Share

Bab 2

"sial jadi cek ini palsu," Cloris telah dibodohi oleh orang yang memberi selembar cek tersebut, pegawai bank berkata bahwa cek tersebut palsu karena tidak terdeteksi dengan ada kode MICR di cek pada umumnya, cek yang sah menggunakan sandi kode MICR dan dapat dibaca oleh MICR readers.

Cloris sungguh menahan malu, tak ada yang lebih lebih memalukan dari ini, tapi entahlah kedepannya seperti apa.

"Sial, lihat saja jika aku bertemu Dengannya pasti aku buat dia merasakan apa yang aku rasakan,"

Gadis itu pun pulang dan sampailah pada rumah nya yang tidak terlalu mewah, hanya bangunan sedikit bercorak tua, tetapi justru bangunan inilah khas asli dari tradisional Inggris.

"Hai, darimana saja kau ini Cloris?" ucap ibu tirinya yang bernama Melva.

"Bukan urusan Anda nyonya Melva," Cloris pun dengan lantang menjawab nya.

Cloris tak pernah menganggap Melva sebagai ibunya, lagipula Melva juga tak pernah menganggap dirinya anaknya, sesakit ini kah menjadi anak tiri?

Malio pun anak dari Melva tak tinggal diam, dia adalah anak tunggal Melva, lelaki yang cukup tampan, karena tidak begitu jelek.

"Seharusnya kau bicara sopan pada ibuku Cloris," ucap Malio

"Oh ya? Apa pentingnya untukku, dia hanya menginginkan harta papaku,"

Plak 

Malio menampar pipi Cloris sedikit keras, "aku bisa saja mengusirmu sekarang juga Cloris,"

"Hai... ini rumahku, harusnya kalian berdua yang angkat kaki dari rumah ini, "tanganya memegangi bekas tamparan kakak tirinya.

"Malio tenanglah , secepat mungkin kita akan mengusir dia dari rumah ini " bisik Melva pada Malio.

"Aku mendengarnya, aku tidak akan diam kau mengerti Melva?" Cloris berjalan ke kamarnya, di lempar tas nya di kasur.

"Hari yang menyebalkan," celotehnya dengan melepas sepatu di alas kakinya.

Ia pun bersiap-siap ke rumah temannya, mandi dan menyiapkan bajunya.

~

Hari ini adalah persiapan hari pertunangan Piero dengan kekasihnya, semua baik-baik saja tak ada yang terlihat buruk .

Pernikahan diadakan di luar rumah nya, sepertinya belum waktunya untuk membuat acara yang mewah karena nanti acara mewah itu akan dilaksanakan pada hari pernikahannya.

"Jer apa kau tahu cek yang kuberikan pada gadis itu adalah palsu?" Piero menahan tawanya saat berbicara.

Derry dan Jerry saling menatap, "apaa?" Ucapnya bebarengan.

"Ya, bagaimana bisa aku memberikan uang 100 juta begitu saja, tentu tidak," 

"Lalu apakah cek yang kau berikan pada kami itu palsu?" 

Piero melepas sepatunya dan di pukulkan pada lututnya, "bagaimana bisa kau berkata seperti itu, kalau itu asli"

Derry dan Jerry hanya mengelus lututnya, "oh .. iyah .. Iyah," 

4 jam kemudian...

Acara pertunangan Telah selesai dimulai semua teman Piero menyaksikan hari bahagia tersebut.

Hanya ada beberapa yang belum datang, tapi mungkin sebentar lagi akan datang fikirnya.

"Astaga Linds, kau mau mengajak ku kemana?" Ucap Cloris pada teman lamanya.

Lindsey pun terus mengandeng dan berjalan lurus, "di acara pertunangan boss ku, hari ini adalah pertunangannya,"

"Aku bukan siapa-siapa, haruskah ikut?" 

"Sudahlah Clo, apakah kau mau hanya tinggal sendirian di apartemen ku?" 

"Ya baiklah aku akan ikut," akhirnya Cloris pun menuruti perintah Lindsey.

Cloris memperhatikan lampu-lampu kecil yang menyala di sekelilingnya, banyak makanan dan minuman yang berada di atas meja.

