Beranda / Rumah Tangga / Obsesi Gila Atasan Suamiku / Bab 5 Napsu Kaiden yang Gila.

Share

Bab 5 Napsu Kaiden yang Gila.

last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 16:45:23

Kaiden tidak terkejut, saat melihat respon Alina.

Karena tak sabar dengan langkah kaki Alina yang lambat seperti siput, lantas Kaiden pun menggendong Alina horizontal ke kamar yang ada di lantai atas.

Setelah sampai kamar, Kaiden melemparkan Alina ke ranjang. Ia yang sudah di kuasai napsu sulit mengendalikan dirinya, ia langsung menindih tubuh Alina.

Saat ingin membuka bajunya, Alina berkata dengan nada sedikit berteriak. "Tunggu, aku sedang datang bulan! Jadi aku nggak bisa melayani mu."

Kaiden mengangkat satu alisnya, "Apakah kamu berniat membohongi ku?"

Alina menggeleng, tapi ia tidak berani menatap Kaiden. "Aku tidak berani membohongi mu."

Kaiden bangkit.

Sementara Alina menghembuskan napas kasar, ada sedikit rasa lega. Karena hari ini ia tidak akan melayani napsu Kaiden yang gila.

Baru saja bernapas lega dan bersiap bangkit, Kaiden malah menarik kedua kakinya, lalu menarik celana dalamnya.

Tanpa rasa jijik dan hanya wajah datar sangar yang di tunjukkan, Kaiden menunjukkan bekas pembalut yang masih putih bersih.

"Baru tiga hari kita bekerja sama, tapi kamu sudah berniat membohongiku, ya?" Tanya Kaiden dengan suara tajam.

Wajahnya nampak muram.

Alina tertegun, melihat pembalut yang ia gunakan masih bersih. Akhirnya ia teringat, kalau baru dua Minggu lalu ia mengalami menstruasi.

"Terus darah tadi malam itu? Darah apa?" Sebuah pertanyaan mengganjal dalam benaknya.

Tiba-tiba lamunan Alina buyar, saat Kaiden dengan kasar merobek bajunya.

Lalu mengeluarkan dadanya yang besar, dengan gerakan kasar. Kaiden menghisap dan menggigit-nya, sementara tangannya nampak memainkan dadanya dengan memelintirnya.

Alina tak kuasa mendesah hebat.

Setelah puas dengan dada Alian, Kaiden pun beralih menciumi seluruh tubuh Alina.

Setelah puas, ia mengigit telinga Alina.

Setelah itu ia bangkit dan meraih pinggang Alina dan mendudukkannya di tas tubuh dengan kasar.

Sprei putih sudah mulai berkerut karena kegilaan Kaiden. Ronde pertama dimulai dengan gerakan tegas, penuh tenaga, seolah mengekspresikan hasrat yang selama ini terpendam.

Alina menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan desahan yang ingin lepas, tubuhnya bergetar mengikuti irama kasar Kaiden yang tak kenal kompromi.

Saat ronde kedua, Kaiden semakin agresif. Tangannya menjalar tanpa ampun, mengendalikan setiap gerak tubuh Alina yang tak lagi bisa menolak.

Matanya menyala penuh dominasi, sementara Alina hanya bisa tunduk, menerima dengan luka kecil di hati yang tak berani diungkapkan.

Nafas mereka bersatu dalam ritme yang menggila, ruangan kecil itu dipenuhi suara desir dan desahan yang berat.

Di ronde ketiga, Kaiden mulai melambatkan gerakannya, tapi kekasaran yang tersisa membuat Alina terdiam sejenak, merasa terombang-ambing antara sakit dan kenikmatan yang membingungkan.

Mengingat kalau sudah setahun lebih tubuhnya tidak di jamah oleh siapapun.

Tubuh Kaiden tetap menekan, memaksa tanpa kompromi, seolah ranjang itu menjadi medan pertempuran dimana mereka terjebak dalam pergulatan nafsu dan amarah yang tak terucap.

