Shaka Yar Nigar memiliki cerita yang panjang dengan Mutiara. Mutiara bisa dibilang bukan dari keluarga Rainhold. Dia adalah anak dari Nathan, duda yang menikah dengan bibinya Shaka Yar Nigar, Iris. Meskipun begitu, Nathan dan putrinya diterima dengan baik oleh keluarga Rainhold. Nathan juga sangat kaya.
Pertemuan pertama Mutiara dengan Shaka Yar Nigar adalah ketika Shaka Yar Nigar berusia 22 tahun. Mutiara yang lebih muda dua tahun dari Shaka Yar Nigar langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Berbeda dengan Shaka Yar Nigar yang bersikap tidak mempedulikannya, bahkan saking dinginnya, dia seolah-olah menganggap Mutiara tidak ada. Mutiara mendekati Shaka Yar Nigar perlahan-lahan. Seiring berjalannya waktu, bertahun-tahun, akhirnya Shaka Yar Nigar membuka hatinya dan mereka menjalin hubungan secara diam-diam. Tentunya mereka tidak mau hubungan mereka ketahuan oleh keluarga mereka. “Kamu harus secepatnya menceraikan wanita itu!” Kini mereka berada di sebuah penthouse mewah seharga enam milyar milik Shaka Yar Nigar. Mutiara membawakan makan siang untuk Shaka Yar Nigar. "Tentu saja aku akan menceraikannya tetapi nggak sekarang. Kamu tenang saja.” "Aku hanya cemburu, Shaka. Kuharap kamu mengerti itu." "Aku tahu. Aku juga benci pada diriku sendiri karena sudah menyakitimu. Pernikahan itu sungguh bukan keinginanku. Kalau bisa, aku juga ingin cerai sekarang juga," kata Shaka Yar Nigar. Mutiara mengajak Shaka Yar Nigar duduk di sofa untuk menenangkan diri. “Tunggu sebentar ya! Aku ambil minum untukmu!” kata Mutiara ke dapur. Shaka Yar Nigar yang ditinggal sendiri mengambil ponselnya di saku kemudian menyalakannya. Dia mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal. Setelah membaca pesannya, alis Shaka Yar Nigar mengkerut. Sebelum menikah dengan Alisha Fairuzah, kedua orang tuanya memberitahu dia mengenai perempuan itu. Alisha Fairuzah memiliki sebuah toko pakaian yang cukup besar. Dia berhasil membiayai kuliah adiknya yang berencana menjadi seorang dokter, dan dia menjadi tulang punggung keluarganya. Dan yang paling penting menurut orang tuanya adalah, dia wanita yang sholehah. Shaka Yar Nigar tidak tertarik sama sekali dengan Alisha Fairuzah seperti apa dan latar belakangnya. Dia tidak ingin menikah dengan perempuan manapun termasuk ALisha Fairuzah. Apabila dia dipaksa, maka setidaknya dia ingin menikahi wanita yang tidak bisa melawannya dan tidak membuat banyak masalah yang membuatnya kerepotan. Wanita yang ikhlas menerima sikap dan perilakunya yang tidak baik padanya karena dia tidak akan bersikap baik kepada wanita tersebut. Alisha Fairuzah yang membangunkannya di pagi hari itu sungguh sangat menyebalkan. Shaka Yar Nigar merasa suasana hatinya tidak akan pernah membaik apabila Alisha Fairuzah masih menjadi istrinya. Kedua orang tuanya begitu memuji Alisha Fairuzah. Sekarang Shaka Yar Nigar tertawa kecil. Apanya yang sholehah? Jika Alisha Fairuzah wanita sholehah, dia seharusnya tidak memiliki satupun teman laki-laki kan? Alisha Fairuzah: Mas Shaka, nanti mau bantu aku nggak soal uang? Aku baru saja meminjam ke temanku, dia laki-laki. Aku juga izin ke tokoku sebentar ya “Wanita yang sangat bodoh. Kamu pikir bisa membohongiku dengan trik murahan seperti itu? Jangan harap aku akan memberimu nafkah sepesen pun,” ketus Shaka Yar Nigar. Shaka Yar Nigar