Terjebak Utang Rentenir

Terjebak Utang Rentenir

By:  aicha aisah  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
32 ratings
13Chapters
2.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Apa yang terlihat buruk, tidak selamanya buruk. Ada alasan di setiap keputusan yang diambil. Maura—gadis 17 tahun sedang diimpit utang peninggalan orang tuanya. Sang ayah berutang pada seorang rentenir yang mengincar gadis itu. Beruntung Maura mendapatkan bantuan dari Alex—teman sekolahnya. Namun, pemuda yang dianggap dewa penolong itu tak ubahnya seperti si lintah darat. Jika Juragan Jaka – sang rentenir menjanjikan pernikahan, sementara Alex hanya menginginkan hubungan tanpa ikatan yang suci. Akankah Maura memilih satu di antara Alex dan Juragan Jaka? Atau ... akan datang sosok lain yang akan membantunya tanpa pamrih?

View More
Terjebak Utang Rentenir Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Raifiza27
bagus mbak acha
2021-08-08 18:04:46
1
user avatar
Syah Humaira Aisyah
semangat sambungannya..next..next
2021-08-08 16:55:44
1
user avatar
Enny Ah
lanjut thor seru
2021-06-30 19:00:42
1
user avatar
Indhira Syah
Ceritanya seru, ada manis²nya 🤭 Moga sifat Alex bisa sedikit demi sedikit berubah setelah nikah nanti
2021-06-20 11:28:15
0
user avatar
Indhira Syah
Ceritanya seru, ada manis²nya 🤭 Moga sifat Alex bisa sedikit demi sedikit berubah setelah nikah nanti
2021-06-20 11:28:15
0
user avatar
Iswati Iskandar
sipppppppppp
2021-06-16 12:14:37
0
user avatar
Dayat_eMJe
Ceritanya seru kak, ayo semangat up nya kak .. 👏👏👏
2021-06-06 05:22:50
0
user avatar
Luna Lupin
Menarik nih, up lagi kakkk 😍
2021-05-30 20:12:58
1
user avatar
ALWA
Tulisannya rapi kak
2021-05-30 20:09:03
1
user avatar
ALWA
Tulisannya rapi kak
2021-05-30 20:09:02
1
user avatar
Kinantitha
Tulisannya rapi, ceritanya juga menarik 👍👍
2021-05-30 19:19:33
1
default avatar
Dewi intan
Aku mau nyari ilmu di tulisan ini. Akan ku santap setiap detailnya
2021-05-30 12:23:07
1
default avatar
Dewi intan
Aku mau nyari ilmu di tulisan ini. Akan ku santap setiap detailnya
2021-05-30 12:23:07
0
default avatar
Dewi intan
Aku mau nyari ilmu di tulisan ini. Akan ku santap setiap detailnya
2021-05-30 12:23:06
0
default avatar
Dewi intan
Aku mau nyari ilmu di tulisan ini. Akan ku santap setiap detailnya
2021-05-30 12:23:06
0
  • 1
  • 2
  • 3
13 Chapters
Bab 1 Niat Tersembunyi
 “Tidur sama gue, utang lo lunas.”Plaak.Satu tamparan kulayangkan pada pemuda jangkung di hadapan. Dia menyeringai, badannya semakin mendekat dan kini sukses mengurungku yang kini terjebak di sudut gudang.Tuhan, harusnya aku curiga saat dia meminta ketemuan di ruangan pengap ini.“Bahkan gue bisa jadi langganan, lo!” bisiknya serak di telinga.Napasku memburu. Dada terasa terbakar dan sesak sekaligus.Brengsek! Alex benar-benar kurang ajar. Aku salah mengira. Kupikir pertolongannya kemarin murni karena empati. Ternyata ada udang di balik batu. Dia sepertinya sudah merencanakan ini.“Ayolah, Ra, gue tau kalau lo tadi sempat tanya-tanya Sarah tentang kerjaan sampingannya.”Dengan berani Alex mulai membelai pipiku. Kedua tangan yang tadi sempat mendorong tubuhnya justru dicekal kuat. Mata sudah panas dan siap meneteskan butiran bening.Tahan, Maura, tahan. Jangan sampai pe
Read more
Desakan
“Kenapa diem, Ra? Nanti keburu dingin kalau makan sambil melamun.”Lagi, pria di depanku tersenyum manis.Duuuh. Gimana bisa makan kalau dia ngeliatin terus seperti itu?“Saya tadi lagi cari bangku yang masih layak pakai di gudang. Eeh, kok, lihat ada yang jongkok. Saya kira siapa, gak tahunya malah kamu. Sebenarnya kamu lagi apa di sana? Tumben-tumbenan. Biasanya gak pernah menunda-nunda pulang.”“Ehm, itu, anu, Pak, sa—saya—” Aku tergagap. Bingung harus menjelaskan apa.“Ya udah kalau kamu gak mau cerita. Cepet makan, kasian adik-adik kamu nungguin.”Gegas aku melahap bakso yang sudah mulai dingin. Pak Damar sampai menggeleng keras melihatku yang makan dengan cepat. Jantung berdetak kencang saat tiba-tiba tangannya mengusap sudut bibirku. “Ada noda saos,” lirihnya dengan kikuk. Cepat-cepat dia menarik tangannya dan berdiri menjauh. Beliau mendekati gerobak dan menyebutkan semua pesanannya tadi.Aaiiih! Apa-apaan sih Pak Damar? Bikin deg-de
