Tapi saya sudah muak dengan semua kebohongan dan kekejaman di istana ini. Saya ingin melakukan sesuatu yang benar, meskipun itu berarti memperta

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 12

    Pelayan itu menunduk dalam - dalam. "Siap, Yang Mulia."Tania berbalik dan berjalan pergi, langkahnya kali ini lebih ringan dan penuh percaya diri. Dia tahu bahwa Rairu mempercayainya, dan itu adalah modal yang sangat berharga. Sekarang, dia hanya perlu membuktikan bahwa kecurigaannya terhadap Mia benar.Keesokan harinya, Mia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ia merasa seperti ada mata yang terus mengawasinya. Ia mencoba mengabaikannya dan bersiap - siap untuk hari itu.Setelah berpakaian, Mia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, ia melihat Rairu sudah menunggunya."Selamat pagi, Putri," sapa Rairu dengan seringai kecilnya."Selamat pagi, Yang Mulia," jawab Mia, sedikit gugup. Jujur Mia sedikit takut dengan Rairu, karena setaunya, reputasi Rairu sangat buruk. Dia kasar dan berdarah dingin. Mereka berdua duduk dan mulai makan. Suasana terasa canggung dan tegang. Mia merasa Rairu terus memperhatikannya, seolah - olah ia sedang mencari sesuatu."Apakah a

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 11

    Di salah satu sudut istana Bardish yang megah, Sebuah paviliun tampak terang benderang. Dengan hiasan kristal dan lentera yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan lorongnya. Memperlihatkan jika paviliun itu adalah kediaman milik orang yang berpengaruh. Paviliun Ungu, paviliun tempat tinggal selir Tania Tan. Selir kesayangan Rairu sekaligus teman masa kecil Rairu. "Jadi..., si gadis Thierra sudah masuk ke istana?" tanyanya pada pelayannya. "Benar Yang Mulia, dari yang hamba dengar seperti itu," jawab gadis pelayan. "Haruskah aku menyapanya?" gumam Tania pada dirinya sendiri sambil tersenyum sinis. "Siapa dia hingga aku harus menyapanya lebih dulu."Tania menjentikkan jarinya, memanggil pelayan lain. "Antarkan aku ke kediaman Yang Mulia Raja Rairu."Pelayan itu terkejut. "Tapi, Yang Mulia, ini sudah larut malam. Apakah pantas bagi kita untuk mengganggu Raja?"Tania tersenyum sinis. "Jangan khawatir. Aku yakin Rairu akan senang dengan kedatanganku. Dan lagi pula, aku punya alasan y

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 10

    Ruang kerja Rairu terasa dingin dan mengintimidasi. Cahaya lilin yang bersinar layaknya sebuah kehangatan di antara dinginnya aura di dalam ruang kerja. Mia mencoba memasang wajah tenang, meski jantungnya berdebar keras. Rairu duduk di kursi kebesarannya, menatap Mia dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi dan dihakimi."Putri Mia," Rairu membuka suara, nadanya datar namun menguar aura berbahaya. "Aku dengar kau sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Bardish milikku!"Terkesan datar, tapi nyatanya pertanyaan itu mengandung sebuah ejekan dan kecurigaan. "Aku hanya ingin mengenal lebih baik tempat yang akan menjadi rumahku," jawab Mia, berusaha tidak terpancing.Rairu menyeringai tipis, seringai yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja. Tapi aku juga dengar kau menanyakan tentang Shan An."Mia menelan ludah. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dia adalah kakakku, wajar jika aku khawatir.""Wajar," Rairu mengangguk pelan, namun sorot matanya

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 9

    Dengan hati - hati, Mia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia membuka tirai dan menatap langit malam yang gelap dan sunyi. Bintang - bintang berkelap - kelip di kejauhan, seolah memberikan harapan dan kekuatan.Mia menarik napas dalam - dalam dan memejamkan mata. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan memfokuskan pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat dan cerdas jika ingin mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang - orang yang ia cintai.'Aku tidak akan menyerah,' batin Mia dengan tekad yang membara. 'Aku akan mengungkap semua rahasia Rairu dan menghentikannya sebelum dia menghancurkan segalanya.'Mia membuka matanya dan menatap langit malam dengan tatapan yang penuh dengan keberanian dan tekad. Ia tahu bahwa perjalanan yang ada di hadapannya akan sulit dan berbahaya, tetapi ia siap untuk menghadapinya. Ia adalah seorang putri, seorang pejuang, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.Keesokan harinya, Mia memutuskan untuk memul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status