Share

Chapter 05

Begitu mendengar jawaban dari Viole, senyum lebar merekah di wajah Gorfen yang rupawan. Anak manusia ini menyetujui kontrak tanpa mengetahui syaratnya, dan itu membuat Gorfen merasa sangat puas.

Setelah sekian lama, Soul Cleaver urutan ke tujuh itu, Silver Gorffennaf, akhirnya memiliki seorang tuan.

Dia menampakkan diri, seketika Viole kembali ke tempat serba putih seperti sebelumnya. Membuat gadis itu terheran lagi, “Loh pindah ke sini lagi?”

Gorfen bertepuk tangan sambil berjalan menghampiri Viole yang masih tergeletak dengan posisi yang sama. Dia kemudian berjongkok dan tersenyum, tangan kanannya menyentuh pundak Viole. Cahaya perak terang muncul sesaat, kemudian menghilang.

“Aku sudah menyembuhkanmu. Berdirilah,” ujar Gorfen.

Mendengar itu, Viole segera mencoba berdiri, dan berhasil. Dia pun menangis bahagia, akhirnya tubuhnya itu kembali pulih. Saking bahagianya, Viole sampai tidak menyadari jika Gorfen telah berdiri di belakangnya.

Pria itu lantas menutup mata Viole, membuat gadis itu tersentak kaget. “Apa yang—”

“Kontrak,” potong Gorfen.

Pria itu mengarahkan bibir tipisnya ke telinga Viole kemudian berbisik, “Kontrak telah dibuat. Jiwamu menjadi milikku,"

Viole tertegun. Kontrak itu ternyata berisi bahwa jiwanya menjadi milik Gorfen?

Belum dia selesai berpikir, Viole dikejutkan oleh terjangan batang dan ranting pohon yang tiba-tiba muncul. Dia pun sadar tempatnya kembali berubah, dan monster itu ternyata juga memakan pepohonan.

Viole yang kecil pun terdorong hingga menabrak dinding mulut monster dengan keras.

"Aduh, sejak kapan ni monster makan pohon coba?!" gerutu Viole.

“Jika bisa makan pohon, ngapain lu makan gua! Dasar monster sialan!” umpatnya kemudian, menyadari jika si monster dapat memakan pepohonan.

Tanpa disadari, pandangan Viole tertuju pada gigi geraham monster itu, dan dia melihat sebuah tongkat perak bersinar terselip di antara dua gigi besar. Tanpa ragu, Viole meraih tongkat itu.

"Ini tongkat apaan?" gumamnya.

Tongkat itu memiliki ukiran merah pada ujungnya dan tampak sangat indah. Disaat dia mengagumi keindahan tongkat itu, tiba-tiba Viole dikejutkan lagi oleh terjangan pohon-pohon yang datang dengan cepat.

Dia mencoba bertahan dengan berpegangan pada tongkat perak itu, tetapi hantaman pohon sangat keras dan banyak ranting yang menusuk-nusuk wajah serta matanya.

‘Aduh! Sakit banget anjir!’ gerutu Viole dalam hati menutup kedua matanya.

Banyaknya hantaman pohon yang datang, membuat tongkat itu akhirnya terlepas. Viole pun jatuh ke lubang gelap bersama dengan tongkat peraknya. Namun, tongkat perak itu tiba-tiba berbicara dan memerintah Viole untuk menancapkannya ke dinding.

“Tancapkan aku ke dinding sisi kirimu!”

Viole menuruti perintah itu. Dia menancapkan tongkat itu ke sisi kiri, menyelamatkannya dari kejatuhan ke dalam lubang seperti jurang. Namun, sang monster yang merasakan tusukan sakit di kerongkongannya, terus bergerak karena kesakitan.

Viole melihat dinding di sebelahnya terus bergetar, sehingga tongkat perak yang ia pegang juga ikut bergetar. Karena dinding itu terus bergerak, tongkat perak itu pun perlahan-lahan melonggar.

"Oh tidak! Jangan!” teriak Viole.

Tiba-tiba, dia jatuh bersama dengan tongkat perak itu ke dalam tempat yang sangat gelap. Dia jatuh di atas tumpukan pohon dan mencium bau belerang yang sangat kuat.

‘Bahaya!’ pikir Viole sambil menutup hidungnya.

Meskipun Viole berhasil menyelamatkan dirinya dari kejatuhan, dia masih terjebak di tempat yang gelap dan sepertinya lebih berbahaya.

"Tongkat perak? Dimana kamu!" teriak Viole memanggil tongkat perak yang jatuh bersamanya.

Seolah-olah mendengar panggilan Viole, cahaya perak yang terang memancar dari sela-sela batang pohon, seiring dengan hilangnya bau belerang yang menyengat.