Hampir Semua laki-laki menggunakan setelan tuxedo, sedangkan para wanita menggunakan dress ketat yang jatuh di atas lutut.

"Kau mau ikut aku ke boss ku?" ajak Lindsey.

"Tidak .. ah tidak .. aku disini saja," tanganya mengambil segelas minuman dan meneguknya.

Lindsey pun pergi meninggalkan Cloris dan menghampiri Piero yang berkumpul bersama Jerry, Derry, dan kekasihnya.

"Hai boss, selamat atas pertunangannya," Lindsey memeluk Piero sebagai bos nya di kantor.

"Terimakasih Linds,"

Di arah yang sedikit jauh, Cloris melihat laki-laki itu, laki-laki yang menipunya karena cek palsu.

Sedikit memastikan apakah benar laki-laki yang memang bertemu dengannya waktu itu, "benar dia," batin nya.

"Baiklah rasakan pembalasan ku," Cloris tersenyum miring, pinggulnya mulai berjalan sok seksi agar semua orang melihatnya.

Cloris mendekati Piero dan memeluk erat tubuhnya, "kau tega, kau jahat, kenapa meninggalkan aku saat aku mengandung anakmu?" Suaranya sengaja dikeraskan.

"Hai lepaskan siapa dirimu?" Piero mengangkat kedua tangannya.

Sedangkan semua mata kini memperhatikan Piero dan Cloris yang saling berpelukan, kedua orang tua Piero pun hampir syok melihat itu semua.

"Aku hamil, anak kita... anak kita," Cloris mulai berpura-pura mengeluarkan air matanya.

"Ini anakmu... mengapa kau malah meninggalkan ku?" tangisnya berpura-pura.

"Errrroooooo," teriak sang papa pada anaknya.

"Pa percayalah aku tidak melakukan apa-apa," mencoba lepas dari pelukan gadis itu namun Cloris tak juga melepaskan nya.

"Kau... kau... " jantung papanya pun kambuh dan beliau ambruk di bawah.

"Papaaa," teriak Piero, ia mendorong keras tubuh Cloris dan berlari mendekati papanya.

"Pa bangunlah, aku sama sekali tak mengenal dia," 

Piero menoleh pada gadis yang baru saja ia dorong, ternyata itu adalah gadis yang mobilnya penyok akibat Jerry, dan ia memberikan cek palsu untuk nya, sekarang ia bisa menebak apa maksud dari ini semua, "kauuu?" teriak nya penuh emosi.

Cloris tak menyangka bahwa kejahilan nya berakibat sejauh ini, ia pun berdiri dan berlari sekencang mungkin menjauh dari tempat tersebut.

"Tunggu... Clo..." teriak Lindsey.

Piero memanggil para pengawal nya dan menyuruh memanggil dokter pribadinya.

Ia pun mendekati Lindsey dengan segera, "kau mengenalnya?"

"Ya.. dia teman lamaku," bales Lindsey.

"Besok berikan aku alamatnya, dan sekarang pulanglah," 

Lindsey hanya mengangguk ketakutan, dan segera pergi dari hadapan boss nya.

Plak

Tamparan dari kekasihnya pun kini menambah rasa emosi di dalam hatinya.

"Kita putus Ero," kekasihnya pun berbalik badan dan pergi menjauh.

"Hebat... hebat... sungguh hebat.. gadis seperti dia mampu menghancurkan hidupku sekarang," Piero berbicara pada dirinya sendiri.

Matanya pun melirik pada dua lelaki disampingnya yaitu Jerry dan Derry "kau tahu apa yang harus kau lakukan?" 

Jerry mengangguk pelan, dan Derry memahami kata-kata Piero.

Raut wajahnya seperti monster hidup, bibirnya tersenyum bak iblis, "bawa gadis itu di hadapanku, telisik semua tentangnya, jangan biarkan dia kabur , akan ku ajarkan padanya arti tangisan yang sesungguhnya.. karena mulai detik ini... dia tak perlu berpura-pura menangis di hadapanku"  ucap Piero.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status