bukannya tidak percaya bahwa Alisha Fairuzah adalah wanita sholehah. Ketika orang tuanya bercerita tentang wanita tersebut dengan sangat meyakinkan, dia secara naluriah percaya dan kepercayaannya ini semakin meningkat kala Alisha Fairuzah tidak menyerah membangunkannya untuk sholat subuh. Namun kepercayaan itu sekarang hilang begitu saja hanya karena pesan Alisha Fairuzah yang membicarakan mengenai pria lain. Mutiara kembali, menemukan ekpsresi kekasihnya gelap, dia bertanya dengan nada sedikit manja, “Kenapa sayang?” “Gak ada.” “Apa kau mau bermain rahasia denganku?” “Orang tuaku memaksaku melunasi hutang wanita itu. Totalnya mungkin ratusan juta.” “Meskipun hanya ratusan juta tetap saja nggak boleh! Enak sekali dia hutangnya langsung lunas.” “Ya. Mana mungkin aku mau melunasi hutangnya.” Banyak yang dikerjakan oleh Alisha Fairuzah. Setelah mengatur barang-barang yang akan dia beli, dia membersihkan toko, Aido Eishiro menawarinya bantuan soal pemasaran lewat pesan dan dia berterima kasih sekali lagi. Dia juga meminta nomor Rayanka pada Sena. Dia meminta Rayankan untuk kembali karena dia yang akan menggajinya. Rayankan mempertimbangkannya dulu. “Alhamdulillah akhirnya selesai. Meskipun hutangku masih ada yang belum unas tetapi semoga segera lunas setelah penjualan. Akhirnya aku bisa membuka kembali tokoku.” Alisha Fairuzah pulang. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Suasana hatinya yang dipenuhi kelegaan segera berubah menjadi kegelisahan. Dia berharap suaminya belum pulang. Dia menyadari keterlambatannya. Jantungnya berdebar lebih cepat dan seperti ada gemuruh. Mobil suaminya terparkir di halaman. Suaminya berdiri di balkon lantai atas seraya memegang sebuah cangkir. Alisha Fairuzah menalan ludah ketika mendapat tatapan tajam dari suaminya. Shaka Yar nigar segera menjauh dari balkon dan Alisha Fairuzah masuk ke dalam rumah. Sena segera menyambutnya tetapi Alisha fairuzah langsung menyuruh Sena untuk menjauhinya karena Shaka Yar Nigar terlihat berjalan menghampirinya. “Bagus sekali.” Alisha Fairuzah ternyata bukan wanita mudah seperti yang ia pikirkan. Lihat saja, tatapannya menunjukkan benteng. “Maafkan aku pulang terlambat mas,” bisik Alisha Fairuzah seraya menundukkan pandangannya. “Tidur dengan pria setelah menikah bagaimana rasanya?” tanya Shaka Yar Nigar, nadanya mencemoh. “Mas Shaka mau tidur denganku?” Alisha Fairuzah tampak terkejut. “Mustahil. Bagaimana bisa pikiranmu mengarah kesana? Kepolosanmu yang seperti rusa betina nggak bakal bisa menipuku. Aku sudah bertemu dengan beberapa wanita yang baik di luar tetapi busuk sampai ke dalam-dalam. Kau tahu kalau aku cukup terkenal kan? Jangan sampai namaku tercoreng akibat perbuatanmu bersama pria lain, wanita murahan.” “Maksudnya apa ya mas? Dan bisa berhenti bilang kalau aku wanita murahan nggak? Hatiku sakit mendengar itu.” “Mari kita buat kesepakatan. Kita seperti ini saja. Nggak perlu ikut campur urusan masing-masing selagi kau nggak mencari masalah sama keluargaku. Dan mengenai hutangmu, aku nggak akan melunasinya sepersenpun. Intinya, jangan berharap aku akan membantumu karena itu nggak bakal pernah terjadi. Hanya karena kau menyadari memiliki suami yang kaya, kau jadi besar kepala. Kau harus selalu ingat kalau kita akan becerai.” Alisha Fairuzah melihat sekeliling, memastikan tidak ada yang menguping mereka. Dia telah banyak mentolelir rasa sakit di hatinya, kali ini juga dia melakukannya, sehingga dia menjadi lebih tegar. