Share

Bab 6

Author: Lerina
last update Last Updated: 2025-09-19 10:42:03

Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. 

Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. 

Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. 

Terbukti sebelum Shan An menghilang,  Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. 

Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. 

"Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. 

Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum."

"Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.

Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.

 

Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan."

 

"Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kerajaan Bardish. Putri harus siap menghadapi segala kemungkinan."

 

Mia mengangguk. "Kau benar, Sara. Aku harus tetap kuat. Aku tidak boleh lemah."

 

Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Pemandangan di luar kereta terlihat begitu sunyi dan sepi. Ia bisa merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Firasatnya semakin buruk. Ia merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi di kerajaan Bardish.

 

"Sara," panggil Mia. "Siapkan senjataku. Aku ingin memastikan bahwa aku siap jika terjadi sesuatu."

 

Sara terkejut. "Senjata, Putri? Tapi Tuan Holdy melarang Putri membawa senjata. Ini sangat berbahaya."

 

"Aku tahu, Sara. Tapi aku tidak bisa percaya pada siapa pun. Aku harus melindungi diriku sendiri. Aku tidak ingin menjadi beban bagi siapa pun."

 

Sara menghela napas panjang. Ia tahu bahwa ia tidak bisa membantah perintah Mia. Ia tahu bahwa sang putri sangat keras kepala dan tidak akan mengubah keputusannya.

 

"Baiklah, Putri. Saya akan menyiapkan senjatanya. Tapi Putri harus berjanji kepada saya bahwa Putri akan berhati - hati dan tidak mengambil risiko yang tidak perlu."

 

Mia tersenyum. "Aku janji, Sara. Aku akan berhati - hati. Aku tidak ingin mati konyol."

"Lagi pula, aku harus menemukan kakakku dulu, jadi aku tidak boleh mati."

 

Sara pergi menyiapkan senjata Mia. Sementara itu, Mia kembali menatap keluar jendela. Ia bisa merasakan bahwa ia semakin dekat dengan kerajaan Bardish. Ia juga bisa merasakan bahwa ia semakin dekat dengan bahaya.

 

"Kak Shan An...," bisik Mia.

 

Ia menggenggam erat liontin yang selalu ia pakai. Liontin itu adalah hadiah dari ibunya. 

Liontin pasangan yang dia miliki dan Shan An miliki. 

....

"Apa dia belum sampai?" tanya Rairu pada orang di sebelahnya. 

"Belum Yang Mulia, saya rasa masih sekitar seminggu lagi rombongan putri Mia akan datang," ucap pengawal pribadi Rairu. 

"Cukup lama juga," kata Rairu. "Apa semua persiapannya sudah selesai?"

"Persiapan pernikahan Anda dan Ptri Mia sudah selesai, hanya tinggal menunggu putri Mia," ucap Kasim pribadi raja. 

"Bagus, aku tidak sabar untuk segera menikah," kata Rairu dengan menunjukkan senyum menakutkan. 

Rairu berdiri dari singgasananya dan berjalan ke arah jendela. Ia memandang ke luar, ke arah perbatasan kerajaannya. Ia bisa merasakan bahwa Mia semakin dekat.

 

"Aku sudah lama menunggu saat ini," bisik Rairu. "Setelah aku menikah dengan Mia, kerajaan Thierra akan menjadi milikku."

 

Rairu tertawa jahat.

Ia sudah lama merencanakan untuk menguasai kerajaan Thierra. Ia tahu bahwa Mia adalah kunci untuk mencapai tujuannya.

 

"Shan An," gumam Rairu. "Kau bodoh sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau salah. Aku akan mengambil semua yang kau miliki."

 

Rairu mengepalkan tangannya. Ia sangat membenci Shan An. Shan An adalah rivalnya sejak dia masih kecil, lebih tepatnya kerajaan mereka sudah menjadi rival sejak lama. 

 

"Aku akan membuatmu menderita," janji Rairu. "Aku akan menghancurkanmu dan semua yang kau cintai."

 

Rairu kembali duduk di singgasananya. Ia memasang wajah tenang dan berwibawa. Ia harus terlihat sempurna saat Mia tiba.

 

"Siapkan segalanya," perintah Rairu. "Aku ingin menyambut Mia dengan meriah. Aku ingin dia merasa terhormat dan dihargai."

 

"Baik, Yang Mulia," jawab Kasim. Ia segera pergi untuk melaksanakan perintah Rairu.