Setelah semuanya usai, Kaiden menarik napas panjang, membiarkan tubuhnya tergeletak di samping Alina yang masih terdiam, matanya penuh pertanyaan dan luka tersembunyi.

Setelah pergulatan tiga ronde itu, Kaiden keluar kamar tanpa mengucapkan sepatah kata.

Saat Alina ingin bangkit, dua orang berpakaian seragam butik masuk membawa sebuah gaun yang sangat indah.

Lalu dibelakangnya di dua orang perias.

Alis Alina mengerut, lalu salah satu dari mereka menjelaskan. Kalau Kaiden ingin dirinya di rias karena Kaiden akan memberikan sebuah kejutan untuknya.

Sebelum Alina bisa mengeluarkan pendapatnya, mereka mulai melakukan tugasnya dengan cekatan, sama sekali tidak menerima penolakan.

Kaiden yang sudah memakai setelan senada dengan gaun Alina, nampak berdiri didepan rumahnya dengan bersandar pada mobil mewahnya.

Saat pintu terbuka, ia tertegun melihat kecantikan Alina, bahkan untuk sesaat Kaiden merasa jantungnya seperti berhenti berdetak seketika.

Mengingat selama ini, Alina tidak pernah sama sekali memakai riasan, bahkan selalu memakai pakaian formal.

Penampilan Alina sekarang ini sangat berbeda.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Kaiden menyuruh Alina untuk masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan menuju ke vila mewah Vino yang ada di tepi jurang.

Hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya.

Jika Alina nampak memikirkan masa depannya kelak, yang harus hidup sendiri tanpa Nolan.

Sementara Kaiden nampak terngiang-ngiang wajah cantik Alina.

Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam, Alina pun ketiduran di dalam mobil.

Kaiden melihat Alina tertidur, ia pun menepikan mobilnya. Lalu mengambil selimut dan menyelimuti bagian tubuh atas Alina.

Karena ia tahu, sejak kecil Alina gampang sekali kedinginan.

Lalu ia melanjutkan mengemudikan mobilnya.

Mobil Rolls-Royce miliknya pun akhirnya berhenti di sebuah bangunan villa yang super mewah, setelah itu ia membangunkan Alina.

Alina membuka matanya perlahan, saat melihat pemandangan didepannya.

Kadua bola mata Alina langsung membulat sempurna. "Astaga, indah sekali." Setelah mengatakan hal itu, tanpa sadar tangannya mengelap kedua sudut bibirnya.

Kaiden yang melihat hal itu hanya bisa menggeleng dan tersenyum tipis.

"Pak presdir, bukankah hari ini saya masih cuti? Kenapa mengajak saya ke pesta amal?" Tanya Alina dengan suara polos.

Kaiden mengetuk dahi Alina, "Dari tadi kamu nggak bicara formal sama aku. Kenapa tiba-tiba sekarang ini nada bicaramu berubah formal?"

Alina hanya bisa menjawab dengan senyuman canggung, tadi ia memang tidak berbicara dengan nada formal karena marah dengan Kaiden.

"Cepat buruan turun!" titah Kaiden.

Alina pun mengangguk.

Keduanya berjalan bersama menuju pesta, wajah Alina semakin berseri. Saat melihat betapa indahnya dekorasi vila ini.

Tapi tiba-tiba ekspresinya berubah.

Saat dari kejauhan, ia melihat suaminya Nolan yang datang dengan menggandeng Ghea dengan mesra.

Dibelakangnya juga ada bayu dengan pasangannya.

Tanpa sadar tubuh Alina hampir terjatuh, karena. sepatu hak tingginya menginjak ekor gaun yang ia kenakan.

Untung saja, Kaiden dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Kamu nggak papa?" Tanya Kaiden.

Alina menggeleng, "Apakah ini kejutan yang ingin pak presdir siapkan?"