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. “Baik mas. Keinginanku memang, nggak bergantung padamu karena aku masih jadi tulang punggung keluargaku. Tapi aku nggak bisa mengabaikan fakta kalau aku ini istrimu. Pernikahan kita sah secara agama. Jadi mas, kalau kamu butuh bantuan, bilang saja. Mungkin aku bisa membantu. Aku izin ke kamar dulu.” Alisha Fairuzah meninggalkan Shaka Yar Nigar yang mematung. Shaka Yar Nigar tidak pernah menyangka respon istrinya akan begitu. Ekspresinya menjadi gelap. Dia…mulai merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.Mobil siapa itu? Aido Eishiro bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mungkin mobil milik pelanggan. Tidak jarang ada mobil disana. "Pujaan hatimu tadi datang bersama pria lain," celetuk salah satu anggota keluarganya. "Huh?" Aido Eishiro menjadi gelisah. Dia berusaha mengenyahkan pikiran Alisha Fairuzah bersama pria lain. Tak lama kemudin, dia mendapatkan pesan dari Alisha Fairuzah yang menyuruh dia datang ke toko pakaian. Aido Eishiro ingin bertanya alasannya tetapi dia khawatir membuat Alisha Fairuzah merasa tidak nyaman karena terkesan memaksa dia untuk datang ke toko pakaiannya. Alhasil dia mengurungkan niatnya. Dia pun berpamitan pada keluarganya karena ingin mengunjungi toko pakaian Alisha Fairuzah lebih dulu. "Kamu yakin?" "Aido, sebaiknya jangan kesana karena dia tampaknya sedang bersama prianya." "Justru dia sendiri yang memintaku kesana." "Apa?" "Apa alasan dia ya?" "Aku juga nggak tahu. Aku ingin kesana dulu." Aido Eishiro pun mengunjungi tok
"Mas Shaka," panggil Alisha Fairuzah lirih dan pelan. "Hm?" Meskipun singkat, padat, dan jelas, tetapi nada bicaranya pelan dan lembut. Alisha Fairuzah merasa nyaman. Mengingat bagaimana suaminya pada Mutiara, dia merasa tidak nyaman, sekarang dia menyadari kalau mungkin saja perasaan itu adalah perasaan cemburu. "Bagaimana hubunganmu dengan Mutiara?" Alisha Fairuzah memberanikan diri bertanya. Dia menatap ke jalanan depan. Shaka Yar Nigar tidak langsung menjawab. Dia diam dulu sejenak. "Semalam setelah kita melakukannya, aku menghubunginya untuk memutuskan hubungan kami. Kamu mengerti bukan? Bagaimanapun dia adalah saudara sepupuku jadi aku nggak bisa bersikap kurang ajar padanya," kata Shaka Yar Nigar. "AKu juga nggak memintamu untuk bersikap kurang ajar padanya mas. Cukup akhiri hubungan kalian," kata Alisha Fairuzah. "Ya. Kamu tenang saja, nggak usah mengkhawatirkan hal itu," kata Shaka Yar Nigar. Kelembutan Shaka Yar Nigar tampak sedikit kaku. Atau mungki
Ini pertama kalinya mereka seranjang. Alisha Fairuzah tidak menyuruh Shaka Yar Nigar untuk tidur di luar karena kalau ketahuan ibunya, bia membuat masalah. Dan dia ingin menghindari masalah yang berkaitan dengan Shaka Yar Nigar. Shaka yar Nigar juga tidak semena-mena, seperti menyuruhnya untuk tidur di luar, di karpet, ataupun di kursi. Pria itu tidur di ranjangnya setelah melepas kemejanya. Tersisa kaos dalamnya. Alisha Fairuzah pikir, Shaka Yar Nigar suka tidur dengan tidak mengenakan pakaian luarnya. Tidak seperti dirinya yang meskipun tidur, masih mengenakan gamis dan kerudungnya meski terkadang dia melepaskan kerudungnya kalau itu membuatnya lebih nyaman. Namun karena sekarang dia tidur bersama Shaka yar Nigar, dia tetap mengenakan kerudungnya. Meskipun Shaka yar Nigar adalah suaminya, tetap saja dia merasa enggan lantaran perselisihan mereka. Saat mereka mulai terlelap, Alisha Fairuzah tiba-tiba merasakan tangan hangat melingkari perutnya. Dia masih belum begitu ny
