Share

My Dear My CEO
My Dear My CEO
Penulis: NitNoth

Bab 1

"Woy!" teriak Elina mengejar mobil sedan hitam mengkilat yang tak sengaja mencipratkan air kubangan ke baju putihnya.

Elina berlari dengan sepatu heelsnya. Karena tak hati-hati dia tersandung kakinya sendiri hingga tersungkur ke aspal.

"Au!"

Elina memekik kesakitan, memegangi lututnya yang berdarah.

"Hah ... sial banget sih hari ini," keluhnya kesal.

Dari kaca spion, Aland melihat seorang gadis yang mengejar mobilnya. Tak tega melihat gadis itu terjatuh Aland keluar dari mobilnya menghampiri Elina.

"Kamu mengejar mobil saya?" tanya Aland tanpa basa-basi.

Elina mendongakkan kepalanya ke atas mencari sumber suara yang mengingatkan dia akan bajunya yang kotor karena cipratan air kotor tadi.

"Heh, kamu gak lihat aku jatuh karena mengejar mobil kamu, bantuin kek, malah diam!" bentak Elina. Dia menutup matanya karena silau. Sinar matahari yang cerah menyilaukan pandangan matanya.

Aland, dia mengulurkan tangan kanannya, membantu Elina untuk berdiri.

"Ada perlu apa mengejar mobilku!" ketus Aland. Dia langsung mengelap tangannya yang baru saja dipegang oleh Elina.

"Eh ... eh, dielap, om pikir tangan aku najis!" Elina berkacak pinggang, dia kesal karena merasa dilecehkan.

"Am om, am om, kamu fikir aku Om kamu?" dasar gadis gila." Malas meladeni Elina, Aland pergi meninggalkannya.

Kesal pada Aland yang sombong dan galak, Elina mendorong tubuh Aland dari belakang, untung saja Aland tak tersungkur ke jalanan. Tubuhnya yang kuat mampu menahan keseimbangan agar tidak terjatuh.

"Kurang ajar! Anak siapa sih kamu, berani banget mendorong saya, kamu tidak tahu siapa saya?" Aland tersulut emosinya.

Kalau bukan perempuan, mungkin Akan sudah memberikan bogem mentah pada Elina.

"Emang situ siapa, gak penting juga buat aku. Kamu harus tanggung jawab, lihat nih baju aku jadi kotor kan." Elina mengibaskan bajunya yang kotor.

Aland merogoh saku celananya mengambil dompet dan mengeluarkan uang 500 ribu, kemudian dia sematkan di saku baju Elina yang tepat dibagian dada kirinya.

"Eits ... dasar Om-om mesum!" teriak Elina mengiringi langkah kaki Aland yang semakin menjauh.

"Minta ganti rugi malah main toel, dasar gak waras itu orang, jangan-jangan punya kelainan, hiii!"

Elina bergidik ngeri, dia tak tahu jika Aland menyelipkan uang di saku bajunya.

Elina dengan baju kotornya, memasuki sebuah gedung pencakar langit tempat dia magang. Ini adalah hari keduanya berada di perusahaan itu.

"Elina ... kamu dari mana aja sih, kamu sudah ditunggu Pak Aland di ruangannya," kata Yuan, sekretaris Aland.

Sejak pagi tadi Yuan mencari keberadaan Elina. Hari ini Aland ingin bertemu dengan mahasiswi magang di kantornya itu.

"Pak Aland itu siapa, Mbak?" tanya Elina ingin tahu.

"Pak Aland itu CEO di kantor ini, sudah sana cepat temui Pak Aland." Yuan meminta agar Elina tak menunda waktunya untuk bertemu dengan Aland.

"Tapi baju aku bagaimana?"

Wajah Elina sedih, tak ingin CEO tempatnya magang memandangnya sebagai mahasiswi yang jorok.

"Sudah tidak ada waktu Elina." Yuan mendorong pelan tubuh Elina dari belakang.

Elina sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Aland. Dia menghembuskan nafasnya pelan, mengatur nafasnya kemudian mengetuk pintu ruangan CEO itu dengan pelan.

"Masuk ...!" Suara berat dan berkharisma itu terdengar dari dalam.

"Selamat Pagi, Pak. Saya mahasiswi ...."