Read more
Bab 3 Dilema
“Maaf, gue telat,” bisik Alex dengan lembut sambil membuka ikatan mulut dan juga tanganku. Lalu, pemuda jangkung ini melepaskan hoodie-nya dan memakaikannya di tubuhku. Aku memandangnya lekat-lekat. Ada apa dengannya? Kenapa sikapnya jadi manis begini? “Kenapa lihat-lihat? Udah naksir, ya?” tanya Alex dengan menyeringai. “Apaan!” Aku mendorong tubuh Alex dengan kasar. “Jadi gini tanggapan lo sama orang yang udah nolongin lo dari kebuasan tua bangka tadi.” Alex merengkuh pinggangku dengan kasar. “Lo sama biadabnya dengan Juragan Jaka, jadi buat apa gue bersikap manis.” Aku membalas tatapan Alex dengan sama tajamnya. Pemuda ini tidak bisa diprediksi. Sebentar lembut. Sebentar kasar. “Benar juga, gue memang gak ada bedanya sama rentenir tadi. Sama-sama menginginkan tubuh lo. Sialnya pria
Read more
Bab 4 Sebuah Alasan
“Gimana? Udah berhasil belum?”Terdengar suara seorang pemuda yang cukup familiar. Aku mengintip di balik tembok belakang gudang. Ada Alex, Rey, Radit dan Dion. Tiga siswa yang satu kelas denganku. Mereka anak-anak orang kaya yang terkenal dengan pergaulan bebasnya.“Gue bilang juga apa? Susah si Maura ini,” ujar Rey sambil mengembuskan asap rokok. Jadi, mereka sedang membicarakanku. Apa ini ada kaitannya dengan sesuatu yang Alex minta kemarin. “Kalau lo gak sanggup, biar gue aja yang maju. Gue juga pengen kali nyicipin perawan.” “Bangsat! Sejak kapan lo ngelanggar kesepakatan geng kita? Gak ada namanya berebut cewek.” Itu suara Alex. Dia sepertinya tidak terima dengan perkataan Radit.“Hahahahaha, Lex Lex! Lo serius amat? Gak kali gue mau rebutan sama Lo. Lagian kan kalian cuma temenan, kalau dia nolak lo, gak apa-apa, kan, gue maju.” “Lo kayak gak tau Alex aja, apa yang dia mau harus didapeti
Read more
Bab 5 Jatuh Setelah Melayang
 Aku melirik jam tangan yang terlihat usang, sudah hampir tiga puluh menit tapi Alex belum juga muncul.“Ish. Alex ngeselin banget, tadi bilangnya cuma nunggu sebentar. Kan, aku udah bilang kalau adik-adikku nunggu buat makan siang.” Aku menggerutu sambil menghentak-hentakkan kaki. Sebelum pulang, aku akan mampir dulu ke warung mengambil dua nasi bungkus untuk adikku. Dulu, sebelum mulai pekerjaan di tempat Bu Jamilah, beliau menyuruhku makan terlebih dahulu. Namun, karena Rani dan Ridho juga belum makan siang, aku selalu membungkus nasi tersebut untuk diberikan pada kedua adikku.Mengetahui hal tersebut, pemilik warung tempatku bekerja berbaik hati memberikan dua nasi bungkus untuk adikku. Aku sudah menolak, karena sudah diberi upah bulanan. Namun, wanita baik itu bersikeras agar aku menerimanya. Semenjak itu, setiap pulang sekolah aku mampir terlebih dulu untuk mengambil nasi bungkus tersebut.Itu sebabnya aku merasa sungk
Read more
Bab 6 Tak Bisa Menolak
“Gue tadi nungguin lo sampe setengah jam, karena takut kelamaan gue milih pulang sama Pak Damar.” “Tapi faktanya gue nyampe lebih dulu.” “Tadi gue ngerasa pusing, makanya Pak Damar berhenti dulu beliin gue obat, nih kalau lo gak percaya.” Aku merogoh kantong pemberian Pak Damar dan mencari benda yang kumaksud.“Gue gak peduli lo mau ngeluyur dulu atau langsung pulang, cuma gue merasa bodoh aja. Pulang ngebut karena kepikiran adik-adik lo yang nungguin kakaknya pulang bawa makanan. Sementara kakaknya—” Aku menunduk dalam. Entah mengapa merasa sangat bersalah. Aku tidak suka jika Alex berpikiran kalau aku tadi bersenang-senang dengan Pak Damar. “Duduk sini! Gue lapar. Mau sampe kapan lo berdiri di situ?” Aku mengerjap, cepat-cepat menaruh kantong plastik dan duduk dekat Alex. Kuambil piring yang bersih di meja lantas mengambil sebungkus nasi, membukanya dan memberikannya pada Alex.“Seb
