PRAAAANG!
"Oh Tuhan!'' pekik Natarina dengan terkejut, lalu menatap jari telunjuk yang berdarah akibat tergores pecahan gelas.
Ada apa ini? Kenapa perasaanku tiba – tiba tak enak begini. Jantungku berdebar sangat kencang. Shakira? Oh Tuhan semoga tidak terjadi hal buruk apa – apa pada putriku! Kenapa tiba – tiba aku teringat padanya? Baru kemarin dia meneleponku ingin bertemu.
Gumam Natarina dalam hati dan bergegas memunguti pecahan gelas yang berukuran besar.
"Nyonya, apa yang terjadi? Apa yang anda lakukan? Jangan! Biar saya saja. Nanti tangan nyonya terluka,'' sergah seorang wanita dengan usia jauh lebih muda dari Natarina yang merupakan asisten rumah tangganya.
"Oh! Tangan nyonya tergores. Mari Nyonya sebaiknya anda beristirahat saja.''
"Baiklah Emy, baik. Aku akan menurut padamu,'' sahut Natarina terkekeh.
Lalu Emy segera mengambil sapu dan pengki serta mop lantai untuk membersihkan kekacauan itu hingga benar &n
Sementara itu, Axel dengan gelisah berjalan hilir mudik di depan ruang operasi. Hampir tiga jam telah berlalu sejak Shakira ada dalam ruangan itu bersama beberapa dokter dan perawat termasuk dokter Erick.Bi Nuri datang tergopoh – gopoh dari kamar mandi untuk membersihkan bajunya yang bersimbah darah Shakira dan duduk dengan napas terengah. Melihat itu Axel merasa tak tega."Bi, sebaiknya bibi pulang saja dulu, nanti kembali kemari berdua dengan Amelia dan bawa perlengkapan untuk nyonya. Saya kasihan jika bibi harus mondar mandir sendirian untuk mengurusi nyonya. Mumpung saya masih di sini, bibi pulang ya,'' perintah Axel dengan nada sopan."Ya, tapi baju tuan muda juga penuh noda?'' sahut bi Nuri dengan wajah sedih, ''kalau begitu biar saya bawa baju ganti buat tuan muda sekalian ya?""Oh! Ya, baiklah, terima kasih bi,'' jawab Axel yang baru menyadari kemeja dan celananya terkena ceceran darah Shakira saat menggendong dan memangkunya."Saya
"Sayang, kau sudah sadar?'' Axel bergegas mendekati Shakira. Sementara Erick meninggalkan Axel dengan kode tatap matanya."Eeemm.... Ini di..mana?'' Shakira mengerjap – erjapkan kelopak matanya dengan berat seraya memandang ke sekeliling ruangan."Oh, ini... Di rumah sakit. Sudah, kau istirahat saja ya, jangan bertanya macam – macam dulu. Ada aku di sini, aku tak akan ke mana - mana,'' Axel membelai puncak kepala Shakira dan mengecup keningnya dalam - dalam.Shakira menggumam dengan malas, lalu ia menatap wajah Axel dengan tatapan bingung, apalagi melihat kemeja Axel yang terdapat bercak – bercak kotor. Shakira paling tahu jika Axel sangat membenci keadaan kotor dan tak rapi. Laki – laki itu selalu tampil sempurna dan menawan. Tapi kali ini..."Ada denganmu Axel? Kau terlihat kusut, dan kenapa dengan kemejamu? Sepertinya basah? Yah, walau warnanya abu – abu gelap tapi sepertinya itu noda kotor? Apa yang terjadi?''"Sss
"Mama? Apa maksud mama?'' ulang Shakira dengan nada memohon dan tatapan bingung kepada Natarina yang kini mendapat tatapan tajam dari Axel.Wanita paruh baya yang masih menyisakan pendar kecantikan di wajahnya itu membelalak menatap Axel yang seolah menegurnya. Natarina membekap mulutnya karena segera menyadari kesalahannya."Tidak, bukan! Maksud mama, mama sangat khawatir! Apa yang sudah terjadi padamu sayang? Mama sangat terkejut saat sampai di rumah, orang rumah bilang kau terpeleset dan jatuh dari tangga. Mama sangat panik dan ikut bersama Amelia kemari...!'' papar Natarina dengan panik berusaha mengalihkan arah pembicaraan kepada Shakira.Walau Axel sempat mengernyit, ia menatap Amelia dan bi Nuri yang berdiri di ujung ruangan seolah mengucapkan terima kasih atas kebohongan mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kedua wanita yang terpaut umur seperti ibu dan anak itu membalas tatapan Axel dengan senyum bangga."Mama benar – benar lemas saa
"Benarkah? Aku boleh pulang sekarang?'' tanya Shakira pada Axel pagi itu."Iya, tapi tunggu kabar lagi dari Erick. Ya, walau begitu kau tetap harus bedrest di rumah sampai kau benar – benar pulih total, jangan harap kau bisa ke mana – mana dan berlarian dalam rumah. Kau tetap harus istirahat total ....''Shakira membekap bibir Axel yang belum selesai mengungkapkan peraturan – peraturan yang harus di patuhinya dengan telapak tangannya, yang spontan membuat Axel langsung terdiam dengan membelalakkan matanya. Namun, bukannya takut Shakira terkekeh melihat hal itu."Iya saya paham tuaaaann... Shaki paham... Apa jangan – jangan nanti juga tuan akan menggendong Shaki?'' ucap Shakira meledek."As you wish my lady...'' sahut Axel dengan tatapan tajam.Untuk beberapa saat mereka saling menatap lekat – lekat hingga saat Axel ingin mencium bibir Shakira, tiba – tiba pintu terbuka oleh seorang perawat."Oh maafkan say
