Share

07. Perjanjian

Dengan bantuan sistem canggihnya, Yoshi dan Jessy selamat di malam naas itu. Yoshi membawa si gadis menuju mansionnya. Diketahui penyebab ledakan adalah bom yang dipasang musuh saat mengetahui keberadaannya disana yang lengah saat bercengkrama bersama seorang gadis yang memang disewa untuk menjebaknya.

“Uugh!”

Jessy mencoba menggerakkan tubuhnya yang berat. “Aduh, mengapa tubuhku terasa ngilu dan sakit sekali!”

“Kamu sudah bangun?!”

Yoshi mematikan rokoknya dan menatap gadis satu malamnya yang kini tengah terbelalak di depan mata.

“Aaaarrkk!”

Gadis itu menjerit kencang saat menyadari kemungkinan yang terjadi dengannya. ‘Tubuhku tidak memakai baju dan di hadapanku ada seorang pria dewasa berdada polos– Apa yang mungkin sudah terjadi?’

Tanpa aba-aba Jessy menangis kencang diikuti jeritan yang tidak manusiawi untuk seukuran gadis kecil seperti Jessy. Yoshi terpaku dengan sikap tengil gadis di depan matanya itu, dia sampai harus menyumpal telinganya agar tidak mendengar jeritan Jessy. “Kamu sungguh berisik!!”

Suara pria dewasa matang menggema menghentikan tangisan Jessy, gadis itu berhenti sempurna dan menatap makhluk tampan di depan tubuhnya. ‘Astaga, aku baru menyadarinya, pria ini sangat tampan! Siapa dia?'

“Dengar baik-baik, kamu yang datang menggodaku tanpa malu!” Pria tampan dan angkuh itu bangkit berbicara dingin dengan sorot mata tajam menusuk kedua bola mata Jessy. “Jangan harap kamu bisa kabur!”

Bruuk!

Jessy semakin dibuat tidak mengerti saat ini. ‘Apa maksud pria tampan ini?’

“Tanda tangan!”

Yoshi melempar beberapa lembar kertas di depan tubuh Jessy yang sudah tidak lagi menjerit.

“Apa ini? Untuk apa aku menandatangani ini?” Jessy menarik berkas dan mulai membaca isi dokumen tersebut. “Surat perjanjian kerja sama?” Jessy membaca judul dokumen, dia menatap Yoshi kebingungan lalu kembali membacanya sampai selesai.

“Menikah?!” Jessy melotot menatap Yoshi setelah membaca poin penting kerjasamanya.

“Ya,” jawab Yoshi datar.

“Tunggu! Anda tidak bisa seenaknya begini!” Jessy segera mencerca tanpa pembatas. Walaupun pria di hadapannya ini tampan luar biasa, bahkan wangi uang milyaran dollar tercium dari pakaiannya yang mencolok, Jessy masih waras untuk menerima pernikahan yang tidak diinginkannya itu. Salah-salah dia menderita dibawah pernikahan dengan orang yang tidak dikenalnya. "Atas dasar apa anda memaksa aku untuk mau menikah dengan anda?"

“Atas dasar kamu meminta dibikin enak semalam!” Yoshi tidak menyangka bisa mengatakan hal kotor ini di depan perempuan yang sudah menghilangkan keperjakaannya.

“T-tapi— aku masih berusia dua puluh tahun!” Terlihat Jessy berusaha memelas setengah pasrah.

“Itu bukan urusanku, siapa tahu kamu hamil dan kabur membawa penerusku, aku bisa rugi kehilangan penerus!” Ketus Yoshi bersikap angkuh.

Jessy kembali dibuat syok dan membuka lebar mulutnya sekarang. “Hamil? No waaay!”

Flashback off…

Jessy yang masih tertidur di sofa tidak menyadari kedatangan suami di atas kertasnya itu. Yoshi menyeringai tipis, dia juga menggelengkan kepala saat ruangan bagian depan rumah mereka berantakan oleh barang-barang yang dilempar Jessy seenaknya. “Dasar bocah!”

Yoshi memungut barang-barang itu dan menaruhnya di tempat seharusnya, tak lama dia mencium lekat kening istrinya. Yoshi terdiam, dia menatap lekat wajah istrinya yang berkerut. “Tidur pun harus semenyedihkan ini, kah?” Yoshi menyeka sudut mata Jessy yang mengeluarkan sisa air matanya.

Jessy terbelalak, dia memang selalu awas, lebih tepatnya terbangun disebabkan oleh mimpi buruknya seperti yang sudah-sudah. ”Tuan!”

Yoshi menyeringai menggoda saat istrinya telah bangun sepenuhnya. Gadis itu terduduk sempurna walau nyawanya masih setengah.

“Sayang, apa kamu lupa? Di rumah kamu harus memanggilku apa?” Yoshi membingkai wajah cantik istrinya dan bersiap mencium bibir ranum gadis yang mencuri atensinya selama ini.

“Ma-af, Sayang… Aku ketiduran!”

“Di jam kerja?” Yoshi mendekat dan menarik tangan Jessy agar wanitanya bangkit dan bertukar posisi dengannya.

“Aaargh!” Sontak Jessy memekik terkejut, belum sempat mengumpulkan nyawa, raja alam baka sudah tidak sabar padanya.

“Ugh, kamu sedang menggodaku?” Yoshi mendudukkan Jessy di atas pangkuannya. “Sudah tiga bulan aku tidak mendengar rintihanmu, Sayang!” Yoshi menekan dagu lancip istrinya gemas.

Yoshi tidak tahu bahwa jantung Jessy tengah melompat-lompat seolah ingin lepas dari tempatnya. Jessy tengah berdebar tidak karuan, dia salah tingkah diperlakukan seperti itu oleh suami yang sebelumnya mencerca dirinya sampai tidak tersisa rasanya.

“Aku sungguh seperti mimpi melihatmu pulang kembali kesini, Sayang,” ujar Jessy merubah sikapnya seratus delapan puluh derajat. Tidak ada yang tahu bahwa Jessy paling pintar bersikap di depan suaminya. Menyenangkan Yoshi adalah jalan hidupnya, jika tidak mana mungkin dia bisa bertahan hidup sampai detik ini!

“Apa kerjamu hanya tidur?”

Ingin rasanya Jessy kembali mendorong pria itu ke dasar jurang, dengan senyuman palsu yang terbit di muka bantal miliknya, Jessy memeluk erat Yoshi. Pria besar itu terkekeh sejenak melihat kelakuan rubah peliharaannya.

“Harusnya kamu tahu, kenapa aku kayak gini!” rutuk Jessy mulai menggiring topik perbincangan.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status