Shaka Yar Nigar benar-benar datang ke rumahnya Alisha Faiuzah. Orang tua Alisha Fairuzah sudah pulang dari kondangan. Mereka sangat senang melihat kedatangan menantu kesayangan mereka. "Senyuman palsunya sungguh mengerikan," ujar Yumna melihat dari jendela. Alisha Fairuzah menghela nafas panjang. Dia memijat pelipisnya. Dia tidak merasa pening tetapi mengetahui kehadiran Shaka Yar Nigar, entah bagaiimana, dia merasa kepalanya berat seperti ditusuk-tusuk. Sudah tidak ada rahasia lagi antara Alisha Fairuzah dan adiknya mengenai sikap asli Shaka Yar Nigar. Lagi pula, Yumna adalah gadis yang sulit untuk dibohongi dan cukup peka terhadap kakaknya. Karena Alisha Fairuzah tidak pintar dalam mengelola raut wajahnya. Kalau ada masalah, ketara sekali. Itu sebabnya ketika dia mencoba berbohong di hadapan mertuanya, selalu tidak berhasil. Shaka Yar Nigar diajak masuk oleh orang tua Alisha Fairuzah. Begitu masuk, pandangannya langsung mencari seseorang. Alisha Fairuzah yang begit
"Alisha!" teriak Aido Eishiro seraya berlari menghampiri ALisha Fairuzah. Kedua mata Alisha Fairuzah bengkak. Ketara sekali kalau dia habis menangis cukup lama. Aido Eishiro sampai tercengang. Setahu dia, ALisha Fairuzah itu bukan wannita yang gampang menangis. Kecuali kalau dia benar-benar sakit hati. Namun, kenapa dia bisa sampai sakit hati? "Kamu kenapa?" tanya Aido Eishiro. Aido Eishiro tahu Alisha Fairuzah tidak akan menjawab pertanyaannya. Wanita cuma menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Alisha, akhir-akhir ini kamu nggak kelihatan ya? Para karyawan tokomu mencari kamu tahu. Aku juga nggak tahu rumahmu diumana," kata Aido Eishiro. "Aku nggak bisa menghubungimu juga." Alisha Fairuzah meneteskan air matanya yang langsung membuat Aido Eishiro membeku. "Kamu menangis?" kaget Aido Eishiro seraya langsung memberikan sapu tangan padanya. Alisha fairuzah mendorong sapu tangan Aido Eishiro. "Aku cuma kelilipan. AKu nggak apa-apa." "Nggak mungkin nggak apa-apa. Mata
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Nida pada Sena. Sena dan dua temannya telah diancam lagi oleh tuan muda mereka untuk tidak berbicara apapun pada ibunya tetapi mereka terdiam dan ragu-ragu untuk mengatakannya. Mereka terdiam saja Nida sudah curiga. Shaka Yar Nigar memantau dari jauh. Shaka Yar NIgar masuk ke dalam kamar Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah yang sangat marah pada Shaka Yar Nigar, mencoba menahan tangisannya lagi. Dia akan melewati ibu mertuanya jadi dia tidak bisa menunjukkan kesedihannya. Alisha Fairuzah sudah tidak kaget menyadari kehadiran Shaka yAr Nigar karena pria itu memang selalu mengganggunya. Dia mulai muak. Dia cepat-cepat bersiap-siap. "Aku akan mengantarmu," kata Shaka Yar Nigar datar seraya bersandar ke pintu. "Nggak perlu. Aku bisa sendiri," kata ALisha Fairuzah. "Lagi pula kau pergi menggunakan salah satu mobilku kan?" tanya Shaka Yar Nigar. "Aku bisa saja menyuruh supir untuk membuangmu di tengah jalan." "Lakukan saja! Ancamanmu sudah ng