Share

bab 5

Satu jam lebih telah terlewati, mas Alfi tidur dengan nyenyak di kamar kami. Aku sengaja mengacak-acak penampilanku. Menipiskan warna gincu yang menghiasi bibirku. Aku sengaja membuatnya sedikit belepotan ke samping.

Setelah merasakan penampilanku begitu sempurna, aku keluar untuk menemui ular betina. Aku sengaja mengganti bajuku dengan lingeries

“Mas Alfi, akan menginap. Dia memintamu untuk pulang sendiri.” Ujarku setelah selingkuhan mas Alfi keluar dr mobil.

“Kamu nggak usah menipu, aku! Aku tidak akan pulang sendiri. Mas Alfi yang membawaku kemari.”

“Apa untungnya menipu ular betina kayak kamu?” Tunjukku berada tepat didepan wajahnya.

Mutia menepis tanganku. Nama ular betina yang ingin menghancurkan rumah tanggaku adalah Mutia. “Singkirkan tanganmu itu.”

“Ih ih takut!” Aku sengaja berpura-pura ngeri.

“Aku tidak akan pergi dari sini, sebelum mas Alfi keluar menemuiku.” tegas Mutia

“Tunggu aja. Sampai kamu tumbuh berakar pun aku nggak masalah. Namun kamu tidak boleh bersedih jika seandainya mas Alfi tidak menemuimu hingga ajal menjemputmu.” Sinisku.

“Cuaca gerah banget.” Aku mengipas-ngipas tubuhku dengan tangan.

“Huuufffff” aku membuang nafas kasar, “Aku juga capek banget, habis di gempur habis- habisan sama mas Alfi. Mau lanjut bobok ah. Supaya bisa mengimbangi permainan mas Alfi, di ronde kedua.” Ucapku memanas manaskan.

Aku memutarkan tubuhku. Namun belum sempat aku beranjak, “mau ke mana kau?” Ular betina menarik lenganku Untuk menghentikan langkah kakiku.

“Singkirkan tangan kotormu itu sebelum aku memanggil satpam komplek ini.” decihku

Aku menarik kasar tanganku.

“Kamu pasti sengaja kan menahan mas Alfi?” sengit Mutia

Aku bertepuk tangan, “Ternyata anda pintar juga, ya! Itu hak aku mau menahan suamiku. Dan untuk pelakor kayak kamu tidak pantas berada di sisi suamiku.” Ucap ku tegas. Sebisa mungkin aku menahan supaya tidak lepas kontrol.

“Pantas tidak pantas, percintaan kami telah membuahkan hasil Dan kini ia sedang bersemai di dalam rahimku.” Ujar Mutia dengan menarik sebelah sudut bibirnya.

“Saya berterima kasih kepada anda yang telah sudi memberikan seorang adik untuk Aldo dan Aris. Jadi saya tidak perlu bersusah payah untuk melahirkan lagi!” seruku santai

“Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku, karena aku akan mengambil ayahnya Aldo sebagai imbalan karena ku telah memberikan Aldo seorang adik.” Mutia menarik sebelah sudut bibirnya.

“Coba aja kalau kamu bisa. Saya tidak akan melarangnya.” tantang ku

“Apa maksud kamu? Kamu mau bilang kalau mas Alfi tidak akan menikahi saya?”

Aku mengangkat kedua tanganku dan mengedikkan bahu sebagai respon. Aku berjalan untuk memakai jubah ekspress dan juga khimar.

“Asal kamu tau, ya! Mas Alfi udah bosan sama wanita rumahan kayak kamu. Yang bisanya hanya menghabiskan uang suami. Yang hanya tau, dapur, kasur, dan sumur.” Mutia mulai tersalut emosi.

Aku kembali menghampiri Mutia.

“Ternyata Anda memang tidak mempunyai malu. Baru kali ini saya menemukan ada orang yang bangga menjadi pelakor.” Aku tersenyum penuh arti.

“Sembarangan kamu, ya!” Mutia mengangkat tangannya ingin menamparku.

“Hentikan!” Ujar pak RT yang baru tiba bersama Pak ustaz yang aku pesan.

“Ada apa ini?” Tanya pak RT menengahi kami.

“Assalamualaikum, Bu Putri!” Sapa Pak Ustadz.

“Waalaikumsalam, pak ustadz. Wah kebetulan sekali pak Ustadz datang kemari. Ada yang ingin Putri tanyakan boleh nggak Ustadz?”

“Jelas boleh. Jika saya bisa menjawab, saya akan jawab. Namun jika saya tidak bisa menjawab, saya akan mencari jawabannya.” Ujar Ustadz Rahmat, terdapat ketulusan di sana.”

“Bagaimana hukumnya seorang wanita tidur dengan laki-laki yang bukan mahramnya?

“Hukumnya haram.”

Terlihat wajah Mutia yang memerah karena menahan emosi nya.

“Apa hukumnya merusak rumah tangga orang pak ustadz?” Tanyaku dengan melirik kearah Mutia.

“Jelas itu perbuatan yang di larang dalam agama kita. Barang siapa yang merusak rumah tangga orang lain maka ketahuilah, ia sedang merusak rumah tangganya sendiri. Apalagi jika pasangan itu sampai bercerai maka ia sama saja dengan meruntuhkan masjid. Allah sangat membenci perceraian.

Apa Ibu Putri berencana untuk merusak rumah tangga orang?” Tanya Pak ustad di ujung penjelasannya.

