"sial jadi cek ini palsu," Cloris telah dibodohi oleh orang yang memberi selembar cek tersebut, pegawai bank berkata bahwa cek tersebut palsu karena tidak terdeteksi dengan ada kode MICR di cek pada umumnya, cek yang sah menggunakan sandi kode MICR dan dapat dibaca oleh MICR readers.
Cloris sungguh menahan malu, tak ada yang lebih lebih memalukan dari ini, tapi entahlah kedepannya seperti apa.
"Sial, lihat saja jika aku bertemu Dengannya pasti aku buat dia merasakan apa yang aku rasakan,"
Gadis itu pun pulang dan sampailah pada rumah nya yang tidak terlalu mewah, hanya bangunan sedikit bercorak tua, tetapi justru bangunan inilah khas asli dari tradisional Inggris.
"Hai, darimana saja kau ini Cloris?" ucap ibu tirinya yang bernama Melva.
"Bukan urusan Anda nyonya Melva," Cloris pun dengan lantang menjawab nya.
Cloris tak pernah menganggap Melva sebagai ibunya, lagipula Melva juga tak pernah menganggap dirinya anaknya, sesakit ini kah menjadi anak tiri?
Malio pun anak dari Melva tak tinggal diam, dia adalah anak tunggal Melva, lelaki yang cukup tampan, karena tidak begitu jelek.
"Seharusnya kau bicara sopan pada ibuku Cloris," ucap Malio
"Oh ya? Apa pentingnya untukku, dia hanya menginginkan harta papaku,"
Plak
Malio menampar pipi Cloris sedikit keras, "aku bisa saja mengusirmu sekarang juga Cloris,"
"Hai... ini rumahku, harusnya kalian berdua yang angkat kaki dari rumah ini, "tanganya memegangi bekas tamparan kakak tirinya.
"Malio tenanglah , secepat mungkin kita akan mengusir dia dari rumah ini " bisik Melva pada Malio.
"Aku mendengarnya, aku tidak akan diam kau mengerti Melva?" Cloris berjalan ke kamarnya, di lempar tas nya di kasur.
"Hari yang menyebalkan," celotehnya dengan melepas sepatu di alas kakinya.
Ia pun bersiap-siap ke rumah temannya, mandi dan menyiapkan bajunya.
~
Hari ini adalah persiapan hari pertunangan Piero dengan kekasihnya, semua baik-baik saja tak ada yang terlihat buruk .
Pernikahan diadakan di luar rumah nya, sepertinya belum waktunya untuk membuat acara yang mewah karena nanti acara mewah itu akan dilaksanakan pada hari pernikahannya.
"Jer apa kau tahu cek yang kuberikan pada gadis itu adalah palsu?" Piero menahan tawanya saat berbicara.
Derry dan Jerry saling menatap, "apaa?" Ucapnya bebarengan.
"Ya, bagaimana bisa aku memberikan uang 100 juta begitu saja, tentu tidak,"
"Lalu apakah cek yang kau berikan pada kami itu palsu?"
Piero melepas sepatunya dan di pukulkan pada lututnya, "bagaimana bisa kau berkata seperti itu, kalau itu asli"
Derry dan Jerry hanya mengelus lututnya, "oh .. iyah .. Iyah,"
4 jam kemudian...
Acara pertunangan Telah selesai dimulai semua teman Piero menyaksikan hari bahagia tersebut.
Hanya ada beberapa yang belum datang, tapi mungkin sebentar lagi akan datang fikirnya.
"Astaga Linds, kau mau mengajak ku kemana?" Ucap Cloris pada teman lamanya.
Lindsey pun terus mengandeng dan berjalan lurus, "di acara pertunangan boss ku, hari ini adalah pertunangannya,"
"Aku bukan siapa-siapa, haruskah ikut?"
"Sudahlah Clo, apakah kau mau hanya tinggal sendirian di apartemen ku?"
"Ya baiklah aku akan ikut," akhirnya Cloris pun menuruti perintah Lindsey.
