Home / Rumah Tangga / Nikahi Mantan Istriku / 5. Santapan Yang Berbeda

Share

5. Santapan Yang Berbeda

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2022-03-21 18:09:47

"Siapa dia Hen?" tanya Anita, dan Hendra sempat tergagap dan terdiam.

"Saya Susan, Mbak, saya sekretarisnya Mas Hendra. Oh maaf, Pak Hendra maksudnya," 

jawab Susan, sembari menjulurkan tangannya kearah Anita. Hendra melihat matanya Susan seperti berkaca-kaca.

"Saya Anita, teman dekatnya Hendra." Anita membalas jabat tangan Susan.

"Kamu sedang apa San, ada di sini?" tanya Hendra kepada Susan.

"Mamah!" Seorang gadis kecil usia lima tahunan berlari ke arah Susan, dengan seorang pria berjalan di belakang anak tersebut, dan Hendra tahu itu Vijar suaminya Susan, dan setau Hendra, mereka juga dalam  proses mengajukan perceraian. 

Susan yang menggugat cerai Vijar.

"Aku hanya tinggal menunggu surat-surat resminya turun, Mas. Semua prosesnya sudah kulewati." Begitu yang pernah Susan bilang kepada Hendra.

"Kami pergi dulu yah." Anita menarik tangan Hendra untuk segera pergi meninggalkan tempat ini.

"Kami duluan ya, San." Sembari Hendra bergegas mengikuti langkah Anita.

"Aku kira siapa, sekretarismu ternyata," ucap Anita di dalam mobil, sembari tangannya mengelus-elus lembut pahaku. Nafsu sudah membakar dirinya. Kendaraan Hendra menembus malam, menuju tempat pertempuran hasrat. 

Hendra--sang petualang. sedang mencari kesenangan sesaat.

÷÷÷

Pagi di saat baru tiba di kantor, sengaja Hendra memanggil Susan untuk segera menemuinya. Agak canggung Susan sepertinya, tidak seperti biasanya.

"Duduk San, ada yang ingin aku bicarakan pada mu," ucap Hendra, mempersilahkan Susan duduk di kursi depan mejanya.

"Bagaimana pendapatmu tentang pertemuan kita semalam, ada yang ingin kau katakan?" tanya Hendra, to the points saja. Susan menatap Hendra sekilas, lalu kembali merunduk.

"Saat ini, aku belum mau terikat dengan siapa pun. Dan pengacaraku sedang mengurus surat-surat perceraianku dengan Arini. Sekarang terserah padamu, mau melanjutkan hubungan ini atau tidak?" Sambil tangan Hendra membolak balik berkas yang ada di atas meja. Tatapannya beralih ke berkas-berkas tersebut. 

Susan masih terdiam, dan Hendra kembali melanjutkan pembicaraan. Tatapannya tajam ke arah Susan. 

"Aku hanya ingin menyalurkan hasrat dengan siapapun yang memang bisa membangkitkan gairahku, termasuk denganmu salah satunya." Hendra berhenti sejenak berbicara, masih menatap mata Susan dengan tajam.

"Sebelum-sebelumnya, aku sudah memberikan apapun yang kamu butuhkan. Bahkan aku akan memberikan lebih lagi, termasuk menaikkan kembali pendapatanmu jika masih mau melanjutkan dan meneruskan hubungan denganku. Sekarang ... terserah dirimu saja." 

Hendra menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya.

Susan masih diam saja, matanya menatap tajam ke arah Hendra. Dia berdiri perlahan, berjalan menuju pintu keluar ruangan kerja Hendra yang luas. Yang terpisah sendiri di lantai yang berbeda dengan staf-staf yang lainnya.

Dikuncinya pintu ruangan Hendra dari dalam, dan Susan berbalik menatap tajam.

"Aku sudah terlanjur jatuh kepadamu Mas, dan mumpung kau masih berhasrat kepadaku. Aku mampu melayani nafsumu, bahkan jauh lebih baik dari wanita yang semalam bersamamu."

Susan melucuti seluruh pakaiannya,  tersenyum nakal. Perlahan langkahnya mendekat, dan Hendra pun sudah terbakar hasrat birahi.

÷÷÷

Malam ini, Hendra ada pertemuan dengan seseorang yang ingin menawarkan bisnis kerja sama. Seorang warga keturunan, yang mengharapkan Hendra mau berinvestasi di perusahaan miliknya. dijamunya Hendra di sebuah restoran mewah di hotel berbintang lima.

Wijaya namanya, dia sibuk mempresentasikan tentang bisnisnya, dan keuntungan-keuntungan apa saja, jika Hendra mau berinvestasi di perusahaannya. Dia benar-benar meyakinkan Hendra, jika peluang bisnis ini dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar untuk perusahaan mereka berdua.

Wijaya ditemani oleh dua orang wanita, yang keduanya seperti Warga Negara Asing. Berparas cantik, bertubuh tinggi semampai dan kulit yang putih mulus dan berbody bagus, dengan rambut tergerai. Mereka berdua hanya diam saja memperhatikan pembicaraan Hendra dengan Wijaya.

