Share

Ngajaknya Bercanda, Nikahnya Beneran
Ngajaknya Bercanda, Nikahnya Beneran
Penulis: saechaa

Bab 1 : Mama Minta Mantu

"Ma, andai aja istri bisa di beli seribu tiga. Mungkin saat ini mansion sudah tersulap seperti panti asuhan!" celetuk Alvin, pria berusia 30 tahun yang sedang di teror menikah oleh Mamanya, Atikah.

Mereka sedang berada di ruang keluarga sambil menyetel televisi yang Alvin yakini tidak benar-benar di tonton oleh Atikah yang nafasnya terlihat naik turun.

"Ma, bicara sama manusia yang terlalu mencintai pekerjaannya memang sesulit itu. Tebakan Cla, Kak Alvin gak akan nikah sampai malaikat Jibril menjemputnya!" sahut Clarissa, adik satu-satunya yang Alvin miliki. Jika gadis itu ada di sini, ia pasti akan menjadi ratu kompor.

"Malaikat Jibril udah off tugas kali. Gak update banget hamba satu ini!" cibir Levin menatap adiknya sinis.

Atika menghela nafas dengan suara yang menyita kedua anaknya yang sedang berdebat tidak penting. Tatapan Atikah setajam silet, ia hanya fokus pada Alvin.

"Mama kasih pilihan deh. Kalau kamu gak bisa cari pasangan sendiri, bagaimana jika mama jodohkan saja dengan anaknya temen mama?" usul Atikah dengan wajah yang kembali berserih penuh harap.

"Se-tu-ju!" timpal Clarissa lagi-lagi menjadi kompor.

Atikah menoleh memberikan pelototan agar gadis berusia 22 tahun itu bungkam. Clarissa mengangguk memperagakan bibir yang ia kunci.

Tak pulang rindu, tapi saat ia pulang pasti pertanyaan dan keadaan ini tidak pernah lepas.

Alvin menghela nafas panjang dengan tatapan mengiba agar Mamanya berbaik hati tidak mendesak dirinya untuk menikah.

"Ma, sekali-kali coba lihat drama korea atau drama cina dan lainnya. Di sana banyk lho bujang-bujang yang umurnya sudah hampir kepala empat tapi belum menikah!" ucap Alvin dengan semangat, ternyata cerita Elvira tidak terlalu sampah.

Clarissa menunduk menahan tawa, apa yang kakaknya katakan itu memang benar, tapi Clarissa tidak yakin mamanya bisa menerima alasan tersebut.

"Kalau begitu, kamu angkat kaki aja dari negara Konoha ini! Bagi mama umur tiga puluh itu sudah paling tua, dan mama gak menerima penolakan dan alasan dalam bentuk apapun!" ucap Atikah menegaskan kalimatnya.

Ibu dua anak itu bangkit dari duduknya, ia menuju ruang kerja sang suami. Tentu untuk menggibahi Alvin.

Saatnya Clarissa beraksi karena mamanya sudah tidak ada di sana.

"Kak, daftar jadi ART oppa Lee Min Ho aja. Aku yakin kakak gak bakal di teror seperti ini!" ejek Clarissa tertawa puas.

Alvin ikut tertawa, namun tawanya terdengar sangat mengerikan. Bantal kecil yang ada di dekatnya melayang begitu ringan sampai mengenai kepala Clarissa.

"Wah .. pantes aja gak nikah-nikah. Ternyata orangnya baperan!" cibir Clarissa kemudian berlari meninggalkan Alvin dengan segala kekesalannya.

***

Di lain tempat, Elvira sama halnya seperti Alvin. Bedanya Elvira sudah tidak memiliki orang tua, yang Elvira miliki hanya satu-satunya kakak perempuan yang saat ini menjelma menjadi begitu penasaran dengan kehidupannya.

"Egi temen kamu yang dulu sering kesini itu besok mau nikah, El. Tadi dia nganterin undangan untuk kamu dan untuk mbak," ucap Raisa memberitahu. Raisa sudah menikah, sudah di karuniai seorang Putri kecil yang sangat amat cantik.

Elvira meniup poninya, ia tahu apa maksud dari ucapan sang kakak.

"InsyaAllah besok aku datang. Kak Alvin juga dapet undangannya!" Elvira menjawab sebelum ia masuk kedalam kamar.

Raisa yang tadinya fokus pada layar ponselnya memindahkan pandangan pada sang adik.

