19"Apa maksudmu menyadap ponselku?" tanya Earlene sambil memelototi adiknya. "Aku tidak melakukan itu," sanggah Carver. "Jangan berkilah! Aku sudah tahu semuanya!" Carver terdiam sejenak, kemudian dia berkata, "Papa yang memerintahkan begitu." "Putuskan penyadapan!" "Tidak bisa, Ci. Itu salah satu cara melindungi Cici." "Tapi itu mengusik privasiku!" "Kami terpaksa melakukannya. Karena gosip tentang Cici dan Chyou kian menyebar." "Sudah kubilang, biarkan aku menjalani kehidupan sendiri. Kalian tidak boleh ikut campur!" "Kakek sudah memilihkan calon buat Cici. Tidak ada pria lain yang boleh menjalin hubungan dengan Cici." "Kalau begitu, jangan salahkan jika aku melawan!" "Lebih baik Cici menurut saja. Ini demi martabat keluarga. Sampai kapan pun kita tidak bisa memiliki pasangan yang beda kasta." Earlene berdecih. "Halton dulunya pegawai kantor. Pamela juga bekerja sebagai sekretaris Vinson. Mereka bisa menikah dengan orang beda strata. Kenapa aku tidak?" "Karena Cici ada
20Chyou menjelaskan detail rencananya pada Alvaro melalui sambungan video jarak jauh. Walaupun internet kurang bagus, keduanya tetap berbincang dengan serius. "Yang bisa segera merapat ke Guangzhou, hanya tim dari Thailand, Ko," ujar Alvaro, setelah Chyou menyelesaikan penuturannya. "Ada berapa orang?" tanya Chyou. "Sekitar enam sampai sepuluh." "Enam sudah cukup. Aku hanya mau menggertak." "Kalau begitu, segera kuhubungi Loko dan teman-temannya." "Usahakan Xander tidak tahu, Var." "Mana bisa begitu? Dia bos di Thailand. Loko dan tim harus izin padanya." "Dia pasti memaksa untuk ikut." Alvaro menyunggingkan senyuman. "Koko sangat hafal karakternya." "Hmm, ya." "Menurutku, biarkan saja dia berangkat. Xander sudah cukup paham ilmu pengamanan, karena dia selalu ikut diklat khusus bos PG." "Kalau hanya dia yang pergi, tidak masalah. Aku khawatir Myron dan yang lainnya juga menyusul." "Yups. Terutama Koko Dante, Bang Sam, W dan Z." "Dua sahabatmu, kirim saja ke London atau A
21Earlene mengunci mulutnya rapat-rapat sepanjang acara santap malam bersama keluarga Liao. Perempuan bergaun sage juga mengabaikan tatapan menyelidik pria di kursi seberang yang sejak tadi mengamatinya. Matthew Zi Rui Liao memahami keengganan Earlene untuk bertunangan dengannya. Namun, pria bermata sipit telanjur tertarik untuk mengenal Earlene lebih dalam, hingga dia memaksa pertunangan mereka dipercepat. Matthew penasaran dengan sosok kekasih Earlene, karena dia belum pernah mendengar kabar lelaki yang selama beberapa waktu mengisi hari-hari perempuan berambut panjang. Matthew sudah mencari tahu tentang Earlene dan dia tidak menemukan bukti-bukti adanya pria lain di sekitar calon tunangannya, karena hanya ada beberapa pengawal yang mengikuti Earlene ke mana pun. Perbincangan para orang tua dilanjutkan sesaat setelah acara bersantap usai. Earlene hanya menunduk sambil memilin jemari. Dia tidak mau memprotes, karena itu akan menimbulkan kemarahan Graham. "Earlene, bisa ikut den
22Flint menendangi meja dan kursi di salah satu ruangan di kediamannya di Macau. Pria berwajah bengis sangat marah karena Chyou telah berani menantangnya. Sebelumnya, Flint dan kedua adiknya, serta para sepupu, hendak berkumpul beberapa hari ke depan untuk membicarakan Chyou dan semua saudaranya. Namun, mereka ternyata kalah cepat bergerak. Kendatipun tahu jika Chyou hanya menggertak, tetap saja penyerangan itu merugikan kelabnya. Selain banyak tamu yang kabur, banyaknya bekas tembakan di dinding menjadikan Wayne harus menutup kelab, untuk memperbaiki kondisi tempat itu hingga bisa dioperasikan kembali. "Tuan muda, saya baru mendapat kabar. Jika Chyou dan ketiga orang lainnya telah berhenti bekerja sebagai pengawal keluarga Yang," terang Jacob yang baru memasuki ruang pribadi bosnya. "Sejak kapan?" tanya Flint. "Sekitar seminggu lebih." Flint mengerutkan dahi. "Kenapa begitu tiba-tiba?" "Saya belum tahu tentang itu. Tapi, menurut gosip yang beredar di Yang Grup, Chyou diduga m
23Earlene memandangi layar ponsel Jessica, di mana ada video Chyou yang sedang berada di dalam pesawat, sambil mengucapkan kata-kata perpisahan.Earlene merasa sedih harus kembali berjauhan. Padahal mereka baru dua kali berjumpa kembali setelah Chyou pergi dari rumah orang tuanya. Sedapat mungkin Earlene menahan tangisan yang nyaris keluar. Dia tidak mau matanya bengkak, karena itu akan menimbulkan kecurigaan kedua pengawalnya. Puluhan menit terlewati, Earlene keluar dari ruang kantor pribadi sambil menjinjing tas kerja di tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya memegangi baguette bag hitam. Kedua pengawal berdiri dan mengekori langkah sang nona menuju lift. Kala benda besi terbuka, Earlene terkejut melihat pria berkemeja biru tua yang balas menatapnya lekat-lekat dari dalam elevator."Mau apa kamu ke sini?" tanya Earlene tanpa berbasa-basi terlebih dahulu."Aku sengaja menjemputmu, karena akan mengajakmu jalan-jalan," jawab Matthew, sembari menahan tombol agar pintu tetap terbuka.
