Share

5

Aulia benar-benar pulang. Apalagi ketika papanya juga meminta dia untuk menemui mamanya terlebih dahulu.

"Bu ditunggu sama orang dibawah. "Kata Bianca pada Aulia yang sedang menyelesaikan pekerjaan di dapur.

"Siapa Bi? "Tanya Aulia tanpa menoleh. Dia masih asyik mengecek persediaan daging di ruang penyimpanan.

Sementara itu Bianca berdiri didepan pintu ruangan penyimpanan.

"Yang tadi makan siang sama ibu. "Jawab Bianca.

Pergerakan Aulia terhenti. Dia menengok jam di tangannya. Jam 9 malam.

"Suruh tunggu Bi. Kamu siap-siap pulang juga. "Instruksi Aulia dan mempercepat pekerjaannya.

Abimana sudah menunggu didepan.

Aulia kembali ke ruangannya untuk mengambil tas baru ke bawah.

Abimana sudah duduk di kursi kosong karena restoran sudah tutup sejak satu jam yang lalu.

"Maaf mas aku ada kerjaan dan gak buka hp. Jadi gak tau mas nelfon berkali-kali. "Ucap Aulia saat dia sudah ada didepan Abimana.

"Iya gak papa. Udah siap pulang? "Tanya Abimana. Aulia mengangguk.

Aulia sudah meninggalkan mobilnya di restoran dan ikut Abimana dengan motor.

"Pake dulu helmnya. "Pinta Abimana dan menyerahkan helm pada Aulia.

"Helm pacarnya mas ya? "Tanya Aulia seraya memakai helm pemberian Abimana. Hanya pertanyaan iseng. tak lebih.

Abimana menggeleng.

"Kan tadi aku bilang mau jemput kamu. Jadi aku bawa helm dua. Itu helm cadanganku. Maaf kalau bau. Udah lama gak aku cuci sih. "Ujar Abimana dengan cengiran. Aulia tersenyum dan naik ke jok motor Abimana.

Sepanjang perjalanan hening. Aulia sendiri juga sudah capek. Ditambah dia memikirkan kemungkinan apa saja saat nanti tiba dirumah.

Abimana memarkir motornya didepan garasi rumah Rara. Aulia turun dari motor lebih dulu.

Abimana juga turun dari motornya. Dia mengajak Aulia masuk rumah.

Rara sudah menunggu mereka bersama Fabian di ruang tamu.

"Ma, yah. "Sapa Abimana dan mencium tangan keduanya. Aulia melakukan hal yang sama.

"Aulia mama mau bicara sama kamu. "Ucap Rara dan menatap putrinya. Fabian mengusap bahunya memberi kekuatan.

Abimana duduk didepan mama papanya. Aulia duduk disampingnya.

"Mama...mama gak papa kalau kamu gak dateng di pernikahan mama. Tapi jangan pergi lagi ya nak. Mama minta maaf kemarin terlalu mendadak mungkin buat kamu. Terima kasih sudah merestui mama menikah lagi. Maaf, mama melanggar janji mama. "Jelas Rara dengan raut wajah menyesal.

Aulia masih menatapnya.

"Aku sebenernya gak papa mama mau nikah tapi suasana hati aku lagi buruk banget. Jadi kemarin aku sempat emosional juga. Dan soal janji, it's oke ma. Papa juga melanggar janjinya kok. Aku mencoba gak papa. "Sahut Aulia menjelaskan duduk perkaranya.

"Kamu kenapa? "Tanya Rara penasaran.

"Aku abis putus ma. Pacar sorry mantan aku selingkuh dan ya gitu deh. "Jelas Aulia singkat.

Abimana menatap Aulia. Jadi wanita disampingnya baru saja patah hati?

"Kamu diselingkuhi? Bilang sama mama siapa yang berani-beraninya selingkuhin anak mama! "Tukas Rara geram.

"Sudah sudah jangan terbawa emosi. "Fabian mencoba menenangkan Rara.

"Bener kata Om Fabian ma. It's over. Dan sekarang aku udah gak mikirin itu lagi. Dan gak peduli sama mantanku itu. "Jawab Aulia berusaha menetralkan suasana.

Rara mengangguk mengerti.

"Ma aku keatas dulu ya. Om Fabian, Mas Abi aku keatas dulu. "Pamit Aulia saat dirasa badannya sudah sangat tidak nyaman.

Ketiganya mengangguk menyetujui. Aulia beranjak dari sofa.

"Li, panggil ayah ya? "Pinta Rara sembari menatap Aulia. Fabian juga ikut menatap Aulia.

Aulia mengangguk. Memang sudah seharusnya bukan? Dia harus bisa dewasa!

"Sure. Oh iya ma. Aku udah cancel rencanaku ke Bali tanggal 8. "

Aulia menatap Abimana sejenak.

"Aku ke Bali tanggal 10 malam. "Lanjutnya sambil tetap menatap Abimana.

Abimana tersenyum. Itu berarti Aulia menyetujui ajakannya.

