“Aduh... Terpaksa nih aku naik ojek online! Ah, sudah gerah banget!!!” seru Shanaz. Pemuda yang mengantar Syahnaz hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sepanjang perjalanan selalu mendengar ocehan Syahnaz. “Mas, bisa lebih cepat tidak ngegas motor buntutnya?” tanya Syahnaz ketus dengan melontarkan kata mengejek.“Baik, bisa mbak” ujar tukang ojek.Setelah kepanasan akhirnya Syahnaz bisa pulang juga. Lalu ia segera membayar uang kepada ojek tersebut. Setelah itu, Syahnaz berjalan ke pagar rumahnya namun sayangnya pintu pagar tersebut digembok dan berisi tempelan kertas dengan tulisan “Rumah di sita” “Ah... Apa-apaan ini? Kenapa malah di gembok segala!” gerutu Syahnaz. “Aku harus menghubungi Mas Bram!” saat Syahnaz ingin meraih ponsel tiba-tiba ponselnya tidak ada didalam tasnya. Ia mencoba mengingat-ingat kembali saat terakhir kali bermain ponsel.“Sial! Ponselku ketinggalan di rumah Putri Gaulya!!!” Syahnaz merasa kebingungan harus bagaimana? Saat ini pikirannya begitu kacau dan
Syahnaz dan Bram datang ke rumah Tua Harizon. Mereka menangis sesenggukan karena masalah tersebut. Orang tua mana yang tidak sakit bila anak mereka mengalami masalah? Nyonya Fitrya dengan cepat mentransfer uang miliaran ke ATM Bram. Sebenarnya Bram merasa bersalah lantaran ia harus membohongi kedua mertuanya yang sudah baik kepadanya. Uang yang ia minta melebihi hutangnya sendiri. Hal ini ia lakukan demi menyenangkan hati Syahnaz.Setelah berhasil mendapatkan uang mereka pun segera menuju ke bank dan melunasinya dengan sekejap. Syahnaz yang tengah bahagia itu pun berkata, “Akhirnya kita dapat uang empat kali lipat dari hutang bank!!!”Bram hanya diam saja seperti tidak suka dengan kebahagiaan Syahnaz yang korupsi uang dari hasil menipu kedua orang tuanya sendiri. Namun apa daya, Bram hanyalah suami yang takut pada istri sehingga tidak bisa mendidik istrinya ke arah yang benar.Sementara itu di bank yang sama, Wilona maupun Reyhan juga saat ini berada di area bank yang sama. Reyhan meng
Bukan syahnaz namanya kalau tidak suka nyari keributan dan masalah. Syahnaz sudah melaporkan apa yang terjadi kepada Reyhan terhadap kedua orang tuanya itu. Hingga Reyhan pun pulang namun Syahnaz sudah tidak ada di rumah kedua orang tuanya. Saat Reyhan pulang, Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya sudah menunggunya di ruang tamu dengan wajah penuh kemarahan. “Reyhan pulang” ujar Reyhan ketika masuk ke dalam rumah.Ketika di ruang tamu, Tuan Harizon mulai menanyakan kemana saja Reyhan pergi selama ini? Dengan jujur Reyhan pun mengatakan bahwa ia ingin bebas kemanapun ia mau. Tuan Harizon semakin geram dan hendak menampar wajah putranya namun Reyhan dengan cepat menghalangi tangan papanya tersebut.“Papa tidak usah ngatur Reyhan lagi. Kalau Papa ingin Reyhan tetap berada dalam ketiak kalian, lebih baik Reyhan angkat kaki dari sini!” “Bagus! Sana nikmati saja hidupmu menjadi gelandangan... Biar kamu tahu rasa gimana rasanya menjadi rakyat jelata yang tak ada harganya itu!!!” bentak tuan Harizo
Setelah Tuan Airlangga sudah menghubungi Tuan Harizon dan telah membahasnya maka Tuan Harizon pun menerima tawaran tersebut. Padahal sebelumnya Reyhan telah angkat kaki dari rumahnya sendiri. Namun, untuk menjaga nama baik dan ketegasannya, Tuan Harizon pun mengumpulkan beberapa ajudan di ruangan besar namun begitu tertutup. Hanya bisa digunakan saat acara rapat saja. Setelah para ajudan telah berkumpul Tuan Harizon pun memerintahkan mereka untuk menculik Tuan muda Reyhan agar segera membawanya ke rumah.Beberapa diantara ajudan tersebut merasa heran dengan perintah bosnya namun mereka hanyalah bawahan yang setiap saat harus siap bila diperintah. Mereka pun langsung mencari keberadaan Reyhan yang masih misteri. Tuan Harizon percaya bahwa putranya tidak mungkin pergi jauh-jauh tanpa dibekali oleh uang. Sebelumnya Tuan Harizon mengiyakan tawaran Tuan Airlangga agar pernikahan diadakan nanti adalah bentuk tuntutan dari Putrinya putri Gaulya agar dipercepat proses pernikahan tanpa resepsi.
