Share

Bab 7

Author: Lerina
last update Huling Na-update: 2025-09-25 13:42:42

Rairu tertawa pelan, namun tawa itu tidak mencapai matanya. "Tentu saja, Putri Mia. Kita akan menjadi pasangan yang sangat bahagia. Kerajaan kita akan bersatu dan menjadi yang terkuat di seluruh dunia."

 

Mia membalas tatapan Rairu dengan senyum yang sama palsunya. "Aku sangat senang mendengarnya, Yang Mulia. Aku selalu bermimpi tentang persatuan dan kedamaian."

 

Rairu mengulurkan tangannya. "Mari kita masuk, Putri. Aku sudah menyiapkan jamuan makan malam yang mewah untuk menyambut kedatanganmu."

 

Mia menerima uluran tangan Rairu. Sentuhan mereka dingin dan tidak menyenangkan. Mia merasa seperti sedang menyentuh ular.

 

"Dengan senang hati, Yang Mulia," kata Mia.

 

Mereka berjalan berdampingan memasuki gerbang kerajaan Bardish. Para pengawal berbaris rapi di sepanjang jalan, memberikan hormat kepada mereka. Mia bisa merasakan tatapan mereka yang tajam dan curiga. Ia tahu bahwa ia sedang berada di sarang musuh.

 

Saat mereka berjalan melewati gerbang, Mia melihat sekilas seorang pria yang berdiri di antara kerumunan. Pria itu mengenakan pakaian compang - camping dan wajahnya ditutupi oleh luka. Namun, Mia bisa mengenali matanya. Mata itu adalah mata Luhan, sahabat baik kakaknya. 

 

Mia terkejut dan hampir berteriak. Namun, ia berhasil menahan diri. Ia tidak ingin Rairu tahu bahwa ia telah melihat Luhan.

 

'Kenapa kak Luhan ada disini....?' batin Mia. 'Apa yang terjadi padamu?'

 

Mia bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Luhan. Ia tidak akan membiarkan Rairu mengetahui keadaannya. 

 

Rairu membawa Mia ke aula utama kerajaan. Aula itu didekorasi dengan mewah, dengan lampu - lampu kristal yang berkilauan dan karpet merah yang tebal. Para bangsawan dan pejabat kerajaan Bardish sudah berkumpul di sana, menunggu kedatangan Mia.

 

Rairu memperkenalkan Mia kepada semua orang. Mia tersenyum dan membungkuk dengan sopan. Ia berusaha untuk terlihat ramah dan menyenangkan, meskipun hatinya dipenuhi dengan kecurigaan dan ketakutan.

 

Setelah perkenalan selesai, Rairu mengajak Mia untuk duduk di meja makan yang besar. Meja itu dipenuhi dengan berbagai macam hidangan lezat dan minuman anggur yang mahal.

 

"Silakan menikmati hidangannya, Putri Mia," kata Rairu. "Aku harap kau menyukainya."

 

Mia mengambil sepotong daging dan mencicipinya. Rasanya enak, tapi ia tidak bisa menikmati makanan itu. Ia terlalu khawatir tentang Shan An dan rencana Rairu.

 

"Terima kasih, Yang Mulia," kata Mia. "Makanan ini sangat lezat."

 

Rairu tersenyum puas. "Aku senang kau menyukainya. Aku sudah menyiapkan yang terbaik untukmu."

 

Mereka makan dalam diam selama beberapa saat. Mia terus memperhatikan Rairu, mencoba untuk membaca pikirannya. Namun, Rairu terlalu pandai menyembunyikan perasaannya.

 

"Putri Mia," kata Rairu tiba - tiba. "Aku ingin bertanya sesuatu padamu."

 

Mia menelan ludahnya. "Tentu, Yang Mulia. Apa yang ingin kau tanyakan?"

 

"Aku dengar bahwa kakakmu, Shan An, menghilang," kata Rairu. "Apakah itu benar?"

 

Mia terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan perasaannya.

 

"Ya, Yang Mulia," jawab Mia. "Kakakku menghilang. Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya."

 

Rairu menatap Mia dengan tajam. "Aku turut berduka cita atas kehilanganmu, Putri. Shan An adalah seorang pejuang yang hebat. Sebagai rivalnya aku sangat menghormatinya."

