Andri Chen memaki dalam hati, sial! Ketahuan.
Tapi, agar wanita cantik berdada besar di hadapannya ini tak salah mengira dirinya sebagai bajingan, ia pun pura-pura berteriak heboh, "Ya Tuhan, aku tiba-tiba bisa melihat! Akhirnya aku bisa melihat dunia lagi!"Setelah itu, ia melepas kacamatanya dan menjabat tangan wanita berdada besar itu, dengan mata berkaca-kaca ia berkata terbata-bata, "Apa kau tahu? Aku telah buta 20 tahun, selama 20 tahun ini, aku sering ditertawakan orang, aku sungguh berharap bisa membuka mata lagi untuk melihat indahnya dunia, tak disangka..."Berkata sampai di sini, Andri sengaja berhenti sejenak, berpura-pura menyeka air matanya dengan lengan, lalu melanjutkan sandiwaranya, "Tak disangka keajaiban yang dikatakan dokter sungguh terjadi atas diriku, apa aku sedang bermimpi? Katakan padaku apa aku sedang bermimpi?"Wanita berdada besar itu tak menyangka pria buta tersebut memiliki kisah demikian, dengan penuh simpati ia berkata,"Ini bukan mimpi, semua ini nyata."Andri tiba-tiba menghempaskan dirinya ke dalam pelukan wanita itu, "Tak disangka aku bisa melihat lagi, orang yang pertama kulihat adalah dirimu, sungguh terima kasih..." katanya sambil menangis.Melihat Andri tiba-tiba memeluknya seperti ini, walaupun merasa agak jijik, Wanita berdada besar itu iba juga melihatnya. Ia menepuk-nepuk punggung Andri untuk menenangkannya, "Sudah, jangan menangis, kamu bisa melihat lagi memang merupakan hal yang sangat membahagiakan, kamu sudah seharusnya senang!"Di saat wanita berdada besar itu menenangkannya, Andri malah mabuk dalam kelembutan wanita itu, apalagi sepasang bola daging besar di dada wanita itu, sungguh membawa kenikmatan bagi Andri.Namun, karena mempertimbangkan waktu, Yuni Lin bisa-bisa mengungkit-ungkit masalah kontrak jika ia terlambat. Andri pun memeluk wanita berdada besar itu sebentar, lalu melepaskannya. Sekali lagi ia berpura-pura menghapus air mata,"Aku harus menceritakan hal ini kepada istriku. Betapa senangnya dia kalau mengetahui aku bisa melihat lagi!"Wanita berdada besar itu mengangguk-angguk, "ya, segeralah pulang dan sampaikan berita bagus ini!"Dengan cepat, Andri pergi ke kasir di lantai 6 untuk membayar. Ia tak menyangka sebuah celana dalam bisa berharga hampir empat ratus ribu rupiah. Saat meninggalkan kantor tadi, Yuni sama sekali tak memberinya uang, jadi ia terpaksa menggunakan uangnya sendiri untuk membeli celana dalam.Selesai membayar, ia terus-menerus mengomel sambil berjalan kembali ke rak Victoria Secret, "Sial, sepotong celana dalam saja begini mahal!"Sesampainya di rak, wanita berdada besar telah membungkuskan celana dalam tersebut. Ia memberikanya kepada Adri sambil berkata lembut, "Cepatlah pulang!"Andri mengangguk-anggukkan kepala, ia berkata dengan gembira, "Terima kasih, kamu adalah wanita paling baik dan paling cantik yang pernah kutemui!"Wanita berdada besar itu tersenyum manis, ia melambaikan tangannya ke arah Andri, "Da-daah!"Kemudian, ia pergi melayani pengunjung lain. Andri melihatnya sebentar, lalu berbalik badan dengan tak rela.......Setelah meninggalkan Grand CT, Andri baru saja naik bus ketika ponsel di saku celananya berbunyi. Ia mengeluarkan ponsel seharga ratusan dollar itu, menunduk, dan melihat sebuah nomor tak dikenal di layarnya.Ia berpikir, apakah telepon panggilan wawancara? Namun ia tak ingat perusahaan mana yang meneleponnya, karena saat itu ia mengumpulkan banyak CV ke sembarang perusahaan.Ia terdiam sejenak, baru mengangkat teleponnya, "Halo?"Begitu telepon diangkat, langsung terdengar suara panik Yuni, "Kau ini tersesat di mana? Mengapa belum pulang juga?"Andri menjawab dengan hormat, "Direktur Lin, aku sedang dalam perjalanan kembali ke kantor dengan bus."Yuni mendesaknya untuk segera kembali, "Cepatlah kembali dan pergi ke suatu tempat bersamaku.""Ke mana?" tanya Andri penasaran."Tunggu nanti!" ujar