Share

Keharmonisan

Suatu sore yang cerah dengan langit jingga yang indah. Sayup-sayup semilir angin yang menerpa wajah memberikan rasa yang nyaman. Kami yang sedang menikmati sore dengan memperhatikan anak-anak yang bermain di halaman depan rumah. Kami tanami rumput teki yang memberikan pemandangan yang berbeda, seperti karpet hijau yang digelar. 

Halaman rumah memang tidak luas, tetapi cukup menjadi tempat bermain anak-anak. Kami sering melakukan aktivitas di depan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain rumput teki yang tertanam rapi, di ujung-ujung aku tanami beberapa jenis bunga seperti bunga krisan, mawar, dan kertas. Warna-warni bunga yang tumbuh sering memanjakan mata untuk menikmati keindahan yang Allah ciptakan. 

Kubuat pisang goreng dan es jeruk untuk menemani sore ini. Duduk bersandar di teras dengan memperhatikan keceriaan anak-anak yang bermain. Gelak tawa yang tidak pernah habis rasanya mengukir senyum yang melihatnya. Masa anak-anak memang waktu yang sangat indah. 

"Mas, kenapa badanku rasanya tidak enak semua ya? Lebih sering kantuk menyerang akhir-akhir ini," ucapku pada Mas Adam saat sedang duduk di teras rumah. 

"Kecapean mungkin Dik, anak-anak seumuran mereka sedang butuh perhatian khusus. Pasti membutuhkan tenaga ekstra dalam merawat mereka." ungkapnya. 

"Entahlah mas, aku hanya merasa ada yang berbeda saja. Biasanya tidak seperti ini, tetapi kantuk yang aku rasakan berlebih dan terkadang bukan di waktu yang tepat saja." ceritaku panjang lebar. 

"Besok kita jalan-jalan yuk, biar badan kembali segar. Semoga saja bisa mengurangi rasa jenuh yang mungkin timbul dengan rutinitas yang padat." godanya dengan mencubit hidungku. 

"Siap mas," ucapku dengan semangat. 

Mas Adam memang selalu meluangkan waktu untuk kami. Perhatian-perhatian kecil yang membuat kami merasa dimengerti. Kebersamaan ini kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. 

***

"Bu, kita mau kemana hari ini?" tanya Yahya waktu aku mempersiapkan bekal pagi ini. 

"Jalan-jalan ke taman Mas, nanti kita bonceng-boncengan ya." ucapku sambil membereskan perbekalan kami. 

"Naik sepeda Bu?" tanyanya lagi. 

"Iya, nanti bapak gendong Dik Isa dan boncengin Dik Koyya. Ibu sama Dik Aisyah dan Mas Yahya naik sepeda sendiri ya," terangku panjang lebar. 

"Asyik, siap Bu." dengan girang melompat-lompat. 

Pagi yang dijanjikan Mas Adam untuk berjalan-jalan di sambut senang oleh anak-anak. Mereka segera bersiap-siap untuk berangkat. Di bantu Mas Adam untuk memandikan Aisyah dan Isa, sedangkan aku menyiapkan bekal. Mas Adam memang sigap membantu untuk meringankan tugas rumah, bahkan tidak jarang dia membantu menyapu ataupun menyuapi anak-anak. 

"Sudah siap Bu?" tanya Mas Adam. 

"Iya sudah Mas, tinggal aku bersiap-siap sebentar ya."

"Kami tunggu di luar ya. Anak-anak sudah tidak sabar merengek untuk segera berangkat." ucapnya sambil melenggang pergi. 

Aku segera bersiap-siap agar tidak terlalu siang. Kami menaiki sepeda sekedar berjalan-jalan di taman. Tempatnya tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk menjangkaunya. 

"Sudah siap semua?" ucap Mas Adam. 

"Siap Pak," serentak kami menjawab. 

"Ayo kita berangkat, tetapi jangan lupa untuk berdoa ya." terangnya kemudian mengunci rumah dan segera bergabung untuk mengayuh sepeda bersama. 

Kehangatan yang tercipta dari sebuah kebersamaan tidak selalu harus mahal. Bersepeda bersama menikmati perjalanan di area persawahan selalu memanjakan mata. Sawah yang ditanami padi oleh petani seperti karpet hijau yang terbentang luas di kiri dan kanan jalan. Rumah kami memang terbilang masih asri. Mata pencaharian penduduk yang sebagian besar petani. 

Semilir angin yang menerpa wajah memberi rasa segar, lelah yang kami rasakan terbayar dengan pemandangan yang sangat indah. Jalan yang sudah beraspal, sehingga memudahkan kami untuk bersepeda dengan lancar. Setelah mata dimanjakan dengan persawahan yang hijau, kini kami menikmati rimbunnya pohon-pohon yang menjulang. 

"Alhamdulillah sudah sampai," ucap Rukoyyah yang langsung berlari menuju sungai kecil yang ada di dekat taman.

"Mbak Koyya ikut," sambung Aisyah yang berlari dengan kaki mungilnya. Tubuhnya yang gemuk membuatnya semakin menggemaskan. 

Aku, Yahya, dan Mas Adam yang masih menggendong Isa segera menyusulnya setelah memarkirkan sepeda pada tempat khusus pengunjung. Taman ini masih belum banyak tersentuh tangan manusia, sehingga pemandangan alam yang masih alami memberikan nilai tersendiri. Air yang masih jernih mengalir di sungai, suara gemericik air membuat alunan musik yang mendamaikan. Pagi ini tidak terlalu banyak pengunjung sehingga kami bisa lebih menikmati alam dengan leluasa. 

Kami memilih berteduh di bawah pohon jati untuk sarapan. Menggelar tikar dan menikmati bekal bersama. Kami berusaha untuk tidak mengotori lingkungan, sehingga memasukkan bekas jajanan anak ke dalam plastik yang sudah kami sediakan sebelumnya. Mengumpulkan sampah agar tidak tercecer dimana-mana. Kebiasaan ini kami ajarkan pada anak-anak agar mereka juga menjaga lingkungan sekitar agar tidak mengotori keindahan dengan sampah yang bercecer. 

Setelah puas menikmati taman dan bermain air, akhirnya kami pulang ke rumah. Tawa bahagia anak-anak tidak pernah terlepas, sehingga menyalur pada kami rasa nyaman. Matahari mulai meninggi, sehingga peluh keringat mulai menjalar. Sesampainya di rumah kami beristirahat. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status