"Silahkan disantap hidangannya Pak Hendra." Wijaya mempersilahkan Hendra untuk makan-makanan mewah yang sudah siap di hidangkan. Kedua wanita warga negara asing itu segera berpindah duduk di samping kiri dan kanan Hendra. 

Ada map di tangan mereka. Dan Hendra tahu, itu map kontrak kerjasama yang Wijaya harapkan darinya. Agar Hendra mau menandatangani kontrak tersebut. 

Kedua Wanita itu pun adalah santapan berbeda yang sudah Wijaya persiapkan. Hendra pun begitu dalam berbisnis, dan itu salah satu seni dan trik tersendiri dalam berbisnis, untuk memuluskan dan mendapatkan tender proyek ataupun kerja sama.

"Semua sudah diselesaikan dan dipersiapkan untuk Pak Hendra. Dan Bapak tinggal menikmati saja," kata Wijaya kepada Hendra, sambil menyodorkan sebuah SIM Card kunci kamar di hotel berbintang lima tersebut.

"Saya mohon izin pamit Pak, dan selamat menikmati." Wijaya segera berdiri, dan Hendra pun berdiri s mengambil alih tangan itu.

Wijaya segera pergi meninggalkan mereka bertiga. Hendra segera melanjutkan makannya yang belum selesai, ditemani kedua wanita cantik tersebut. berdua tahu dan paham, bagaimana memperlakukan pelanggan, karena ada misi yang mereka jalani. Dan jika misi itu tembus, bonus yang akan diberikan kepada Wijaya untuk mereka akan jauh lebih besar lagi.

Ternyata langkah Hendra dalam Berbisnis, tidak berbeda dengan Wijaya. Bergumam Hendra dalam hati. Lalu menggandeng kedua Wanita itu menuju ke sebuah kamar yang sudah Wijaya mempersiapkan.

Hendra pernah sang petualang yang belum tersadarkan, atau mungkin tidak akan sadar sama sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bakalan kena penyakit kelamin tau rasa lo
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nikahi Mantan Istriku   29. Benar Benar Bahagia

    Sama seperti halnya Kunto, dibayar berapa Mas Adrian untuk mengikuti apa maunya Mas Hendra. Aku harus mencari tahu, tentang hal ini.Seperti biasa, Mas Adrian sudah pulang sebelum jam sembilan malam. Sengaja aku tidak menyambutnya, hanya berdiam diri saja di kamar. Selepas membersihkan diri di kamar mandi, Mas Adrian masuk kamar dan berganti pakaian, aku berpura-pura sudah tertidur. Adrian lalu keluar, setelah meletakkan beberapa lembar uang belanja di meja rias. Aku menunggu Mas Adrian melepas lelah, setelah itu, ingin bicara dengannya."Aku ingin bicara mas," kataku, duduk di bangku sebelahnya di ruang tamu. Saat Mas Adrian sedang asik membaca kitab."Mau, bicara apa, Dek?" tanyanya, sembari menutup kitab bacaannya, dan meletakkan di atas meja."Mas Adrian, jijik sama aku?" terdiam sesaat Adrian, mendengar pertanyaanku."Maksudnya apa yah,dek? Mas, kurang paham.""Jujur saja, Mas ... Apa yang membuat Mas Adrian jijik padaku? Bahkan tidak pernah mau menyentuhku! Aku lelah dengan pern

  • Nikahi Mantan Istriku   28. Konspirasi Yang Terbongkar

    3 bulan sudah pernikahan sandiwara ini berjalan. Zahra sudah semakin dekat dan manja denganku. Ditambah dengan adanya Atika di rumah ini, semakin membuat Zahra terlihat bahagia, dan tubuhnya pun lebih gemuk sekarang.Sedangkan Mas Adrian, tidak ada yang berubah pada dirinya. Dia selalu memperlakukan aku dengan baik dan bertanggung jawab pada keluarga.Tetapi ... tidak pernah menyentuhku.Aku ingin dia memperlakukan aku layaknya seorang suami terhadap istrinya. Memberikan keteduhan dan kedamaian ke dalam sebuah pelukan kehangatan dan perlindungan. Mas Adrian seperti menjaga jarak, tidak ingin menyentuh dan tidak ingin disentuh. Berkutat hanya dengan membaca buku dan kitab. Menunggu sampai aku terlelap, baru kemudian memasuki kamar dan tertidur di kasur lantai.Pernikahan sandiwara ini telah menjerat dan mengikatku pada sebuah kenyataan. Bahwa aku merasakan kenyamanan pada pria lain selain Mas Hendra. Bahkan terkadang, jika Mas Hendra menelpon, aku mulai merasakan ketidaknyamanan. Teru