“Permisi, apa anda keluarga dari pasien?” tanya pria paruh baya yang berpakaian rapih dengan memakai jas putih ditambah stetoskop yang digantungkan ke leher pria paruh baya tersebut.“Iya, saya keponakannya. Bagaimana dokter apa Tante saya tidak apa-apa?” tanya Wilona dengan cemas.Dokter tersebut mengangguk dan mengatakan bahwa pasien tidak apa-apa namun dokter tersebut mengatakan bahwa ia tidak bisa menyelamatkan janin yang dikandung oleh pasien. Wilona benar-benar terkejut saat mengetahui Tante Siska ternyata sedang hamil! Tante Siska sendiri sudah lama menikah dan belum juga memiliki momongan dan saat ini telah berhasil hamil namun harus hilang dengan sekejap gara-gara ajudan tersebut! “Saat ini pasien sedang sangat lemah. Jadi, biarkan dulu dia beristirahat saya permisi” Dokter tersebut pun pergi setelah memberitahukan kabar pasien.Wilona mencoba untuk masuk ke ruangan itu dan berjalan menghampiri Tante Siska. Wilona menghela nafas dengan panjang dan Wilona hembusan dari mulut.
Di part sebelumnya hampir saja terjadi pernikahan dengan kedua kubu konglomerat. Namun sayangnya ada pria misterius yang membuat keonaran pada acara tersebut. Kini, pria tersebut tengah melepaskan amarahnya yang sepertinya sudah ia pendam sedari dulu.Para ajudan mulai bergerak dan hendak menyingkirkan pria tersebut akan tetapi Reyhan berteriak dan menyuruh para ajudan agar melepaskan pria itu. Reyhan merasa penasaran mengapa pria tersebut datang ke rumahnya? Selain itu juga, hal ini merupakan kesempatan Reyhan untuk membatalkan secara mentah-mentah pernikahan yang hampir dilaksanakan.“Terimakasih sudah memberikanku kesempatan hai pemuda muda” ujarnya dengan tersenyum puas. Lalu matanya melirik kearah Putri Gaulya. Ia mulai menyapa Putri Gaulya dengan ramah, “Hai Putri Gaulya... Apa kamu masih ingat terhadapku? Ah! Aku yakin memorimu masih sangat aktif dan tidak mungkin melupakan kejadian dulu yang enak itu” ujarnya sambil tersenyum sinis.“Ada apa ini sebenarnya ini? Nyonya Ratu, Tua
Siska tersadar dari pingsannya lalu ia ingin beranjak dari tempat tidur namun gerakannya terhenti ketika merasakan sakit di bagian rahim yang amat menusuk. Bertepatan dengan itu, Wilona masuk ke dalam dan mendapati tantenya telah siuman. “Tante, jangan dulu bergerak” ujar Wilona pelan, dirinya tidak ingin Tantenya kenapa-kenapa.“Bagaimana kata dokter?” tanya Siska secara tiba-tiba. Wilona menghela nafas lalu berkata, “Tante baik-baik saja” ujar Wilona yang membuat Siska bernafas lega.“Tapi... Yang di dalam rahim tidak bisa diselamatkan” ujar Wilona sambil menunduk.“Apa?!” sorot mata Siska kini begitu tajam. Ia langsung paham dengan apa yang Wilona katakan barusan. Kini, Siska terisak dan menggelengkan kepalanya secara berulang kali.Wilona menenangkan Tantenya dan mengatakan bahwa pelaku yang telah menggugurkan kandungannya telah di tangkap polisi. Namun, Siska mengatakan bahwa kalaupun si pelaku telah di tahan namun bisakah pelaku tersebut dapat mengembalikan janinnya lagi? Wilona
Gragin berjalan menuju ke arah rumahnya yang berada di dekat toko sembako. rumahnya yang berukuran kecil seperti tidak terlihat diantara sisi kiri dan kanan dengan gedung-gedung toko besar menutupnya. Gragin masuk dari pintu dan mulai menuju ke kamar tidur. Nampaknya malam ini Gragin begitu merasa lelah. Energinya telah terkuras habis ketika berada di rumah Tuan Harizon.Ia mulai tertidur dengan pulas hingga seseorang masuk ke dalam rumahnya. Ada dua orang yang kini berjalan menuju ke kamar Gragin. Mereka berdua memakai topeng penutup mata agar wajah aslinya tidak di kenali oleh orang lain termasuk Gragin. Mereka membuka pintu kamar tidur dan mendapati seorang pria berbadan besar tersebut tengah tertidur. Keadaan rumah yang selalu sepi, karena Gragin hidup seorang diri. Membuatkan mereka mudah masuk ke dalam rumah.“Apa kita habisi sekarang?” tanya salah satu dari penjahat tersebut.“Kita bekap dulu mulutnya biar tidak bersuara!” perintah rekannya yang lagi satu.Sesuai dengan yang dia