Aulia kembali berjalan ke arah kamarnya.

Tapi..

"Kok lo disini sih. "Ujar Aulia saat melihat Satya makan diruang makan.

"Ya emang kenapa? "Tanya Satya tak merasa bersalah.

"Ya lo ngapain malem-malem dirumah gue. "Seru Aulia marah.

"Santai dong. Gue disini nemenin bokap. Lagian bokap sama abang gue juga masih disini. "Jawab Satya dan meneruskan makannya.

"Pergi gak lo dari sini. Gue muak liat pengkhianat kayak lo. "Seru Aulia dan menunjuk Satya.

"Belum tentu gue berkhianat. Lagipula abang sama bokap gue disini. Kenapa lo rese sama gue doang? "Seloroh Satya membuat emosi Aulia kembali naik.

"Abisatya! "

Mendengar teriakan Aulia, Fabian, Rara dan Abimana beranjak ke arah suara.

Aulia sudah berkacak pinggang sementara Satya makan dengan tenangnya .

"Aulia ada apa nak? "Tanya Rara sedikit panik.

"Kalian kenal? "Tanya Fabian.

"Iy. "

"Enggak. "Seru Aulia memotong perkataan Satya.

"Terus kenapa kamu teriak teriak? Udah malem Aulia. "Tegur Rara. Aulia mencebik kesal.

Hal itu membuat Abimana tertawa kecil dengan tingkah Aulia yang menurutnya keras kepala tapi kekanak-kanakan.

"Aku ke atas dulu deh. "Ucap Aulia menghindar dari Rara dan Fabian.

Aulia menaiki tangga. Tapi dia masih ingin mencabik-cabik wajah Abisatya.

Jika ada kesempatan.

...

"Jadi kamu yakin tidak ikut ke Bali? "Tanya Sofia sekali lagi.

Aulia mengangguk.

"Lebih tepanya aku menyyusul kalian. Kita ketemu tanggal 11. Aku berangkat tanggal 10 malam. "Jawab Aulia dan kembali menggoda Selena yang ada dalam gendongan Sofia.

Hari ini Sofia berkunjung ke restoran Aulia. Nick sendiri akan menjemputnya nanti.

"Oke deh. Aku reservasi villa buat tanggal 11? "Tawar Sofia. Aulia mengangguk.

Abimana benar-benar harus menepati janjinya. 10 hari lagi dia akan menemani Aulia menyusul ke Bali.

Handphone Aulia berbunyi.

Abisatya's calling.

"Siapa? "Tanya Sofia penasaran.

"Si mantan rese. "Jawab Aulia dan mengembalikan ponselnya.

Sofia hanya menggeleng tak mengerti dengan Aulia.

Selena menangis keras. Sofia mengecek putrinya.

Sofia menimang Selena sebentar tapi Selena kembali rewel.

"Aku pinjem mobil dong Li. Kayaknya Selena demam deh. "Pinta Sofia dan mendudukkan Selena di stroller.

"Bawa aja. Selena kamu bawa juga? "Tanya Aulia dan menyerahkan kunci mobil.

Sofia mengangguk.

"Nanti biar dianter balik mobilmu sama Nick gimana? "Tawar Sofia dengan wajah panik.

"Bawa aja dulu. Aku nanti gampanglah. Deket juga. "Jawab Aulia tenang dan mengecup kening Selena sebentar. Benar saja dahinya terasa hangat.

"Oke deh. See you baby. "Pamit Sofia dan keluar dari ruangan Aulia.

...

Aulia sudah 15 menit mencari ojek online. Tapi belum juga dapat. Apa sudah terlalu malam?

"Oi gak mau balik? "

Aulia menoleh.

Abisatya.

"Ngapain sih lo disini. "Ketus Aulia dan menatap tajam pada Satya.

Satya duduk didepan Aulia.

"Mobil kemana? "Tanya Satya tenang.

"Bukan urusan lo. Sekarang mending lo pergi karena gue udah muak sama lo. "Seru Aulia mengusir Satya.

"Kebiasaan ditanyain bener-bener malah gitu. Aku anter pulang? "Tawar Satya tak mengindahkan ketusnya Aulia.

"Gak usah. Makasih. Mobilmu bau selingkuhanmu. "Tuduh Aulia tak berdasar.

Satya hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan Aulia.

"Li kamu harus denger dulu aku.... "

"Lalalalala gak denger gak denger. "Ucap Aulia dan menutup telinganya.

Satya menghela nafas. Aulia memang keras kepala. tapi dia sayang.

"Yaudah aku gak mau ngomong. Tapi kamu mau balik kapan? "Tanya Satya mengalihkan pembicaraan.

"Bukan urusan kamu sekali lagi. "Tandas Aulia dan keluar restoran. Ojol mobilnya sudah menunggu didepan.

Satya mengikuti langkah Aulia. Satya mengikuti mobil yang membawa Aulia.

Memastikan Aulia sampai rumah dengan aman.

Dan untuk kali ini, Aulia tidak memprotes tindakan Satya. Dia juga perlu keamanan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status