Ucapannya terhenti, saat mengetahui CEO perusahaan tempatnya magang adalah Om-om yang dia maki-maki tadi pagi.

Meskipun masih kesal dengan Elina, Aland tetap bersikap profesional. "Jadi kamu Elina Johan, mahasiswi terbaik dari kampus terbaik juga yang magang di kantor ini menjadi sekretaris saya?"

Meskipun memuji, ucapan Aland itu terkesan menyindir.

"Be-benar Pak," ucap Elina terbata, dia sangat gugup takut ditolak magang di perusahaan terbesar di Jakarta itu.

"Kenapa kamu tidak mengganti bajumu, bukankah saya sudah memberikan kamu uang?" tanya Aland dengan nada tegas.

"U-uang apa, Pak?" Elina menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal.

"Lihat saku baju kamu!" Mata Aland melirik saku baju Elina.

"Uang?" lirihnya. "Jadi tadi Bapak menyelipkan uang ini ke baju saya, Pak. bukannya Bapak tadi mau ...."

"Melecehkan kamu?" potong Aland.

"Sekarang kamu keluar dari ruangan saya, dan cepat ganti baju kamu. Saya tidak mau karyawan ataupun mahasiswi magang disini berpakaian tidak bersih."

"Untuk pekerjaan kamu, kamu tanya dengan Yuan. Mulai besok, kamu harus sudah ada di ruangan kamu sebelum saya datang, mengerti!" tegas Aland dengan rahangnya yang tegang.

Elina menelan salivanya, tenggorokannya terasa begitu kering karena gugup menghadapi CEO galak seperti Aland.

Elina, dia berjalan tertatih, setelah keluar dari ruangan Aland. Wajahnya pucat pasi tak memancarkan aura cerianya.

"Kamu kenapa, Elina. Kamu baik-baik saja?" tanya Yuan, dia khawatir dengan mahasiswi yang akan menggantikan tugasnya itu.

"I-itu CEOnya?" tanya Elina terbata. "Galak banget Mbak Yuan."

Gadis itu terisak dalam pelukan Yuan, membuat Yuan menjadi bingung harus berbuat apa.

"Aku takut, Mbak!" rengeknya seperti anak kecil.

Yuan yang tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Elina, dia hanya menepuk-nepuk pelan gadis itu.

"Kenapa Mbak Yuan diam, sih?" Elina melepaskan pelukannya.

"Terus Mbak harus ngapain, Mbak juga bingung kalau kamu nangis begini."

"Toko baju dimana, Mbak?" Wajahnya yang sedih tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Toko baju?" Elina mengerutkan keningnya tak mengerti dengan maksut gadis labil itu.

"Pak Aland minta aku buat beli baju, dia gak mau lihat baju aku yang kotor."

"Oh ... di depan kantor ini ada kok toko baju. kamu tinggal nyeberang aja."

"Aku Ke sana dulu ya, Mbak."

Elina berlari keluar kantor, menuju toko baju yang dimaksud oleh Yuan. Hampir setengah jam, Elina pergi di jam kantor, dan sialnya hal itu diketahui oleh Aland.

Dengan senyum merekah bak bunga yang bermekaran, Elina kembali masuk ke rungannya.

"Dari mana, kamu!" bentak Aland sambil melihat jam tangannya. "Setengah jam kamu meninggalkan jam kantor tan izin dari saya!"

Elina menggaruk kepalanya, dia bingung dengan apa maunya CEO galak di depannya itu.

"Bapak ini bagaimana, tadi kan menyuruh saya buat beli baju, sekarang malah marah-marah gak jelas."

Yuan menarik tangan Elina bermaksud untuk menjaga kata-katanya di depan Aland.

"Tapi tidak di jam kerja Elina!" teriak Aland bak suara petir dikala badai. "Kamu bisa membeli baju di jam istirahat, atau minta OB buat beli!"

"Mana saya tahu sih, Pak. Bapak tidak bilang secara detail. Bapak cuma bilang, beli baju. Ya sudah saya beli baju." Elina tak mau disalahkan.

Yuan langsung menginjak kaki Elina, matanya berkedip-kedip.

"Apa sih Mbak Yuan, kenapa injak kaki aku?" Elina mengusap punggung kakinya yang hampir saja lecet.

"Yuan ... urus mahasiswi sok tahu itu, pusing saya mendengar ocehannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status