Cloris memperhatikan lampu-lampu kecil yang menyala di sekelilingnya, banyak makanan dan minuman yang berada di atas meja.
Hampir Semua laki-laki menggunakan setelan tuxedo, sedangkan para wanita menggunakan dress ketat yang jatuh di atas lutut.
"Kau mau ikut aku ke boss ku?" ajak Lindsey.
"Tidak .. ah tidak .. aku disini saja," tanganya mengambil segelas minuman dan meneguknya.
Lindsey pun pergi meninggalkan Cloris dan menghampiri Piero yang berkumpul bersama Jerry, Derry, dan kekasihnya.
"Hai boss, selamat atas pertunangannya," Lindsey memeluk Piero sebagai bos nya di kantor.
"Terimakasih Linds,"
Di arah yang sedikit jauh, Cloris melihat laki-laki itu, laki-laki yang menipunya karena cek palsu.
Sedikit memastikan apakah benar laki-laki yang memang bertemu dengannya waktu itu, "benar dia," batin nya.
"Baiklah rasakan pembalasan ku," Cloris tersenyum miring, pinggulnya mulai berjalan sok seksi agar semua orang melihatnya.
Cloris mendekati Piero dan memeluk erat tubuhnya, "kau tega, kau jahat, kenapa meninggalkan aku saat aku mengandung anakmu?" Suaranya sengaja dikeraskan.
"Hai lepaskan siapa dirimu?" Piero mengangkat kedua tangannya.
Sedangkan semua mata kini memperhatikan Piero dan Cloris yang saling berpelukan, kedua orang tua Piero pun hampir syok melihat itu semua.
"Aku hamil, anak kita... anak kita," Cloris mulai berpura-pura mengeluarkan air matanya.
"Ini anakmu... mengapa kau malah meninggalkan ku?" tangisnya berpura-pura.
"Errrroooooo," teriak sang papa pada anaknya.
"Pa percayalah aku tidak melakukan apa-apa," mencoba lepas dari pelukan gadis itu namun Cloris tak juga melepaskan nya.
"Kau... kau... " jantung papanya pun kambuh dan beliau ambruk di bawah.
"Papaaa," teriak Piero, ia mendorong keras tubuh Cloris dan berlari mendekati papanya.
"Pa bangunlah, aku sama sekali tak mengenal dia,"
Piero menoleh pada gadis yang baru saja ia dorong, ternyata itu adalah gadis yang mobilnya penyok akibat Jerry, dan ia memberikan cek palsu untuk nya, sekarang ia bisa menebak apa maksud dari ini semua, "kauuu?" teriak nya penuh emosi.
Cloris tak menyangka bahwa kejahilan nya berakibat sejauh ini, ia pun berdiri dan berlari sekencang mungkin menjauh dari tempat tersebut.
"Tunggu... Clo..." teriak Lindsey.
Piero memanggil para pengawal nya dan menyuruh memanggil dokter pribadinya.
Ia pun mendekati Lindsey dengan segera, "kau mengenalnya?"
"Ya.. dia teman lamaku," bales Lindsey.
"Besok berikan aku alamatnya, dan sekarang pulanglah,"
Lindsey hanya mengangguk ketakutan, dan segera pergi dari hadapan boss nya.
Plak
Tamparan dari kekasihnya pun kini menambah rasa emosi di dalam hatinya.
"Kita putus Ero," kekasihnya pun berbalik badan dan pergi menjauh.
"Hebat... hebat... sungguh hebat.. gadis seperti dia mampu menghancurkan hidupku sekarang," Piero berbicara pada dirinya sendiri.
Matanya pun melirik pada dua lelaki disampingnya yaitu Jerry dan Derry "kau tahu apa yang harus kau lakukan?"
Jerry mengangguk pelan, dan Derry memahami kata-kata Piero.