"Kalian yakin gak ada hubungan apa-apa?" tanya Raisa tiba-tiba seperti orang yang mengintrogasi.

Elvira mengernyitkan dahi, ia menggeleng lalu menghela nafas pelan. "Hanya sebatas sahabat dan partner kerja, mbak!" tegas Elvira tidak bosan memberi tahu kakaknya yang selalu penasaran dan berharap lebih pada Elvira juga Alvin.

"Kali aja ada keajaiban!" gumam Raisa dengan suara yang pelan namun Elvira masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Elvira tersenyum sumbang, setiap hari yang ia lalui terasa sangat amat lelah. Bahkan hari weekend saja hampir tidak pernah Elvira rasakan sebab pekerjaannya yang sangat amat menumpuk.

Tling.

Sebuah tanda jika ada pesan masuk dari ponsel pribadinya. Dengan malas Elvira membuka dan membaca isi pesan tersebut. Mata Elvira terbelalak tak percaya, bisa-bisanya jam segini ia harus kembali ke kantor hanya karena si Lussy belum di keluarkan dari tempatnya.

Elvira mendengkus sebal, jarinya begitu lincah membalas pesan tersebut.

"Dia gak akan mati, kak. Tadi sebelum pulang aku sempetin kasih makan dan minum seperti biasanya." Balas Elvira.

Pria yang terlihat dingin, jutek, dan angkuh itu sebenarnya memiliki sifat yang sangat penyayang dengan orang-orang di sekitarnya. Namun cara Alvin mengungkapkannya memang agak berbeda dan terkesan kejam.

Alvin is calling ..

Dan, benar saja jika Alvin akan terus menerornya sampai pria itu puas dengan jawaban yang Elvira berikan.

"Ap--"

"Turun, kakak ada di halaman rumah!" sela Alvin mendongak menatap lantai dua di mana kamar Elvira berada.

Elvira yang sedang duduk santai di sofa kamarnya itu langsung berlari menuju jendela dan membuka tirai jendela dengan cepat. Alvin melambai dengan isyarat agar Elvira segera turun.

Karena Elvira sudah melihat kehadiran Alvin, pria itu memutuskan panggilan membuat Elvira merosotkan pundaknya. Ia ingin berisitirahat, namun si pengganggu kembali hadir.

"Ada Alvin, ya? Mbak seperti mendengar suara mesin mobil dia?!" Raisa menahan langkah Elvira untuk memastikan rasa penasarannya.

Elvira dengan wajah malasnya itu mengangguk membenarkan. "Bukan sepertinya, mbak. Tetapi memang manusia kebanyakan kerjaan itu ada di halaman rumah," jawab Elvira.

Raisa tertawa renyah, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan iba.

"Minimal di halalain lah ya. Biar gak capek-capek banget!" ledek Raisa membuat mood Elvira semakin memburuk.

Elvira tidak mempedulikan Raisa, ia segera keluar menemui Alvin yang tiba-tiba datang kerumahnya. Elvira menebak, kalau tidak urusan pekerjaan ya urusan pribadi prihal pernikahan. Atau jangan-jangan hanya ingin membahas si Lussy?

Elvira semkain penat jika menebak-nebak seperti ini.

Alvin berbalik badan menyambut kehadiran Elvira dengan nafasnya yang memburu.

"Kakak hanya menyuruh kamu turun, bukan maraton malam-malam seperti ini!" Heran Alvin seperti tidak sadar diri dengan apa yang ia lakukan ini membuat Elvira banyak bertanya pada dirinya sendiri.

"Langsung ke inti aja, kak. Ngapaiin malam-malam seperti ini kakak kerumah aku?" tanya Elvira berusaha menjelaskan ucapannya.

"Kecuali orang buta dan sakit jiwa pasti tahu kalau ini malam, El!" sahut Alvin dengan wajah datar namun kalimatnya terdengar ingin melawak.

Elvira terkekeh sinis, menunduk lalu mengusap keringat yang sudah membanjiri keningnya.

"Ka--"

"Kakak mau beliin kalung buat Lussy. Limited edition, jadi kakak butuh temen ngobrol untuk melakukan perjalanan ke sana," potong Alvin sebelum Elvira kembali bersuara.

Benar dugaan Elvira, bos sekaligus sahabatnya ini sepertinya sudah mendekati tidak waras lagi. Terlihat dari sikap dan ucapannya yang sangat tidak jelas alias ngelantur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status