24Jalinan waktu terus bergulir. Hari pertunangan Earlene dengan Matthew kian dekat. Hal itu menyebabkan putri sulung Graham gelisah, sekaligus khawatir jika Chyou tidak memenuhi janji untuk menjemput Earlene. Perempuan berambut panjang juga deg-degan, karena Matthew kian gencar mendekatinya. Mendapati dukungan dari keluarga Yang menjadikan Matthew bisa sering mengunjungi Earlene. Baik di kantor ataupun di rumah. Awal malam itu, Earlene tengah menonton televisi, ketika Dixon, Halton dan Grandel muncul bersama istri masing-masing. Meskipun hubungan mereka tidak harmonis, tetapi Graham dan Diana tetap menyambut para tamu dengan baik. Perbincangan basa-basi menyebabkan Earlene muak. Namun, dia dan kedua adiknya serta para pengawal, tetap bertahan menemani Graham dan Diana. "Kami bersedia membantu untuk melancarkan acara tersebut, Ko," ungkap Dixon seraya tersenyum. "Terima kasih," jawab Graham. "Semuanya sudah ditangani tim khusus. Nantinya keluarga benar-benar hanya sebagai tamu,"
25Dua puluh dua orang turun dari bus kecil milik hotel yang merupakan kepunyaan Daisy Cheung . Mereka bergegas memasuki bangunan dan disambut Frank, Ghani, Elvan dan Dipta dengan penghormatan. Kemudian para lelaki berkemeja biru tua dengan logo PB di saku, bergantian saling berpelukan. Sekian menit berlalu, kelompok pimpinan Chairil telah berada di restoran hotel. Chyou dan yang lainnya menyalami serta mendekap tamu satu per satu. Tiba di depan Dante, Chyou dan sepupunya tersebut saling meninju untuk menyalurkan kerinduan ala mereka. "Kenapa kalian semuanya ikut?" tanya Chyou seusai bertanding pura-pura dengan pria berdagu lancip. "Aku sudah lama tidak bertempur. Ini kesempatan bagus buat melemaskan tangan dan kaki," jawab Dante. "Janji padaku, Dan. Kalian harus berada di belakang." "Aku tidak mau." "Menurutlah. Aku, kakakmu." "Usia kita sama, hanya beda bulan." "Aku yang lahir duluan." "Itu yang kubenci! Harusnya aku lebih dulu!" Keduanya terkekeh, kemudian mereka duduk be
26Ruang VIP sebuah restoran mewah di pusat Kota Guangzhou, suasananya hening. Meskipun ada beberapa orang di dalamnya yang memasang tampang seriusGrandel dan Halton membaca detail berkas-berkas yang diberikan Jacob. Mereka terkejut ketika mengetahui bahwa Chyou adalah cucu tertua Daisy Cheung, salah satu pengusaha senior ternama di Taiwan. Sekaligus pemimpin klan Cheung di Tiongkok.Selain Chyou, identitas asli Jianzhen dan Yuze juga turut dibongkar dalam berkas. Sedangkan Miguel dan Steve, dijelaskan sebagai teman-teman Chyou semenjak sekolah, dulu. Grandel mendengkus kuat. Akhirnya dia paham kenapa Chyou terlihat berbeda dari pengawal biasa. Walaupun tidak menyukai pria itu, Grandel mengakui bila kinerja Chyou sangat bagus. "Apa kami boleh menyimpan berkas ini? Perlu dipahami benar-benar," ungkap Halton yang telah selesai membacanya."Ya, silakan," jawab Jacob, asisten Flint Xie. Halton memberikan berkas itu pada Kinsey yang duduk di kursi samping kiri. Pria termuda di keluarg