Raut wajahnya seperti monster hidup, bibirnya tersenyum bak iblis, "bawa gadis itu di hadapanku, telisik semua tentangnya, jangan biarkan dia kabur , akan ku ajarkan padanya arti tangisan yang sesungguhnya.. karena mulai detik ini... dia tak perlu berpura-pura menangis di hadapanku" ucap Piero.
Sungguh mata Ryle tak bisa berkedip melihat pemandangan Mansion yang besar seperti istana itu, karena rumahnya tak berukuran sebesar itu.Jam dinding besar di depan dinding dengan lukisan keluarga yang sangat-sangat besar terpajang jelas saat ia membuka pintu."Rumah ini besar sekali." Ryle memandangi lampu besar yang menggantung di atas kepalanya."Tentu saja, ini adalah rumahku." Piero menurunkan Claretha agar bisa bermain dengan Ryle."Dengar Ryle kau akan aku sekolahkan tapi kau harus menjaga putriku yang cantik ini dengan baik ya." ujar Piero ditunjukkan pada Ryle."Oh ya panggil saja aku Paman." imbuh Piero menyentuh hidung nya.
pagi itu kedamaian di kedua manik mata Piero sungguh tergambar jelas, ia duduk di sofa putih dengan memegang segelas kopi panas menunggu istri tercinta terbangun tidurnya.Ia terus menyeruput perlahan kopi itu dengan menatap dalam-dalam Cloris yang sangat cantik bahkan disaat menutup mata, "baiklah aku akan membangun kan mu Clo." meletakan gelas kopi itu di atas nakas.Piero mengambil selembar tissue untuk membersihkan mulutnya yang terkena kopi, ia mencium Cloris dengan sedikit menjulurkan lidahnya untuk bermain disana, "eeemmppphh Erooo." umpat Cloris kesal."Dasar tukang tidur, kita harus kembali ke Mansion Clo." Piero membenarkan setiap rambut yang menutupi wajah Cloris."Kau bilang kita akan sedikit lama disini?" Cloris duduk dan
Bunyi alarm terdengar berulang kali di telinga sepasang suami istri yang terlihat begitu nyenyak tertidur, namun keduanya nampak tak memperdulikan."Menganggu saja." Piero malah membanting jam alarm itu.Mata Piero terbuka sedikit dan memeluk Cloris yang masih terlelap "bangun! ayoo bangun!" tetapi ia sendiri malah tertidur di dada istrinya."Bangunlah sendiri sana, aku masih lelah." menyingkirkan kepala Piero karena menganggu tidur saja.Setelah beberapa saat mereka tertidur cukup panjang, Piero dan Cloris sudah rapi dengan pakaian masing-masing yang baru saja ia beli kemarin "Ero kita pulang, perasaanku tak enak," batin Cloris."Baiklah." Piero mengangguk setuju.
Kini kamar Piero dan Cloris penuh dengan tangisan putrinya yaitu Claretha Venelov D'rajor, walau Claretha sudah mempunyai kamar sendiri tetapi untuk hari ini Cloris mengajak Claretha di kamar nya."Puas puas kan saja melupakan aku Clo, akan kubalas jika nanti sudah waktunya." Piero merasa cemburu dengan Claretha.Cloris melempar bantal di wajah Piero, "diam." dan tersenyum lucu.Membuka bajunya memperlihatkan satu payudaranya dan memaksa Claretha untuk meminum ASI. "putriku yang cantik." Cloris menimang dengan lembut.Sedangkan di depan terlihat Piero yang memasang wajah datar namun ia membayangkan sesuatu, "lihat saja .. " ucap Piero pelan.Ia mengambil ponsel dan menelpon Jerry, "J
Senyuman kebahagiaan telah tercetak kembali di bibir Piero , tak hanya itu kebahagiaan serasa lebih lengkap ketika melihat perut buncit Cloris yang sudah membesar .Piero mengajak Cloris singgah sejenak di restauran Berners Tavern , ia ingin melihat Cloris melahap semua makanan yang sudah ada di depan meja .makaroni keju dengan pasta carbonara dan kembang kol goreng. Hidangan semakin spesial dengan tambahan saus Skotlandia . Dan datanglah kembali semangkuk sup sosis dengan minuman yang sudah Piero pesan."Ayo makanlah yang banyak Clo , aku tidak ingin anak kita kelaparan " Piero tersenyum senang melihat wanita di depan memakan dengan semangat."Apa kau tidak ingin memakan juga " tanganya mulai mencocol mayonaise yang ada di dekatnya.