Malam itu, atas pemberitahuan Natarina tentang kedatangan Aksa siang sebelumnya membuat sang menantu tampak muram dan menahan gusar.Namun, setidaknya ia bisa menghadapi cercaan Shakira nantinya atas keguguran yang mati – matian ia rahasiakan dari sang Istri sendiri. Akan tetapi, perkiraan Axel meleset, Shakira lebih banyak terdiam dan memasang wajah dingin saat ia berada di sampingnya."Ada apa sih? Dari tadi kamu diam saja? Mau menonton film? Atau mau kuambilkan kudapan?'' tegur Axel yang telah berganti baju dengan piyama tidur dan duduk di tepian ranjang menatap Shakira yang duduk bersandarkan bantal tinggi.Shakira menggeleng perlahan dan membuang muka. Wanita itu beringsut merebahkan dirinya di atas pembaringan. Melihat itu Axel segera merebahkan diri dan memangku kepala Shakira di atas pahanya yang kekar."Tolong jangan seperti ini, sejak seharian kau sudah seperti ini. Apa kau tahu mama sangat sedih saat menceritakannya tadi. Apa kau mau ma
''Sayang, siapa perempuan ini? Kau kenal dia?'' Perempuan cantik dengan baju yang minim itu bergelayut makin erat, sementara wajah Axel tampak kaku menatap Shakira yang lebih cepat menguasai diri dan bergegas mengambil langkah mundur dan pergi dari tempat itu."Aku tak tahu, aku tak kenal, yuk filmnya sebentar lagi akan di mulai,'' sahut Axel melangkah meninggalkan tempat itu dan membuat perempuan itu terseret mengikutinya.Shakira yang sempat mendengar ucapan itu berbalik arah dan mendekati Rachel yang masih syok melihat punggung Axel menjauh.Baiklah tuan muda, jika ini kemauan anda!"Race, ayo... Sebentar lagi filmnya di mulai,'' Suara Shakira membuyarkan lamunan Rachel yang makin terkaget – kaget akan kedatangan Shakira."Ah...oh... Iya, tapi, tapi... Sebaiknya kita pulang saja yuk, aku ...'' Rachel tergagap mencegah Shakira melangkah lebih jauh memasuki studio yang sama dengan Axel."Kenapa?'' tanya Shakira pendek pura – pura tak tahu."Kau yaki
"Kenapa aku harus takut padamu? Karena kau bisa membunuhku? Bunuh saja! Aku tidak takut padamu!'' balas Shakira dengan menantang dan membuat Axel menggertakkan giginya.Laki – laki itu menggebrak mobil hingga membuat Shakira terlonjak karena suara klakson yang tanpa sengaja terpencet. Lalu ia kembali menarik kemudi dengan lebih kencang lagi hingga mereka memasuki kawasan apartemen mewah.Oh tidak! Kenapa harus ke sini?Axel keluar dari mobil dan membanting pintu dengan kasar, lalu memaksa Shakira keluar dari mobil dan menariknya hingga memasuki kamar apartemen mereka dalam diam karena beberapa pasang mata menatap gerak gerik mereka dengan sikap was - was."Apa – apaan sih? Lepas!'' elak Shakira menarik lengannya dengan kuat dan terpaksa membuat Axel menatap dengan wajah memerah menahan marah."Kau yang apa - apaan? Bisa – bisanya kau cuek pada suamimu dan malah asyik bersenang – senang dengan laki – laki lain di hadapan suamimu!''"Hei, hei, bukankan kau
"Kalau begini terus rasanya aku mau mati saja!'' keluh Monica mulai merengek."Aduh, jangan di sini deh ....'' celetuk Axel dengan suara meledek dan otomatis membuat Shakira menoleh padanya dengan jengkel, seraya melotot ia segera melepaskan diri dari pelukan Axel."Apa – apaan sih!'' ucap Shakira makin ketus pada Axel, apalagi melihat Monica sesenggukan.Dan saat itu Shakira baru menyadari bahwa Monica memang masih remaja yang terpoles dengan dandanan tebal."Kak Axel ih!'' keluhnya lagi - lagi merengek dan menerima tisu dari tangan Shakira yang kini duduk di hadapan gadis itu."Kakaaak, aku maunya sama Vico, aku cuma cinta sama dia! Kenapa pula Momy and Dady memaksa Monic nanti harus menikah dengan Bian? Tunangan saja Monic tak mau apalagi menikah! Kakak beruntung bisa menikah dengan orang yang kakak cintai! Aku mau sama Vico saja!'' celoteh Monic dengan suara sengau dengan sesekali membuang ingus yang meleleh di sela isak tangisnya.