Yuni galak.Andri hendak bertanya lagi ketika Yuni langsung mematikan teleponnya.Sambil menggenggam ponelnya, Andri pesumpah pelan, "Suatu hari nanti aku akan mengalahkanmu di bawah tangan iblisku. Saat itu kita lihat apakah kau masih bisa seangkuh ini!"Ia baru sampai dau puluh menit kemudian, namun ia tak menemukan Yuni di ruangannya. Ia pun berjalan ke arah resepsionis dan bertanya kepada Dea, "Dea, Direktur Yuni di mana?"Dea sedang menunduk merapikan mejanya, ia menjawab tanpa mengangkat kepalanya sama sekali, "Sedang rapat di ruang rapat!"Tiba-tiba, Dea teringat sesuatu, ia mendongak dan bertanya, "Hei, anak baru, kau tadi ke mana? Kepala John Jiang dari Departemen Pemasaran terus-terusan mencarimu!"Andri terdiam sejenak, mulutnya komat-kamit, "Kepala John Jiang?" Ia sama sekali tak tahu siapa itu John Jiang.Dea pun menatapnya penasaran, "Kau tak tahu Kepala John Jiang dari Departemen Pemasaran?"Andri menggeleng, "Aku baru datang, kurang tahu."Dea memperingatkannya dengan hati-hati, "Anak baru, sepertinya kau ditempatkan di kelompok 6 Departemen Pemasaran, ketua kelompok 6 tak lain adalah John Jiang. Dia adalah karyawan lama di perusahaan ini, emosinya agak tak stabil, kau sebaiknya berhati-hati, sudah banyak pegawai di kelompok 6 yang dipecatnya!"Andri berterima kasih karena sudah diperingatkan,"Terima kasih!"Dea tersenyum dan bertanya penasaran,"Sama-sama. Oya, siapa namamu?""Andri Chen!"Baru saja selesai berucap, tiba-tiba terdengar suara orang memanggilnya dari belakang,"Andri Chen!"Andri menoleh, ia melihat seorang pria berkacamata datang dari arah lobby, jas hitamnya amat rapi, potongan rambutnya pendek, tubuhnya lumayan kekar, saat berjalan terlihat seperti tentara, namun ia melihat banyak jerawat menjijikkan di wajah pria itu.Andri merasa tak biasa saat pertama kali melihatnya. Entah mengapa, dari tubuh pria ini menguar aura galak.Saat itulah, Dea berbisik memperingatkan, "Dia adalah Kepala John Jiang!"Kemudian ia pun pergi sambil membawa dokumen-dokumennya.John Jiang berjalan mendekat, melihat Andri dari atas sampai bawah, dan menemukan bahwa ia dan fotonya di CV lumayan mirip. Ia pun bertanya, "Kamu Andri Chen?"Andri mengangguk, sama sekali tak paham apa yang terjadi.John Jiang tak henti bertanya, "Ke mana saja kau pagi-pagi? Saya mencarimu ke mana-mana!"Andri hampir saja menceritakan tentang hal celana dalam, tiba-tiba ia teringat pesan Yuni dan terpaksa berbohong, "Pergi membeli sesuatu!"John Jiang tahu bahwa Andri adalah karyawan baru, ia memperingatkannya dengan serius, "Selanjutnya kamu harus izin padaku kalau mau meninggalkan kantor. Jika tanpa seizinku, dilarang keras meninggalkan kantor, kalau tidak akan dihitung sebagai bolos. Bolos sehari, HRD akan memotong gajimu sebagai sanksi."Andri agak sedikit cuek, bukankah ia ditugaskan sebagai asisten Yuni?" Bagaimana bisa orang dari Departemen Pemasaran bertindak liar padanya.Sebelum mengerti hal ini, ia juga tak ingin menyerang orang, siapa tahu nanti John Jiang ini akan menjadi atasannya."Kepala John Jiang, saya mengerti, hari ini saya baru datang, jadi tidak mengerti peraturan di perusahaan ini. Masalah seperti ini, saya yakin tidak akan terjadi lagi," janji Andri.John Jiang melihat arloji di pergelangan tangannya, lalu segera memerintahkan, "Kamu segera kembali ke kelompok kita, saya mau mengadakan rapat kecil."Kemudian, John Jiang berjalan ke arah kantor manajer Depatemen Pemasaran.Andri tak tahu di mana letak kantor kelompok 6. Ia baru menemukan papan namanya setelah mencari sebentar di hall kantor.Baru saja masuk, ia langsung melihat Hendy Wang yang mendorong pintu itu. Pemuda ini sedang melihat sesuatu di komputernya, begitu sudut matanya melihat Andri, ia langsung berdiri terkejut, "Kau dipindahkan ke kelompok 6?"Andri mengangguk, "Hm."Hendy segera menghampirinya, dengan penuh inisiatif memperkenalkan diri, "Aku