Metropolitan Sigma

Metropolitan Sigma

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Oleh:  Septira WihartantiOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
12Bab
266Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Diva membutuhkan suami untuk mengadopsi bayi. Selama ini ia tinggal sendirian, berkarier dan bertekad menjadi sukses dengan kemampuannya sendiri, mendadak fokusnya berubah menjadi terobsesi untuk memiliki Hana, bayi cantik yang ibu kandungnya tak sengaja terserempet mobil Diva. Di lain pihak, Bos Diva, Danesh, juga terhimpit masalah untuk segera menikah karena masalah usia.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Dia dan Aku

Panti Asuhan tempat anak itu dititipkan, tidak ingin memproses adopsi anak itu untukku.

Saat aku berhadapan dengan Kepala Pantinya, yang menatapku dengan pandangan berat seakan aku ini kandidat orang tua asuh yang tak layak, ia hanya bisa menggeleng.

“Bu Novi,” aku bersikeras mencoba meyakinkannya.  “Ibu tahu sendiri, kalau Bu Suprihartini mengamanahkan saya untuk mengadopsi anaknya!” seruku kesal. Aku gemas dengan birokrasi yang beredar. Aku sampai meninggikan suaraku di panti asuhan ini. 

“Ya, Mbak Diva, saya tahu. Saya ada di sana saat itu, bersama kamu. Saya ingat kejadiannya, saya ingat kalimat persis yang Bu Suprihartini ucapkan pada kamu.” Bu Novi mengatakan hal ini dengan nada tegas padaku. “Tapi Anda kami anggap tidak layak mengadopsi Hana!”

“Alasannya apa?!” tanyaku mendesaknya.

Kulihat Bu Novi menipiskan bibirnya dan menarik nafas dengan tubuh gemetar.

Kemarahannya sudah memuncak tapi rasa sabar ia tekan sedemikian rupa.

Ia mencondongkan tubuhnya padaku sambil berbisik. “Ini antara kita saja, Off Record, jangan sampai tersebar!” 

Lalu ia beranjak ke lemari besi yang penuh berisi Arsip dan mengambil beberapa map berwarna merah.

Map-map itu diletakkannya di depanku.

“Memang Mbak, menurut pasal 259 KUHPerdata juga mengatur bahwa adopsi anak hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri atau seorang perempuan yang belum menikah. Itu berarti Mbak Diva bisa saja mengadopsi Hana. Tapi,” ia berbalik menghadapku sambil menatapku tajam, “Pengalaman mengajarkan saya hal yang sebaliknya.”

Ia menunjukkan padaku copy Laporan Hasil Investigasi Forensik dari sebuah RSUD. 

“Dua kali...Mbak Diva. Dua Kali!” ia mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Kami mendapati anak-anak kami yang diadopsi oleh wanita yang belum menikah, akhirnya berakhir dengan laporan polisi. Mereka wanita berpendidikan seperti Mbak Diva, berkarier dengan gaji tinggi. Barang mewah dan naik mobil, rumah di pusat kota. Namun Akhirnya anak-anak kami harus meregang nyawa! Mereka pikir mengasuh anak itu mudah, karena mereka wanita!”

Aku membaca Laporan Forensik dengan seksama.

Lambung kering, luka di bagian dahi, belakang kepala, dan ulu hati.

Terindikasi mal nutrisi, dengan popok yang tidak diganti dalam waktu beberapa minggu.

Aku langsung memejamkan mata.

Oh Tuhanku... apa ini? Laporan biadab apa ini?  

“Ini...?” perutku langsung mual.

“Seharusnya laporan ini Rahasia.” Aku mendengar Bu Novi seakan menggeram padaku. “Mbak Diva saya perlihatkan karena kita berdua dihadapkan pada situasi sulit di depan mata kita sendiri. Bu Suprihartini meninggal di depan kita setelah ia melahirkan Hana. Dan kita tahu meninggalnya dia bukan salah Mbak Diva. Kami semua tahu hal itu. Hasil investigasi juga mengatakan demikian. Kalau hasil otopsi menyatakan kemungkinan dia meninggal kehabisan darah karena penganiayaan oleh suaminya sebelum ia terbentur mobil Mbak Diva.”

Kami berdua terdiam mengenang saat hal tragis itu terjadi.

“Mbak Diva, maaf. Saya percaya Mbak Diva.” Bu Novi bicara lagi padaku. “Karena itu saya bersedia menunggu. Tapi tidak bisa lama, saya tersandung peraturan dari Pemerintah. Kalau ada Orang Tua Asuh yang sesuai dengan penilaian kami, dan mereka memilih Hana untuk menjadi anak adopsi, mau tidak mau kami akan menyerahkan Hana kepada mereka.” Kata Bu Novi sambil menyeka hidungnya dengan tisu.

“Maksudnya apa Bu?” tanyaku.