 

Rairu tersenyum licik. Ia sudah menyiapkan rencana yang matang untuk Mia. Ia akan membuat Mia jatuh ke dalam perangkapnya.

"Mia, tunggu saja. Kau akan merasakan neraka Yang lebih kejam di sini..." ucap Rairu. "Ha... Ha... Ha..."

Sementara dalam perjalanannya Mia sudah bersiap dengan segalanya. Dia tau bahwa ini tidak akan mudah. Rairu pasti akan menyiksanya. 

"Aku harus kuat," kata Mia menyakinkan dirinya sendiri. 

.....

"Putri, kita sudah sampai di gerbang kerajaan Bardish!" seru seorang pengawal dari luar kereta.

 

Jantung Mia berdegup kencang. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri. Ia tahu bahwa saat ini adalah saat yang paling berbahaya.

 

"Buka pintunya," perintah Mia.

 

Pintu kereta terbuka. Mia melangkah keluar dan melihat pemandangan yang menakjubkan. Kerajaan Bardish tampak megah dan indah, dengan bangunan - bangunan yang tinggi dan kokoh. 

 

Namun, Mia tidak terpesona dengan keindahan itu. Ia bisa merasakan hawa dingin dan ancaman yang terpancar dari kerajaan itu. Ia tahu bahwa Rairu sedang menunggunya.

 

"Selamat datang di kerajaanku, Putri Mia," suara Rairu terdengar dari belakangnya.

 

Mia berbalik dan melihat Rairu berdiri di hadapannya, dengan senyum licik di wajahnya. Ia tampak tampan dan berwibawa, namun Mia bisa melihat kegelapan di matanya.

 

"Terima kasih atas sambutanmu, Yang Mulia," jawab Mia dengan sopan.

 

"Aku sudah lama menunggumu," kata Rairu. "Aku tidak sabar untuk segera menikah denganmu dan menjadikanmu ratuku."

 

Mia tersenyum tipis. "Aku juga tidak sabar untuk segera menikah denganmu, Yang Mulia. Aku yakin kita akan menjadi pasangan yang bahagia dan kuat."

Dibalik kata - kata keduanya tersembunyi ambisi masing - masing yang di inginkan. 

'Tunggu saja kau Rairu...!!!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 6

    Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. Terbukti sebelum Shan An menghilang, Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. "Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum.""Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan.""Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita t

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 5

    Putri Mia hadir di upacara. Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur. Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman. Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa. Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan. "Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy. Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya. Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.Ia tidak menyalahkannya.Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra."Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?"Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.Ia harus tegar.Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah."Aku siap," kata

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 4

    Persiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah. Ada yang bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik. Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan. Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis. Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul. Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan. Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia. Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze. Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung. “Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.“Dia benar - bener seorang pengecut.”“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” u

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 3

    Mia hanya bisa menangis, dirinya begitu lemah. Dia menyesali kenapa dia harus menjadi putri yang lemah lembut. Seharusnya dulu dia juga belajar beladiri, agar setidaknya bisa membantu perjuangan kakaknya di medan perang. “Kakak…..” gumamnya dalam tangisnya. Dulu ayahnya juga sangat suka berperang. Sampai - sampai kakaknya yang masih sangat muda sering dituntut untuk menggantikannya mengurus pemerintahan. Ibunya tidak tahan dengan kehidupannya sehingga sakit keras dan akhirnya meninggal. Sejak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sadar dan sudah jarang kembali ke medan perang. Tetapi, karena terlalu sedih akan kehilangan istrinya, ayahnya pun jatuh sakit dan menyusul istrinya meninggal. Itu adalah saat paling menyedihkan bagi Mia. Saat itu umurnya bahkan baru 12 tahun. Sedangkan kakaknya yang berumur 16 tahun terpaksa harus mewarisi tahta dan juga kerajaan. Setelah itu sama seperti ayahnya, kakaknya lebih suka berperang daripada harus tinggal di Istana. Dia berkata, jika tidak berpe

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 2

    "Kakak…..!!!”Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap. Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit. “Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat. Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam. Hingga paginya…..“Tuan putri…..!!!”“Tuan putri…!!!”Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia. Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 1

    "Matilah kau Rairuu….!”“Matilah kau Shan An…!”Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang. “Trang….!!!”Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang mau saling mengalah diantara mereka. Raja dari dua kerajaan besar itu selalu saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra. Kedua kerajaan besar di Gerswin. Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini. Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar. “Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu. “Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status