Hendy Wang, selanjutnya kita adalah rekan kerja, mohon kerjasamanya!"Di dalam hati, jujur Andri sangat berterima kasih kepada Hendy. Kalau bukan ia yang mendorong pintu, mana mungkin dirinya bisa memenangkan Yuni."Keduanya baru berjabat tangan, tatapan penasaran Hendy tiba-tiba jatuh ke kantong belanja yang dibawa Andri, "Ke mana kau pagi-pagi begini? Kepala John mencarimu ke mana-mana...Aishh! Kau beli apa, sini biar kulihat!"Tanpa melalui persetujuan Andri, Hendy merebutnya. Andri langsung meraihnya kembali. Namun karena terlalu keras, kantong belanja itu sobek. Sepotong celana dalam merah muda berenda yang seksi pun terjatuh ke lantai. Hendy memungutnya dan melihatnya dengan teliti, lalu berseru kaget, "Tidak mungkin! Kau suka memakai celana dalam wanita?"Andri sangat ingin menghabisi Hendy saat itu juga. Suara mereka pun begitu keras sampai terdengar anggota kelompok yang lain. Mereka satu per satu mengalihkan pandangan ke arah Andri dan Hendy, fokus kepada celana dalam yang dipungut Hendy.Andri tak ingin mereka salah sangka dan mengira bahwa dirinya transgender, ia pun menjelaskan, “Kamu yang suka memakai celana dalam wanita! Aku ini membelikan pacarku!”“Kau sudah punya pacar?” Hendy menunjukkan ekspresi terkejut, seakan fakta bahwa Andri memiliki pacar adalah hal yang sangat aneh.“Kenapa? Tidak boleh?” tanya Andri.Hendy melihat celana dalam yang telah dibereskan oleh Andri dan berkata pelan, “Bro, apa kau tak tahu? Kelompok kita tak diperbolehkan berpacaran. Kalau sampai ketahuan oleh John Jiang, pasti kau akan dipecat!”Andri bertanya tak mengerti, “Ada peraturan seperti itu?”Hendy mengangguk-angguk,
Pintu ruangan Direktur baru saja tertutup, tiba-tiba Andri membukanya kembali. Yuni terkejut sampai hampir menjatuhkan celananya.Baru saja membuka mulut hendak memarahinya, pemuda itu malah cekikikan dan berkata, "Direktur Lin, lebih baik kau mencucinya sebelum dipakai, kalau alergi nanti akan repot sekali, apalagi bagian itu adalah..."Mendengarnya, Yuni amat kesal sampai meraih pulpen di mejanya dan melemparkannya ke arah Andri, "Keluar!"Namun, pulpen yang dilemparnya dapat ditangkap sempurna oleh Andri, hal ini membuatnya terkejut.Andri menutup pintu dan berjaga di depan ruangan Direktur seperti satpam. Ibu jarinya memutar-mutar pulpen yang dilempar Yuni tadi. Setelah bermain sebentar, ia mendekatkan pulpen itu ke hidungnya dan menciumnya, tak disangka pulpen yang pernah dipakai Yuni itu begitu wangi.Pikirannya mulai berkhayal yang tidak-tidak lagi. Saat ini Yuni sedang berganti celana di dalam ruangannya, ia sebenarnya i
Andri melihat dua satpam restoran itu mengeluarkan pistol yang mereka bawa, ia pun mempunyai firasat buruk, ia segera berkata sambil tersenyum kepada mereka, "Tuan-tuan, jangan panik, aku koki di restoran ini."Mendengar perkataan Andri, kedua satpam tersebut saling memandang satu sama lain, kemudian kembali mengarahkan pandangan penuh curiga kepada Andri.Andri melanjutkan penjelasannya, "Entah siapa orang kurang ajar yang mencuri pisau di dapur, sekarang aku baru membeli pisau lagi."Salah satu satpam mengambil pisau dapur itu dan melihat-lihat, pisau itu memang masih baru, ia dengan teliti melihat Andri, kemudian bertanya, "Kenapa aku tak pernah melihatmu di dapur?"Seketika Andri tertawa, kemudian ia berkata, "Tuan, aku masih baru di sini, namaku Frank, kalau ada waktu aku akan mentraktir kalian minum, sekarang aku harus cepat-cepat ke dapur, kalau tidak manajer ak
