Share

5. Santapan Yang Berbeda

"Siapa dia Hen?" tanya Anita, dan Hendra sempat tergagap dan terdiam.

"Saya Susan, Mbak, saya sekretarisnya Mas Hendra. Oh maaf, Pak Hendra maksudnya," 

jawab Susan, sembari menjulurkan tangannya kearah Anita. Hendra melihat matanya Susan seperti berkaca-kaca.

"Saya Anita, teman dekatnya Hendra." Anita membalas jabat tangan Susan.

"Kamu sedang apa San, ada di sini?" tanya Hendra kepada Susan.

"Mamah!" Seorang gadis kecil usia lima tahunan berlari ke arah Susan, dengan seorang pria berjalan di belakang anak tersebut, dan Hendra tahu itu Vijar suaminya Susan, dan setau Hendra, mereka juga dalam  proses mengajukan perceraian. 

Susan yang menggugat cerai Vijar.

"Aku hanya tinggal menunggu surat-surat resminya turun, Mas. Semua prosesnya sudah kulewati." Begitu yang pernah Susan bilang kepada Hendra.

"Kami pergi dulu yah." Anita menarik tangan Hendra untuk segera pergi meninggalkan tempat ini.

"Kami duluan ya, San." Sembari Hendra bergegas mengikuti langkah Anita.

"Aku kira siapa, sekretarismu ternyata," ucap Anita di dalam mobil, sembari tangannya mengelus-elus lembut pahaku. Nafsu sudah membakar dirinya. Kendaraan Hendra menembus malam, menuju tempat pertempuran hasrat. 

Hendra--sang petualang. sedang mencari kesenangan sesaat.

÷÷÷

Pagi di saat baru tiba di kantor, sengaja Hendra memanggil Susan untuk segera menemuinya. Agak canggung Susan sepertinya, tidak seperti biasanya.

"Duduk San, ada yang ingin aku bicarakan pada mu," ucap Hendra, mempersilahkan Susan duduk di kursi depan mejanya.

"Bagaimana pendapatmu tentang pertemuan kita semalam, ada yang ingin kau katakan?" tanya Hendra, to the points saja. Susan menatap Hendra sekilas, lalu kembali merunduk.

"Saat ini, aku belum mau terikat dengan siapa pun. Dan pengacaraku sedang mengurus surat-surat perceraianku dengan Arini. Sekarang terserah padamu, mau melanjutkan hubungan ini atau tidak?" Sambil tangan Hendra membolak balik berkas yang ada di atas meja. Tatapannya beralih ke berkas-berkas tersebut. 

Susan masih terdiam, dan Hendra kembali melanjutkan pembicaraan. Tatapannya tajam ke arah Susan. 

"Aku hanya ingin menyalurkan hasrat dengan siapapun yang memang bisa membangkitkan gairahku, termasuk denganmu salah satunya." Hendra berhenti sejenak berbicara, masih menatap mata Susan dengan tajam.

"Sebelum-sebelumnya, aku sudah memberikan apapun yang kamu butuhkan. Bahkan aku akan memberikan lebih lagi, termasuk menaikkan kembali pendapatanmu jika masih mau melanjutkan dan meneruskan hubungan denganku. Sekarang ... terserah dirimu saja." 

Hendra menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya.

Susan masih diam saja, matanya menatap tajam ke arah Hendra. Dia berdiri perlahan, berjalan menuju pintu keluar ruangan kerja Hendra yang luas. Yang terpisah sendiri di lantai yang berbeda dengan staf-staf yang lainnya.

Dikuncinya pintu ruangan Hendra dari dalam, dan Susan berbalik menatap tajam.

"Aku sudah terlanjur jatuh kepadamu Mas, dan mumpung kau masih berhasrat kepadaku. Aku mampu melayani nafsumu, bahkan jauh lebih baik dari wanita yang semalam bersamamu."

Susan melucuti seluruh pakaiannya,  tersenyum nakal. Perlahan langkahnya mendekat, dan Hendra pun sudah terbakar hasrat birahi.

÷÷÷

Malam ini, Hendra ada pertemuan dengan seseorang yang ingin menawarkan bisnis kerja sama. Seorang warga keturunan, yang mengharapkan Hendra mau berinvestasi di perusahaan miliknya. dijamunya Hendra di sebuah restoran mewah di hotel berbintang lima.

Wijaya namanya, dia sibuk mempresentasikan tentang bisnisnya, dan keuntungan-keuntungan apa saja, jika Hendra mau berinvestasi di perusahaannya. Dia benar-benar meyakinkan Hendra, jika peluang bisnis ini dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar untuk perusahaan mereka berdua.

Wijaya ditemani oleh dua orang wanita, yang keduanya seperti Warga Negara Asing. Berparas cantik, bertubuh tinggi semampai dan kulit yang putih mulus dan berbody bagus, dengan rambut tergerai. Mereka berdua hanya diam saja memperhatikan pembicaraan Hendra dengan Wijaya.

"Silahkan disantap hidangannya Pak Hendra." Wijaya mempersilahkan Hendra untuk makan-makanan mewah yang sudah siap di hidangkan. Kedua wanita warga negara asing itu segera berpindah duduk di samping kiri dan kanan Hendra. 

Ada map di tangan mereka. Dan Hendra tahu, itu map kontrak kerjasama yang Wijaya harapkan darinya. Agar Hendra mau menandatangani kontrak tersebut. 

Kedua Wanita itu pun adalah santapan berbeda yang sudah Wijaya persiapkan. Hendra pun begitu dalam berbisnis, dan itu salah satu seni dan trik tersendiri dalam berbisnis, untuk memuluskan dan mendapatkan tender proyek ataupun kerja sama.

"Semua sudah diselesaikan dan dipersiapkan untuk Pak Hendra. Dan Bapak tinggal menikmati saja," kata Wijaya kepada Hendra, sambil menyodorkan sebuah SIM Card kunci kamar di hotel berbintang lima tersebut.

"Saya mohon izin pamit Pak, dan selamat menikmati." Wijaya segera berdiri, dan Hendra pun berdiri s mengambil alih tangan itu.

Wijaya segera pergi meninggalkan mereka bertiga. Hendra segera melanjutkan makannya yang belum selesai, ditemani kedua wanita cantik tersebut. berdua tahu dan paham, bagaimana memperlakukan pelanggan, karena ada misi yang mereka jalani. Dan jika misi itu tembus, bonus yang akan diberikan kepada Wijaya untuk mereka akan jauh lebih besar lagi.

Ternyata langkah Hendra dalam Berbisnis, tidak berbeda dengan Wijaya. Bergumam Hendra dalam hati. Lalu menggandeng kedua Wanita itu menuju ke sebuah kamar yang sudah Wijaya mempersiapkan.

Hendra pernah sang petualang yang belum tersadarkan, atau mungkin tidak akan sadar sama sekali.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bakalan kena penyakit kelamin tau rasa lo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status