“Bukan saya pak ustad, tapi__” aku menjeda ucapanku dengan melirik ke arah Mutia.

“Maksud bu Putri, Ibu ini” Pak RT menunjuki ke arah Mutia, “ingin merusak rumah tangga bu Putri?” tanya Pak RT penuh selidik.

“Begitulah kira-kira pak RT.”

“Saya tidak merusak rumah tangganya.” Mutia menunjuk ke arahku, “suaminya yang keganjengan mendekati saya.” Sangkal Mutia.

“Ibu tahu kan jika Mas Alfi sudah mempunyai istri?” Tanya Pak RT.

“Iya.” Ketus Mutia.

“Nama ibu, siapa?” Sela pak Ustadz.

“Mutiara.”

“Nama yang indah.” Gumam Pak RT.

“Panggilan nya Mutia, Pak RT.” Serkas ku jutek. Rasanya Aku tidak ikhlas ketika Pak RT mengatakan nama Mutiara itu nama yang indah. Karena mengingat perbuatan Mutia.

“Kenapa Ibu mutiara masih mau dideketin sama suaminya bu Putri?”

“Karena saya mencintainya.” Ceplos Mutia.

“Jika jawaban Ibu seperti itu, Ibu Mutia tidak bisa menyalahkan Pak Alfi. Karena laki-laki jika tidak diberikan lampu hijau, ia tidak mungkin maju.” Ujar Pak Ustadz.

Mutia gugup, tidak tahu harus menimpali seperti apa. Ia menundukkan wajahnya.

“Ngomong-ngomong, Bu Mutia Kenapa bisa berada di rumah bu Putri?”

“Mas Alfi yang membawa saya ke mari.” Celutuk Mutia.

“Apakah Bu Mutia dan Pak Alfi sudah menikah?” Tanya pak ustad.

“Kami akan segera menikah pak ustad.” Sahut Mutia

“Jadi antara bu Mutia dan Pak Alfi belum terikat hubungan yang halal?” selidik Pak Ustadz.

“Sebentar lagi akan terikat pak ustad.”

“Astaghfirullahaladzim.” Ustadz Rahmat mengelus dadanya.

“Apa Ibu Mutia tahu, perbuatan Ibu Mutia ini jelas salah dan melanggar syariat Islam.” Tegas pak ustadz.

Mutia hanya menunduk tanpa berani menegakkan kepalanya.

"Lebih baik sekarang ibu Mutia pulang dan bertobatlah kepada Allah. Selagi Allah masih memberikan kesehatan badan, dan juga kewarasan pikiran, serta nyawa masih dikandung badan, alangkah indahnya jika Bu Mutia mempergunakannya dengan baik." Ujar pak ustad panjang lebar.

"Saya tidak mau pulang sebelum bertemu dengan Mas Alfi. Mas Alfi yang membawa saya ke sini. Dia juga yang harus mengantar saya pulang." Serkas Mutia.

"Maaf pak ustad Mas Alfi sedang istirahat." Aku menyala.

"Aku tidak percaya. Kamu pasti mengurungnya di kamar kan? Mas Alfi...... Mas....." Mutia meneriaki nama Mas Alfi.

"Bu Mutia tolong jangan bikin rusuk di komplek kami. Tindakan Bu Mutia bisa mengganggu penghuni rumah yang lain, dan juga bisa menimbulkan kerumunan. Apa Bu Mutia mau di amuk sama ibu-ibu komplek ini jika mengetahui Bu Mutia seorang pelakor?" Sela Pak RT membungkam mulut Mutia.

Sebisa mungkin Mutia menahan amarahnya hingga kedua matanya memerah.

"Maaf pak ustad, Putri mau nanya!"

"Iya bu Putri. Mau nanya apa silakan!" ucap ustadz Rahmat lembut.

"Bagaimana hukumnya anak diluar nikah?"

"Maksud Bu Putri?" Pak ustad kembali bertanya.

"Anak yang hamil diluar nikah itu, apakah di nisbahkan kepada siapa? Kepada ayah biologis, atau ayah yang bertanggung jawab, dalam artian laki-laki yang menikahi ibunya ketika ibunya telah hamil untuk si anak. Atau di nisbahkan kepada ibu yang mengandung?" Aku menyela.

'jangan harap kau bisa menghancurkan rumah tangga ku, dan kebahagian buah hati ku.' tekadku dalam hati.

"Anak yang terjadi dari hasil perzinaan, atau dengan kata lain hubungan Tampa ikatan yang sah seperti pemerkosaan, atau anak syubhad, semuanya itu dinisbahkan kepada ibu."

"Maksud Pak Ustadz? Bisakah Pak Ustadz menjelaskan secara detai?" Tanya Putri penasaran.

"Anak yang terjadi di luar hubungan yang sah, maka dia dinasabkan kepada ibu.

Anak tersebut tidak bisa menerima harta warisan dari si ayah biologis ataupun ayah yang menikah dengan ibunya ketika ia didalam kandungan."

"Maaf cakap Pak Ustadz, jadi anak diluar nikah itu tidak mempunyai ayah?" Kepoku.

Karena memang hakikatnya aku tidak sepenuhnya mengetahui tentang anak diluar nikah. Ketika Mas Alfi selingkuh, dan selingkuhannya mengaku hamil, di situlah timbul hasratku untuk mencari tahu bagaimana hukum anak diluar nikah di dalam agama Islam.

Bersambung........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status