Share

Mungkinkah, Aku Gila
Mungkinkah, Aku Gila
Penulis: Ria Taslim

Keluarga Kecil

Semilir angin berhembus menerpa wajahku saat membuka jendela. Pagi yang cerah semakin indah dengan keceriaan anak-anak yang bermain. Pagi menjadi waktu yang cukup bersejarah dalam menyongsong hari. Bahagiaku saat bersama keluarga, menikmati hari dengan senyuman. 

Pagi merupakan waktu yang cukup singkat. Kegiatan yang tidak ada habisnya dengan menyiapkan segala sesuatu yang harus cepat dan baik. Kegiatan harian selalu kutargetkan selesai sebelum ketiga anakku untuk berangkat ke sekolah dan suami bekerja. Memasak menjadi perhatian khusus untukku, karena kami membiasakan sarapan sebelum beraktivitas. 

"Bu, mau masak apa pagi ini?" tanya Rukoyyah–putri keduaku–dengan senyum manisnya. 

"Sup jamur dan tempe goreng Nak, Koyya sudah lapar?" 

"Aku yang memotong tempenya ya Bu," 

"Iya sayang. Oh iya Koyya sudah selesai menyiapkan peralatan sekolah?" tanyaku. 

"Sudah Bu, pokoknya beres tinggal berangkat nanti," jawabnya dengan jumawa. 

"MasyaAllah, memang putri solehah ibu bisa diandalkan," ucapku sambil mencubit hidung kecilnya yang sangat menggemaskan. 

Kami pun memasak dengan penuh canda tawa. Celotehan Rukoyyah selalu menemani kegiatan memasak sehingga menjadi saat yang menyenangkan. 

Kami memang memberikan tugas untuk anak-anak agar bisa mandiri. Pagi setelah sholat subuh mereka kami biasakan untuk menyiapkan kembali peralatan sekolah. Belajar sejenak baru membantu sesuai kemampuan mereka. Si sulung bertugas menyapu bagian luar rumah. Rukoyyah membantuku memasak, sedangkan Mas Adam menjaga Aisyah dan Isa.

***

Mas Adam merupakan kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab. Awalnya dia bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota kami, tetapi setelah pergantian pemilik menyebabkan banyak pengurangan pegawai, qodarulloh salah satunya Mas Adam. 

Tabungan yang kami miliki semua digunakan untuk menyambung hidup. Kami berusaha dari nol untuk berdagang. Awalnya kami berdagang kue, berganti pakaian, sehingga sampai saat ini berdagang sembako dan pakaian. Toko yang kami miliki memang belum terlalu besar, tetapi alhamdulillah sudah bisa mencukupi kebutuhan. 

Kami memiliki empat anak, yaitu Yahya, Rukoyyah, Aisyah, dan Isa. Mereka sangat menggemaskan. Yahya yang sudah berusia sepuluh tahun, sangat senang menggambar. Rukoyyah tujuh tahun yang sangat senang dengan bunga. Aisyah berusia lima tahun yang sedang duduk di sekolah TK A. Isa masih berusia satu tahun, sehingga sedang butuh perhatian ekstra. 

Keempat anak kami menjadi sumber kebahagiaan dalam menjalani liku kehidupan. Lelah yang kadang hadir mampu terobati dengan keceriaan dan gelak tawa mereka. Keakraban kami pada anak-anak memberikan rasa nyaman dalam kehidupan kami. 

***

"Dik, nanti aku pulang terlambat ya. Ada barang datang, tetapi baru sampai sore hari. Kemungkinan langsung bongkar karena ada sebagian pesanan yang harus di antar besok pagi," ucap Mas Adam sebelum kami sarapan. 

"Iya Mas, tetapi pulangnya jangan terlalu malam."

"Siap bos." dengan meletakkan tangan di pelipis seperti memberi hormat saat upacara bendera sehingga menimbulkan tawa kami. 

Kami pun segera menuju ke tikar untuk sarapan bersama. Setelah anak-anak sudah berkumpul maka kubagikan piring, kemudian mengambilkan nasi sesuai porsi mereka. Aku biasanya hanya menyuapi Isa yang masih berusia satu tahun. Sedangkan Aisyah yang sudah berusia lima tahun sudah terbiasa makan sendiri. Anak yang banyak mengajarkan kami agar bisa membantu mereka untuk mandiri. 