  • Nikahi Mantan Istriku   27. Menyimpan Rasa Cemburu

    "Terserah Dek Arini saja, jika dia bersedia, aku persilahkan saja," ujar Adrian. Kembali melemparkan bola panas terhadapku.'Menjengkelkan pria ini' bathinku menggerutu."Kamu tidak perlu ijin Adrian, Arini ... pernikahan kalian kan hanya sandiwara, kamu harus ingat itu," ketus Hendra kepadaku, sepertinya itu juga cara Hendra untuk menyindir dan mengingatkan Adrian. Hendra memang benar, itu memang rencananya, aku dan Adrian pun menyetujuinya."Aku dan Mas Adrian memang menikah sandiwara, tetapi pernikahan kami sudah memenuhi syarat hukum agama," jelasku kepada Hendra."Selama aku menjadi istrinya, terlepas itu sandiwara ataupun bukan, aku harus tetap meminta persetujuannya, sebagai pemilik sah atas diriku," jawabku tegas. Hendra terdiam, begitupun Adrian."Kamu juga, Mas Adrian. Jangan berlepas tanggung jawab atas diriku, menurut hukum agama aku sah milikmu, tidak pantas jika Mas menyerahkan keputusan ini kepadaku, karena aku masih di bawah tanggung jawabmu." Aku langsung berdiri meni

  • Nikahi Mantan Istriku   26. Permainan Baru Dimulai

    "Istirahat saja ya, Dek. Jangan dibawa aktivitas dulu, Mas ambil libur saja hari ini, biar bisa bantu-bantu Adik di rumah dulu." Saatku duduk di pinggir ranjang. "Iya, Mas tidak usah kerja dulu," pintaku. Sesungguhnya bukan karena cengeng, tetapi panggang juga, melihat Mas Adrian tidak pernah sepi mencari penumpang selama kami menikah. Mas Adrian lalu menuju ke lemari pakaian, membuka bajunya untuk berganti pakaian. Ada desiran halus yang mengalir di dadaku, melihat tubuh telanjangnya, walaupun hanya di bagian pinggang. Kucoba tetapi mungkin menahan debar, tidak dengan langkahku yang malah memilih untuk mendekatinya. "Mau kemana, Dek. Jangan banyak bergerak dulu jika masih sakit," sarannya, lalu mendekatiku, dengan masih bertelanjang, sambil memegang baju ganti di tangan. Aku langsung memeluknya, memeluk tubuh tegapnya. Ada kehangatan dan mengalir di dalam ragaku. Entahlah, aku mungkin seperti perempuan yang tidak tahu malu, tetapi ... Mengapa juga kuharus malu, jika tubuh yang kup

  • Nikahi Mantan Istriku   25. Rasa Yang Tak Terduga

    "Ingin meminta tolong Mbak Lasmi, tapi aku tidak tega membangunkannya." Lanjutku Penjelasan."Iya,i-ya.dek," ucapnya tergagap. "Di sini keriknya, dek?""Di dalam kamar saja, yah Mas." Aku melangkah ke dapur, untuk mengambil sedikit minyak sayur. Tertahan langkahku, Mas Adrian memegang tangan."Adek mau kemana?" "Ke dapur Mas, ingin mengambil sedikit minyak sayur untuk kerikan," jawabku."Biar Mas yang ambil, adek tunggu di kamar saja." Bergegas berdiri Adrian melangkah menuju dapur.Aku segera masuk ke dalam kamar, menyiapkan uang logaman lama yang memang sengaja kusimpan untuk kerikan. Membuka pakaian atas dan penutup payudara.Terlihat Mas Adrian sangat grogi saat masuk kamar dan mulai mendekat. Hanya menunduk dan terlihat serba salah. Duduk di belakang tubuhku, di atas tempat tidur."Di-di, ke-ke'riknya, sekarang Dek?" terdengar gemetaran suaranya. Aku tertawa geli dalam hati."Iya, sekarang Mas," jawabku, sembari bersiap menahan sakit karena kerikan."Halus sekali kerokannya, se

  • Nikahi Mantan Istriku   24. Pernikahan Sandiwara

    POV AriniPerjalanan hidupku yang berhubungan dengan pernikahan, selalu heboh dan menjadi perbincangan buat warga sekitar tempat kutinggal.Baru saja dua minggu kemarin batal melaksanakan akad nikah. Di hari minggu pagi ini, akan digelar kembali acara akad pernikahanku dengan pria yang berbeda. Pernikahan yang akan dilakukan secara siri.Macam-macam pendapat mereka tentang pernikahanku kali ini, itu kabar yang kudengar dari Mbak Lasmi dan Ceu Yoyoh, tetapi aku mencoba untuk tidak lagi ambil peduli.Tidak banyak yang menghadiri pelaksanaan akad nikah kali ini. Selain karena keadaan Adrian yang sama seperti aku, anak tunggal tanpa saudara dengan kedua orangtua yang sudah tiada. Hanya beberapa warga sekitar dan pengurus RT saja, yang ikut menghadiri acara akad pernikahanku kali ini.Ustaz setempat yang menjadi penghulu pernikahan kami. Ustaz yang sering di panggil untuk menikahkan pasangan pengantin secara siri. Mas Hendra yang mengurus dan mengatur semuanya, aku dan Adrian hanya mengiku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status