“Kalau bisa, Mbak Diva mencari suami. Agar sesuai dengan prosedur yang lebih proper. Saya tahu mencari pasangan itu tidak bisa dipaksakan. Kalau bukan jodohnya, Mbak Diva mungkin akan tertekan. Tapi akan fatal akibatnya apabila di saat stress masih ada Hana yang harus diasuh. Mbak Diva akan sendirian dengan masalah yang datang bertubi-tubi.” Kata Bu Novi sambil menyesap tehnya untuk menenangkan pikirannya.

“Dan saya mewanti-wanti, kemungkinan Mbak Diva juga akan menghadapi suami dari Bu Suprihartini. Ia ayah kandung Hana walau pun dianggap tidak memenuhi kualifikasi sebagai Hak Asuh atas Hana. Tapi kita berdua tahu luka yang dialami Bu Suprihartini sangat mengenaskan. Monster jenis apa yang tega seperti itu terhadap perempuan yang hamil besar? Ia bisa saja mencari Mbak Diva untuk mengajukan gugatan ini-itu, atau merebut Hana dari kami. Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan dia lakukan pada Hana. Khusus untuk anak itu, akan kami seleksi seketat mungkin orang tua asuh yang berminat.”

“Tiga bulan, Bu Novi. Tiga bulan. Tolong...” desisku memohon. “Tolong sembunyikan Hana untuk saya. Jangan sampai ada orang tua asuh yang melihatnya. Saya akan mengiriminya popok, susu, dan kebutuhannya setiap minggu. Syaratnya itu kan? Saya harus menikah?”

“Kasarnya begitu, walau pun belum tentu kami loloskan saat Mbak Diva sudah punya suami. Kami harus menyelidiki latar belakang suami Mbak Diva dulu.”

“Paling tidak saya punya harapan, ya Kan?! Hanya Bu Novi yang tahu seberapa besar rasa bersalah saya menyerempet Bu Suprihartini! Saya ingin bertanggung jawab Bu!” sahutku.

Bu Novi hanya menghela nafas, lalu mengangguk sekilas. “Kami coba semaksimal mungkin.”

**

Dan itulah, ya.

Aku butuh suami.

Tapi kucari di mana?

Di usiaku yang masih 23 tahun, dengan karier cemerlang dan keasyikan hidup sendiri, aku tidak ingin terlibat dalam hal percintaan absurd yang buang-buang waktu.

Dari pada bermain dengan perasaan, lebih baik aku cari uang.

Jadi aku kembali ke kantor hari itu dengan perasaan kacau. Memikirkan Hana, bayi mungil yang persalinannya kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Betapa perjuangan seorang wanita dalam melahirkan umatNya tidak main-mian. 

Aku yang tadinya berniat Childfree karena tak yakin bisa menghidupi seorang anak manusia, tiba-tiba Tuhan membolak-balikan hatiku.

Aku jatuh cinta seketika pada Hana.

Si bayi mungil yang cantik, cantik seperti Almarhum ibunya.

Dan sekarang... apa pun akan kulakukan demi Hana. Aku berjuang keras agar bisa memilikinya. Mengadopsinya secara legal. Termasuk menikah dengan seseorang yang kutemui secara random  di jalan, kalau perlu.

Aku duduk di kubikelku dengan perasaan campur aduk memikirkan Hana.

Namun terbesit suatu bisikan kalau aku harus bekerja. Untuk apa aku bermalas-malasan? Malah akan memperburuk kinerjaku. Aku kini memiliki suatu tujuan hidup yang lebih penting daripada kesenanganku sendiri. Seakan semua tabungan yang kukumpulkan bertahun-tahun bekerja sejak remaja, rela kuberikan untuk bayi mungil itu.

Sambil membuka map dan mengetik, aku berhitung. Kalau biaya sekolah anak, dari TK sampai dia kuliah, kira-kira berapa kekurangannya? Juga membayangkan Hana di masa depan saat memakai seragam sekolah, rasanya aku ingin menangis.

Baru sebentar kubuai, aku sudah rindu anak itu. Apalagi saat ia tersenyum dan tangannya menggapai-gapai pipiku.

Lalu dari arah pintu masuk, Bosku masuk ke ruangan beserta kedua Asistennya. Dia sudah selesai meeting sepertinya.

Raut wajah mereka keras seakan dari pagi mereka dilanda masalah pelik.

“Sudah sampai kamu,” sapa Bosku sambil melirikku. Aku menunduk sekilas untuk menyapanya. “Maaf ya Pak,” gumamku. Aku tak enak mengulur waktu bekerja untuk mampir ke panti sebentar. Kupikir setelah mendapatkan Surat Keterangan Bekerja dari Bosku, aku bisa segera mengadopsi Hana karena semua surat lain sudah selesai kuurus. Nyatanya masih tidak bisa.

“Target Cabang-cabang sudah selesai?” ia bertanya padaku sambil berjalan, orang paling sibuk sekantor.

“5 menit Pak.” kataku.

“5 menit lagi, ke ruangan saya.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
12 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status