Godaan yang samar-samar itu membuat kedua mata Andri tertuju padanya, ia tak pernah menduga bahwa Yuni begitu menawan, dada yang montok, tulang selangka yang indah, rambut yang berantakan, tubuh yang seksi, kaki panjang yang cantik dan ramping, pemandangan ini membuat Andri tergiur, yang paling menggodanya terutama adalah yang dipakai di tubuh Yuni itu…Meskipun hanya samar-samar terlihat, namun memberinya dampak visual yang kuat.Ia tak tahan menelan ludah, juga seketika teringat kembali pemandangan indah di atas yang ia lihat dari bawah kantor, Yuni bahkan lebih memesona daripada model dalam pameran mobil, ia merasa model-model ini setingkat jika dibandingkan dengan Yuni.Memikirkannya, berbagai pikiran terus muncul di benaknya…Entah sudah berapa lama Andri tak berhubungan dengan wanita, karena dirinya tak mengingat kejadian yang terjadi bulan la
Andri Chen tidak menanggapinya, Yuni Lin dengan ganasnya menendang pria itu hingga jatuh kebawah kasur, dia tidak menyangka bahwa Yuni sangat kuat saat diatas ranjang, suatu saat jika wanita ini tidur sendiri diranjangnya, dia mungkin akan melempar dirinya kesemua sisi ranjang.Ketika Andri sedang mengelus-elus pantatnya, dia medongak dan melihatnya, Yuni tersadar dan langsung terduduk diatas ranjang tanpa sadar dia mengambil selimut untuk menutupi dirinya, “kau… kenapa kau bisa disini¬?” tanyanya kaget.Andri yang masih memakai piyamanya berdiri sambil mengelus-elus pantatnya berkata “Ini rumahku”“Rumahmu?” Yuni tertegun dan seketika memperhatikan sekeliling kamar dan merasa sangat asing dengan tempat ini.Yuni memperhatikan tempat tidur yang ia tiduri, ia tiba-tiba membungkus dirinya dengan selimut dan bangkit dari ranjang, dengan gegabah mengelilingi kamar dan melihat sebuah gunting yang terletak di atas meja kom
Hanya mendengar suara “bang” , Yuni Lin menutup pintu kamar mandi.Yuni mulai memperhatikan sekeliling kamar mandi, meskipun ruangannya tidak besar, tapi sangat bersih, mengambil handuk milik Andri dan menciumnya, merasa sangat lega karena dia handuknya tidak berbau.Saat itu, Andri berbicara dari luar pintu.“Nona Lin, handuk warna putih untuk mencuci muka, warna orange untuk mandi, dan sabun ada disebelah kotak plastik putih.Yuni menoleh dan mengamati sekelilingnya, di dinding dia melihat kotak plastik putih, “iya, aku sudah mengerti” jawabnya.Tak lama kemudian, Andri yang berdiri di luar kamar mandi mendengar air mulai berguyur, dia meletakkan telinganya dekat pintu dan mendengarkan dengan seksama. Andri berpikir kalau saat ini Yuni sedang tidak mengenakan apa-apa, kalau dia membuka pintunya sekarang ia akan melihat pemandangan yang sangat indah tapi ia tidak memiliki keberanian itu.
Yuni Lin tidak peduli padanya, di sini kelihatannya sangat akrab, ia berhenti di seberang kamar Andri.Andri Chen tidak tahu Yuni Lin lagi cari apa, jalan kesana, berdiri di depan pintu berkata “aku sudah tinggal disini selama satu bulan, tidak pernah ada orang yang ke sini, tidak tahu kamar ini kosong atau tidak.”Saat dia berbicara, Yuni Lin mengeluarkan kunci dari tasnya, dengan pelan pelan memasukkan ke dalam lubang kunci, dengan lembut memutarnya, setelah kedengaran suara “klik”, pintu di depannya terbuka.Ekspresi Andri Chen, mengerutkan alis dan melihat semua sisi, tidak ada seorang pun di koridor ini, pencuri itu berseru, “aku tidak percaya! Kamu bisa buka pintu ini, Direktur Lin, kamu bersembunyi! Kapan kapan ajarin aku?”Setelah itu, Yuni Lin membalasnya, semalam minum terlalu banyak, jadi otak sedikit tidak berfungsi.Dia denga
“Aiya….” Hendi berbaring di lantai sambil berteriak.Andri segera menghentikan gerakkannya dan dengan terkejutnya bertanya “bagaimana bisa kamu disini?”Setelah selesai berbicara, dia segera membantu Hendy berdiri dan dengan paniknya bertanya “apakah kamu baik baik saja?”Hendy Wang berdiri, meskipun badannya masih sakit. Dia baru mengetahui Andri bisa kongfu dan dia itu penggemar kongfu Bruce Lee sejak kecil.Dia dengan bersemangatnya bertanya “apakah kamu bisa kungfu?”Andri dengan rendah hatinya berkata “bisa dikit dikit.”“Jadi pelatih aku bagaimana?” Hendy dengan antusiasnya memohon.Andri tersenyum dan berkata “kungfu aku biasa biasa saja, bagaimana aku jadi pelatih kamu, itu seperti bohongin anak perempuan.”“Geraka