Sarapan pagi tidak selalu ada drama, sehingga memberikan ruang untuk kami lebih cepat untuk menyelesaikannya. Anak-anak yang banyak, tidak selalu merepotkan kami, karena sejak kecil kami sudah membiasakan mereka mandiri. Hal ini sangat membantu saat kami sedang banyak pekerjaan. 

Yahya dan Rukoyyah biasanya naik sepeda untuk berangkat sekolah. Mas Adam naik motor untuk ke toko. Aku akan membawa Isa untuk mengantar Aisyah yang baru masuk Taman Kanak-kanak. 

Aku adalah ibu rumah tangga biasa, sehingga lebih banyak waktu di rumah membersamai anak-anak. Setiap pagi setelah sholat subuh yang kulakukan memasak. Menyiapkan menu untuk tumbuh kembang mereka. Aku selalu berusaha memberikan menu yang bergizi. Asupan gizi mereka sangat kami perhatikan. Makanan yang tersaji tidak harus mewah, tetapi kami berusaha untuk memenuhi empat bintang. 

***

Pagi ini setelah mengantar Aisyah ke sekolah, kami langsung ke balai desa untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan secara rutin. Acara biasanya dilaksanakan pukul delapan sampai sembilan. 

Aku senang mengikuti penyuluhan yang dilakukan di desa mengenai tumbuh kembang anak yang mencakup gizi, tumbuh kembang balita dan anak, dan lainnya. Bagiku kesempatan ini memberikan wadah untuk menggali ilmu baru tentang anak dan keluarga. 

"Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh mbak," sapaku pada kader desa. 

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh. Alhamdulillah mbak Asma ayo masuk, sebentar lagi acara mau di mulai. Mbak masuk kelas B, nanti di temani mbak Yani" jelasnya dengan ramah. 

"Iya mbak, terima kasih," 

Aku melangkah pergi setelah berbasa basi sejenak. Menidurkan Isa di atas tikar  bersebelahan dengan tempat duduk. Ada delapan peserta di kelas yang memiliki anak yang berusia satu sampai dua tahun. 

"Bagaimana kabarnya mbak Asma," sapa mbak Yani setelah aku  membenarkan tidur Isa. 

"Alhamdulillah baik mbak, nanti temanya apa mbak penyuluhannya?" tanyaku balik. 

"Alhamdulillah mbak, nanti tentang kebutuhan gizi mbak." jawabnya. 

Kami peserta saling bertegur sapa sambil menunggu pemateri. Pukul delapan tepat acara di mulai. Pagi ini yang mengisi materi ahli gizi dari Puskesmas, yaitu Bu Cinta. Materi yang diberikan sangat penting untuk kami para ibu tentang kebutuhan gizi yang tidak hanya diperuntukkan balita tetapi seluruh anggota keluarga. 

"Empat bintang ini terdiri dari karbohidrat, protein tinggi zat besi, kacang-kacangan, dan sayur serta buah. Menu empat bintang ini yang dulunya lebih dikenal dengan empat sehat lima sempurna. Namun, berkembangnya ilmu pengetahuan mengajarkan kita untuk lebih baik." terang Bu Cinta. 

"Karbohidrat tidak hanya terdiri dari nasi, tetapi dapat berupa roti, jagung, umbi-umbian, dan lainnya. Protein tinggi zat besi ini berupa protein hewani, seperti telur, ikan, daging, susu beserta olahannya, dan lainnya. Kacang-kacangan ini segala jenis kacang-kacangan dari tahu, tempe sampai jamur. Bintang yang terakhir sayur dan buah yang memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Garam dan minyak juga menjadi pelengkap untuk tumbuh kembang anak,"

"Nah, dari semua yang saya paparkan. Siapa yang mau bertanya?" tanyanya. 

"Saya bu, sekarang ini terkadang saat anak susah makan lalu kita perbanyak susu. Bagaimana itu bu?"

"Pertanyaan bagus ini, terkadang sebagai ibu kita khawatir dengan berat badan anak. Apalagi jika anak susah makan, jalan pintasnya diberikan susu lebih banyak. Padahal susu ini hanya termasuk salah satu dari empat bintang. Jadi lebih baik kita buat hidangan yang menarik, sehingga semua kebutuhan anak bisa tercukupi."

Setelah sesi tanya jawab selesai kami semua pulang. Aku kembali ke sekolah Aisyah untuk menjemputnya karena hari ini dijadwalkan pulang lebih awal. Berjalan bersama beberapa tetangga yang juga menjemput anak-anaknya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status