Kaiden tidak menjawab, hanya memberikan seringai tipis.

Saat berjalan beberapa langkah, samar-samar Alina mendengar tamu membicarakan dirinya dan suaminya.

"Kabarnya Nolan sudah mengajukan gugatan cerai pada Alina," ujar salah satu tamu yang berdiri di samping adik Nolan, Risma Anjasmara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 6

    Teman Risma, Freya menyahut, "Alina itu mandul. Pantas saja, kak Nolan memilih kak Ghea." Risma berkata dengan nada dingin, "Sebenarnya Alina itu nggak mandul. Kakakku selama ini selalu mencampurkan obat pencegah kehamilan pada minuman Alina setelah keduanya melakukan hubungan suami istri." Alina mengeratkan pegangannya pada tas ditangannya. Rasanya tubuh dan juga hatinya sakit, seperti di jatuhkan dari ketinggian. "Jadi selama ini Nolan sengaja membuatku nggak bisa hamil." Gumamnya, ia teringat beberapa cacian dan hinaan yang di lontarkan oleh keluarga besar suaminya tentang dirinya yang tak kunjung hamil. Hal itu sangat menyakitkannya, tapi beberapa kali Nolan membelanya didepan keluarga besarnya. "Nggak mungkin kalau Nolan selama ini memberikan obat padaku, pasti Risma bohong karena selama ini dia paling membenciku." gumam Alina dalam hatinya. "Risma, aku tahu kamu nggak mungkin bicara omong kosong. Tapi kenapa kakak mu nggak membiarkan Alina hamil anaknya?" tany

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 5 Napsu Kaiden yang Gila.

    Kaiden tidak terkejut, saat melihat respon Alina. Karena tak sabar dengan langkah kaki Alina yang lambat seperti siput, lantas Kaiden pun menggendong Alina horizontal ke kamar yang ada di lantai atas. Setelah sampai kamar, Kaiden melemparkan Alina ke ranjang. Ia yang sudah di kuasai napsu sulit mengendalikan dirinya, ia langsung menindih tubuh Alina. Saat ingin membuka bajunya, Alina berkata dengan nada sedikit berteriak. "Tunggu, aku sedang datang bulan! Jadi aku nggak bisa melayani mu." Kaiden mengangkat satu alisnya, "Apakah kamu berniat membohongi ku?" Alina menggeleng, tapi ia tidak berani menatap Kaiden. "Aku tidak berani membohongi mu." Kaiden bangkit. Sementara Alina menghembuskan napas kasar, ada sedikit rasa lega. Karena hari ini ia tidak akan melayani napsu Kaiden yang gila. Baru saja bernapas lega dan bersiap bangkit, Kaiden malah menarik kedua kakinya, lalu menarik celana dalamnya. Tanpa rasa jijik dan hanya wajah datar sangar yang di tunjukkan,

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 4 Lukisan gadis kecil dengan tanda lahir di leher.

    Alina mendongakkan wajahnya, mata hazelnya beradu dengan bola mata hitam Nolan. Dari pada di tegur suaminya lagi, Alina memilih segera menyendok nasi goreng di depannya. Tangan kirinya tiba-tiba di genggam Nolan dengan lembut, "Kamu kurusan, kamu harus makan yang banyak." Alina mengangguk patuh, dan membiarkan tangannya di genggam suaminya. Walaupun ada rasa tidak nyaman yang menderanya. Suasana pun hening. Sebenarnya Nolan bisa merasakan perubahan kecil dalam diri istrinya, tapi teringat kalau istrinya selama ini sangat sibuk bekerja apalagi menjadi sekretaris Kaiden yang super sibuk. Nolan memilih untuk membuang pikirannya dan menganggap sikap aneh Alina sekarang ini, karena istrinya itu kecapean banyak bekerja. Semalam ia sempat mengira, kalau pelayan yang menjatuhkan minuman itu adalah Alina. Tapi sebelum pulang, ia mematikan dengan mendatangi HRD klub dan meminta identitas pelayan itu. Akhirnya ia bisa bernapas lega, kalau pelayan itu bukan istrinya yang meny

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 3 Warisan keluarga Alina.