Kakinya melangkah pelan menaiki anak tangga kecil, hatinya merasakan desiran sesuatu yang luar biasa "apakah benar ini rumah mu Clo" tangannya mulai memegang gagang kayu pintu.Ia menarik nafas sedalam mungkin "Clo " ucapnya pelan .Mengetok pintu itu beberapa kali "Clo"Tak ada jawaban sama sekali , Piero mendorong pintu kayu itu "tak terkunci "Piero melihat ruang tamu kayu yang begitu tertata rapi, namun bukan itu yang ingin ia lihat , ia hanya ingin melihat Cloris "Clo " ia sama sekali tak menemukan sosok Cloris .Ia terus berjalan hingga mendengar suara rintihan kecil wanita dari arah pintu kamar "aahh .. siapa itu " suaranya begitu kecil seperti kesakitan.
Kini Piero dan Tn. Eytro sedang membicarakan hal yang saling bertolak belakang . Bagaimana tidak , jika papanya menginginkan untuk menjauh dari wanita yang bernama Cloris . Sedangkan Piero sendiri sudah tergila-gila dengan Cloris."Aku takkan pernah memberitahu mu dimana sekarang gadis itu" Tn. Eytro menatap Piero penuh emosi.Piero membalas dengan tatapan tak kalah tajam "papa percayalah padaku .. sekarang Cloris memang benar-benar mengandung anakku""Carilah sendiri Ero , dasar keras kepala " Tn. Eytro masih kukuh dengan pendiriannya. Ia pun pergi dari ruang tamu meninggalkan Piero dan Jerry yang masih terbengong ."Bagaimana aku bisa menemukan Cloris jika aku sendiri tidak tahu Jerry " Piero duduk di kursi kayu dengan tatapan sendu
Ia membiarkan Jerry yang pingsan di bawah , ia harus memilih antara mengejar Cloris atau menolong kakaknya"sial .. jika aku menolong kakakku .. aku pasti kehilangan jejak .. tapi jika Jerry .. ah sudahlah itu tidak begitu menyakitkan. Biar saja Ero yang mengurusnya, lagipula ia pria .. tidak akan mati hanya dengan di pukul togkat " Derry kembali mengikuti jejak mobil hitam itu ."Jadi .. si jalang itu yang telah membuatku kehilangan Cloris" Piero mulai memikirkan sebuah rencana ."Apa kau diam saja Ero " tanya Derry yang juga tak melihat sisi Piero yang dulu .Piero tersenyum dengan ketampanan yang begitu melekat di wajahnya"yah aku akan diam ... tapi setelah membuat mereka menderita. Ini adalah peringatan terakhir untuk mereka , aku melepaskan Irene karena jujur saja hatiku b
Masih ditempat yang sama dengan suasana hati yang kacau , Piero mendongak menatap langit-langit. Seperti inikah ? Arti cinta yang sebenarnya?"Ero luka mu parah , bisakah kita kembali saja " Jerry di belakang memeluk dirinya sendiri karena kedinginan.Namun lelaki yang sudah berlumur darah itu tak menggubris, jangan kan membalas ucapan itu . Melihat saja tidak "Ero " panggil Jerry sekali lagi.Jerry mengeluarkan ponsel yang berada di sakunya"Ero Tn. Eytro menelpon" memberikan ponsel itu di hadapan Piero .Pria itu menerima nya dengan sedikit terpaksa "ada apa papa" Piero berpura-pura seakan tak ada luka di hatinya."Maafkan papa karena tidak datang , besok kita akan bertemu di kantor