‘Sudah aku katakan! Aku Silver Gorffennaf! Dasar anak manusia!' sahut suara Gorfen menjawab teriakan gadis itu.

‘Oh ya aku lupa. Gorfen ya, namamu sulit sekali sih.’ sahut Viole dalam hati.

Meski jarak mereka cukup jauh, Gorfen adalah Soul Cleaver yang dapat berbicara, bahkan lewat batin, sehingga suaranya terdengar sangat dekat, seolah-olah dia berbicara langsung di depan Viole.

Viole mulai berjalan ke arah cahaya perak itu berasal, menghampiri senjata sucinya. Namun guncangan hebat kembali, membuatnya jatuh diatas cairan lengket yang lebih tebal dari air liur sebelumnya.

"Ew!" gumamnya meringis jijik, melihat pakaian bawahnya basah oleh air liur lendir.

"Cepatlah! Kalau tidak, cairam asam di lambungnya akan keluar dan menghancurkanmu!” teriak Gorfen.

Mendengar itu, Viole tidak peduli dengan cairan lengket yang menempel pada celana dan sepatunya. Dia berdiri dan berjalan melewati berbagai pohon hingga sampai di tempat dimana tongkat perak itu bersinar.

Viole kemudian mencoba menarik tongkat perak itu. Setelah berjuang sekuat tenaga, tongkat itu akhirnya terlepas dari jepitan beberapa batang pohon.

"Lalu Gorfen, aku harus melakukan apa?" tanya Viole pada tongkat perak di tangannya.

"Arahkan aku untuk mengoyak dinding lambung, aku akan membantumu merobeknya dari dalam," jawab senjata suci itu.

Alis Viole berkerut, "Tapi, kau tongkat bukan pedang," ujarnya sambil mengetuk-ngetukan tongkat perak itu ke dinding lambung.

"Berhenti mengetuk-ngetukkanku! Kibaskan saja seperti pedang!" titah Gorfen marah karena Viole memperlakukan dirinya seperti tongkat biasa, padahal dia adalah Soul Cleaver yang banyak dicari oleh orang-orang.

Tidak ada pilihan lain, Viole mengikuti perintah tongkat perak itu. Dia memegang Silver Gorffennaf dengan erat dan mengayunkannya ke depan beberapa kali. Namun, tidak terjadi apa-apa.

"Bukan seperti itu, dasar payah." ejek senjata suci itu.

Lalu, jiwa Silver Gorffennaf muncul. Seketika, Viole kembali melihat dimensi putih seperti sebelumnya.

"Loh, kita kembali lagi ke surga?" tanya Viole.

"Bukan surga, ini adalah dimensiku.” jawab Gorfen.

“Kita masih berada di dalam mulut monster ini. Jangan banyak bertanya, kamu harus melakukannya seperti ini,” lanjutnya sambil berjalan mendekati Viole.

Pria itu kemudian menggerakkan tangan Viole dari belakang, mengajarinya cara mengibaskan tongkat seperti pedang. Viole sendiri diam dan memperhatikan dengan seksama arahan jiwa Silver Gorffennaf itu.

"Oke, aku paham," kata Viole ketika pria itu selesai mengajari, kemudian melepaskan tangannya.

Mendengar itu membuat jiwa Silver Gorffennaf tersenyum tipis. Meskipun banyak bertanya dan terkesan bodoh, gadis itu mampu memahami ajaran dalam satu kali pencontohan.

"Baguslah," ujarnya, kemudian ia menghilang, dan sekitaran Viole kembali seperti sebelumnya.

Gadis itu kemudian mengibaskan tongkat perak di tangannya, sesuai dengan yang diajarkan oleh jiwa senjata suci itu sendiri. Kali ini, tongkat itu mampu menggores dinding lambung di depannya.

Dengan hati yang dipenuhi perasaan gembira, Viole terus mengibaskan tongkat perak itu. Meskipun beberapa kali ia terjatuh karena tempat yang ia pijak terus berguncang, Viole tidak berhenti untuk terus mengibaskan tongkat perak itu.

Pada akhirnya, guncangan pun berhenti dan secercah cahaya muncul melalui celah robekan di depannya. Hati Viole berdebar kencang, seperti seorang pengembara yang menemukan oasis di tengah padang pasir.

Dengan senyuman lebar, ia berlari menuju ujung bercahaya itu. Ketika Viole akhirnya dapat menghirup udara segar dan melihat kembali dunia luar, kedua mata hitamnya terbelalak seketika melihat pemandangan yang tersaji di depannya.

"Zanquen!" teriaknya panik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status