    Alis Nolan berkerut, saat melihat tubuh pelayan itu bergetar. Ntah kenapa intuisinya mengatakan jika pelayan itu adalah Alina istrinya. Tiba-tiba suara berat Kai memecah suasana. "Cepat kalian bawa pelayan tidak berguna itu!! Dan suruh petugas kebersihan untuk membereskan kekacauan ini!" Kaiden adalah salah satu pemilik saham terbesar di klub ini, semua orang tahu termasuk para pelayan. Mereka dengan patuh langsung membawa Alina keluar dari ruangan itu. Alina sendiri hanya bisa pasrah, saat tubuhnya di seret keluar oleh beberapa pelayan yang lain. "Kamu mau bersenang-senang tanpa ku dan bayi kita ya ... " Ucapan Ghea masih terus berputar di otaknya. Hati Alina berusaha menyangkal fakta yang terjadi, tapi ingatannya masih memutarkan adegan saat suaminya menatap Ghea penuh cinta. "Nggak mungkin-kan kalau selama ini Nolan mengkhianati ku," gumam Alina yang sekarang ini sudah berada didalam kamar mandi. Hatinya sakit, seperti di tusuk-tusuk oleh pisau. Dia sudah beb

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 2 Kesepakatan.

    Alina menggelengkan kepalanya, "Nggak mungkin. Anda pasti bohong!" Kai malah mencium bibirnya dan membisikkan sesuatu padanya. "Menurutmu apa untungnya aku membohongimu?" Setelah itu, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Alina, keduanya saling bertatapan. Alina menyadari, jika ucapan Kai ada benarnya. Atasannya itu memang tidak akan mendapatkan keuntungan apapun setelah memberitahunya tentang perselingkuhan suaminya. Kai yang melihat Alina sudah mempercayai ucapannya, lantas mengeluarkan senyuman tipis. "Apakah kamu ingin melihatnya sendiri?" Pertanyaan dari Kai barusan hampir saja membuat tubuh Alina jatuh, bagaimana tidak. Tiba-tiba ingatan Alina memutarkan saat suaminya Nolan membantunya memasak dan berkebun di rumah. Bahkan suaminya selalu bertanya padanya, "Alina apakah kamu bahagia?" Setelah mengingat semua momen bahagia itu, Alina yakin kalau Kai membohonginya. "Iya aku ingin tahu, karena aku sama sekali nggak mempercayai ucapanmu!" ujarnya dengan wajah yakin,

  • Obsesi Gila Atasan Suamiku   Bab 1 Tidak akan berhenti sebelum puas.

    Alina Nigel membuka matanya, ia terkejut saat mendapati dirinya berada di tempat asing. Kepalanya berdenyut, ia berusaha melihat dengan jelas siapa pria yang sekarang ini menindihnya, mengingat suaminya Nolan Anjasmara tidak pernah menggunakan parfum beraroma kayu yang manis. "Presdir Kai ... " celetuk Alina, setelah dirinya bisa melihat dengan jelas, tampang pria yang menindihnya. "Kenapa? Bukankah semalam kamu memintaku untuk memuaskan mu beberapa kali?" ujar Kai dengan senyuman ambigu. Alina memegang kepalanya, sontak ingatan semalam terus berputar di kepalanya. "Nggak mungkin ... " ujar Alina, tapi suaranya berganti dengan suara desahan, karena Kai dengan semangat menciumi lehernya. "Pak Presdir, tolong berhenti. Tindakan kita berdua itu salah, saya sudah punya suami dan anda sudah punya tunangan," pinta Alina dengan suara polos. Kai tersenyum tipis mendengar ucapan Alina, tak kuasa menahan geli. Dengan lembut, ia mengangkat rambut Alina, ingin memastikan ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status