 

Mia tidak percaya dengan kata-kata Rairu. Ia tahu bahwa Rairu sedang berbohong. Ia yakin bahwa Rairu tahu sesuatu tentang hilangnya Shan An.

Apalagi, sudah terlihat jelas motif Rairu bertanya tentang kak Shan An kepadanya. Intinya, dia ingin memastikan sesuatu. 

 

"Terima kasih, Yang Mulia," kata Mia. "Aku harap kakakku masih hidup dan akan kembali kepada kami."

 

"Aku juga berharap begitu, Putri," kata Rairu. "Aku akan melakukan segalanya untuk membantumu menemukan kakakmu."

 

Mia tersenyum sinis dalam hati. Ia tahu bahwa Rairu tidak akan pernah membantunya. Rairu adalah orang yang bertanggung jawab atas hilangnya Shan An.

 

"Aku sangat menghargai tawaranmu, Yang Mulia," kata Mia. "Tapi aku akan mencari kakakku sendiri. Aku tidak ingin merepotkanmu."

 

Rairu mengangkat alisnya. "Kau yakin, Putri? Mencari seseorang di wilayah musuh sangat berbahaya. Aku tidak ingin kau terluka."

Ucapan Rairu mengandung makna tersendiri, apalagi Mia tau bagaimana kebencian Rairu pada kakaknya. Bisa jadi jika Rairu menemukannya lebih dulu, maka keselamatan kakaknya akan dipertaruhkan. 

'Kaulah musuhku yang sebenarnya,' batin mia dengan memandang tajam Rairu. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 14

    Mia menatap di kejauhan, sebenarnya sangat melelahkan, tapi kakaknya belum datang juga. Mungkinkah kakaknya tidak tahu kalau dia di sini? Atau mungkin saja dia sudah di khianati oleh kakaknya sendiri. "Lira, apa kau tahu kenapa aku di bawa ke sini?" tanya Mia, memecah keheningan. Lira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu pasti, Putri. Tapi saya dengar, Raja Rairu tertarik dengan kecantikan Anda." Mia mendengus sinis. "Kecantikan? Rairu tidak peduli dengan kecantikan. Dia hanya peduli dengan kekuasaan." "Mungkin saja ada alasan lain," kata Lira. "Mungkin Raja Rairu ingin menjalin hubungan baik dengan kerajaan Thierra." "Hubungan baik?" Mia tertawa hambar. "Rairu tidak tahu apa artinya hubungan baik. Dia hanya tahu bagaimana cara menaklukkan dan menguasai." Mia terdiam sejenak, lalu menatap Lira dengan tatapan serius. "Lira, aku ingin kau mencari tahu segalanya tentang Rairu. Aku ingin tahu apa yang dia rencanakan, apa yang dia inginkan, dan siapa saja musuhnya." Lira mengang

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 13

    "Apa yang bisa kau lakukan untukku, Lira?" tanya Mia, menyelidik. Matanya menelisik setiap inci ekspresi Lira, mencari tanda - tanda kebohongan.Lira menunduk, menggigit bibirnya. "Saya... saya bisa memberi tahu Anda apa yang Selir Tania rencanakan. Saya tahu banyak hal tentangnya, tentang orang - orang yang bekerja untuknya. Saya bisa menjadi mata dan telinga Anda di istana ini."Mia terdiam sejenak, menimbang kata - kata Lira. Ia tahu ini adalah kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, namun ia juga sadar akan bahaya yang mengintai. Jika Tania mengetahui bahwa Lira berkhianat, nyawa pelayan itu bisa terancam."Kau tahu ini berbahaya, kan?" tanya Mia, suaranya pelan namun tegas. "Jika Tania tahu kau membantuku, dia tidak akan segan - segan menyakitimu."Lira mengangkat kepalanya, menatap Mia dengan mata penuh tekad. "Saya tahu, Putri. Tapi saya sudah muak dengan semua kebohongan dan kekejaman di istana ini. Saya ingin melakukan sesuatu yang benar, meskipun itu berarti memperta

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 12

    Pelayan itu menunduk dalam - dalam. "Siap, Yang Mulia."Tania berbalik dan berjalan pergi, langkahnya kali ini lebih ringan dan penuh percaya diri. Dia tahu bahwa Rairu mempercayainya, dan itu adalah modal yang sangat berharga. Sekarang, dia hanya perlu membuktikan bahwa kecurigaannya terhadap Mia benar.Keesokan harinya, Mia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ia merasa seperti ada mata yang terus mengawasinya. Ia mencoba mengabaikannya dan bersiap - siap untuk hari itu.Setelah berpakaian, Mia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, ia melihat Rairu sudah menunggunya."Selamat pagi, Putri," sapa Rairu dengan seringai kecilnya."Selamat pagi, Yang Mulia," jawab Mia, sedikit gugup. Jujur Mia sedikit takut dengan Rairu, karena setaunya, reputasi Rairu sangat buruk. Dia kasar dan berdarah dingin. Mereka berdua duduk dan mulai makan. Suasana terasa canggung dan tegang. Mia merasa Rairu terus memperhatikannya, seolah - olah ia sedang mencari sesuatu."Apakah a

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 11

    Di salah satu sudut istana Bardish yang megah, Sebuah paviliun tampak terang benderang. Dengan hiasan kristal dan lentera yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan lorongnya. Memperlihatkan jika paviliun itu adalah kediaman milik orang yang berpengaruh. Paviliun Ungu, paviliun tempat tinggal selir Tania Tan. Selir kesayangan Rairu sekaligus teman masa kecil Rairu. "Jadi..., si gadis Thierra sudah masuk ke istana?" tanyanya pada pelayannya. "Benar Yang Mulia, dari yang hamba dengar seperti itu," jawab gadis pelayan. "Haruskah aku menyapanya?" gumam Tania pada dirinya sendiri sambil tersenyum sinis. "Siapa dia hingga aku harus menyapanya lebih dulu."Tania menjentikkan jarinya, memanggil pelayan lain. "Antarkan aku ke kediaman Yang Mulia Raja Rairu."Pelayan itu terkejut. "Tapi, Yang Mulia, ini sudah larut malam. Apakah pantas bagi kita untuk mengganggu Raja?"Tania tersenyum sinis. "Jangan khawatir. Aku yakin Rairu akan senang dengan kedatanganku. Dan lagi pula, aku punya alasan y

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 10

    Ruang kerja Rairu terasa dingin dan mengintimidasi. Cahaya lilin yang bersinar layaknya sebuah kehangatan di antara dinginnya aura di dalam ruang kerja. Mia mencoba memasang wajah tenang, meski jantungnya berdebar keras. Rairu duduk di kursi kebesarannya, menatap Mia dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi dan dihakimi."Putri Mia," Rairu membuka suara, nadanya datar namun menguar aura berbahaya. "Aku dengar kau sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Bardish milikku!"Terkesan datar, tapi nyatanya pertanyaan itu mengandung sebuah ejekan dan kecurigaan. "Aku hanya ingin mengenal lebih baik tempat yang akan menjadi rumahku," jawab Mia, berusaha tidak terpancing.Rairu menyeringai tipis, seringai yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja. Tapi aku juga dengar kau menanyakan tentang Shan An."Mia menelan ludah. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dia adalah kakakku, wajar jika aku khawatir.""Wajar," Rairu mengangguk pelan, namun sorot matanya

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 9

    Dengan hati - hati, Mia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia membuka tirai dan menatap langit malam yang gelap dan sunyi. Bintang - bintang berkelap - kelip di kejauhan, seolah memberikan harapan dan kekuatan.Mia menarik napas dalam - dalam dan memejamkan mata. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan memfokuskan pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat dan cerdas jika ingin mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang - orang yang ia cintai.'Aku tidak akan menyerah,' batin Mia dengan tekad yang membara. 'Aku akan mengungkap semua rahasia Rairu dan menghentikannya sebelum dia menghancurkan segalanya.'Mia membuka matanya dan menatap langit malam dengan tatapan yang penuh dengan keberanian dan tekad. Ia tahu bahwa perjalanan yang ada di hadapannya akan sulit dan berbahaya, tetapi ia siap untuk menghadapinya. Ia adalah seorang putri, seorang pejuang, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.Keesokan harinya, Mia memutuskan untuk memul

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status