Read more
Bab 7 Rencana
“Ra, gue mau ngomong, gue tunggu di taman deket kantin.” Suara Alex mengagetkanku yang sedang merapikan buku-buku pelajaran. Belum juga menjawab, pemuda itu sudah melangkah pergi.“Gimana keputusan lo?” Sarah menatapku penuh tanda tanya. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Karena sampai detik ini masih belum bisa mengambil keputusan.“Gue ke taman dulu, ya, Alex nungguin.”“Gue ikut, mau ke kantin juga.” Sarah mensejajarkan langkahnya.“Kayaknya tuh cowok ngebet banget sama lo, ya?”Aku mengembuskan napas panjang mendengar pertanyaan Sarah. Makin hari, pemuda itu memang makin menunjukkan kedekatannya denganku.“Anak tajir, lo tau sendiri gimana gayanya mereka.”“Kalau gue jadi lo, gue manfaatin tuh cowok. Biar aja dia bayar keperluan kita. Mereka bakal lakuin apa aja buat cewek yang dicinta.”Aku mencibir mendengar omongan sahabatku ini. &ldqu
Read more
Bab 8 Kesepakatan
“Gue belum bilang setuju, ya, Lex! Jangan seenaknya memutuskan.” Aku menatap tajam pemuda di hadapanku.Aku memang berutang banyak padanya, tapi bukan berarti dia bisa mengendalikan hidupku seenaknya.“Kali ini posisi lo hanya bisa menurut, Ra? Jangan buat semuanya jadi sulit. Gue gak mau menggunakan cara kasar.” Alex berbicara santai. Dia bahkan sempat-sempatnya membereskan bekas makan kami.“Lo bener-bener brengsek!” umpatku sambil menghentakkan kaki.“Mulut lo, Ra! Sejak kapan kata-kata lo jadi kasar begini?” Alex menatapku tajam.“Gue gak mau nikah sama lo. Lo pasti punya rencana macam-macam, kan?”“Mau gue cuma satu macam. Tubuh lo! Lo gak mau ngelakuin itu di luar nikah, kan, makanya gue ajak lo nikah siri.”Aarrrggh.Dada mulai bergemuruh melihat Alex yang terus-menerus bisa mengendalikan keadaan. Haruskah aku menurut begitu saja. Kalau aku membantah, memangnya aku bisa mendapat uang sebanyak itu dari mana.Tuhan. Kirimkan
Read more
Bab 9 Sentuhan Memabukkan
“Jangan bikin malu gue, Ra. Bayarin utang lo seratus juta aja gue sanggup. Apalagi sekedar makan malam plus kasih uang buat lo. Butuh berapa, sih? Gue cuma ada cash sejutaan. Kalau kurang kita mampir ke ATM.” Alex mengatakan itu dengan nada datar. Sepertinya memang tidak bermaksud menyinggungku.“Cuma lima puluh ribu, buat beli beras dan telur. Untuk sarapan Rani dan Ridho.” Aku mengigit bibir setelah mengatakan itu. Terlanjur basah. Mandi saja sekalian.Alex menghela napas panjang dan meneruskan langkah ke warung sate. Tangannya tidak luput untuk menggenggam jemariku.“Mang, bungkuskan sate kambing enam porsi. Bumbunya pisah, ya?”Aku menatap heran pemuda di sampingku. Untuk apa memesan sebanyak itu?“Gue gak mungkin bikin lo kelaparan. Nanti gue belikan beras juga.”Ha! Aku melotot tidak percaya. Bukan ini yang aku mau. Cukup uang lima puluh ribu saja. Kalau plus makan malam seperti ini, utangku makin banyak.“Ck, gak gue itung utang, Ra?
Read more
10. Dag Dig Dug
Aku mengerjap, mencoba mencerna ucapan Alex. Pengen gue? Maksudnya apa? Namun, belum juga aku memahami kata-katanya, dia kembali merapatkan bibir kami. Ciumannya makin intens. Kasar. Dan menuntut. Membuat seluruh tubuhku merinding.Bangun Maura! Kenapa kamu diam saja menerima perlakuan Alex? Dia akan makin berani jika kamu tidak melawan. Seperti tahu kegelisahanku, Alex menyudahi ciumannya. Pemuda itu menatapku dengan intens. Namun, kurasakan sesuatu yang menggelitik di bagian perut. Tangan Alex  mulai berani  membelai perutku dari balik baju. Gelenyar-gelenyar aneh kembali menyelimuti seluruh tubuh. Astaga! Kenapa aku jadi begini?Tubuhku panas. Apalagi Alex kembali merapatkan bibir kami dengan penuh nafsu. Tak berhenti di situ, dia pun mulai meraba punggung. Memberikan sentuhan halus di sana. Memainkan  jemarinya dengan lihai dan berhenti di pengait ....   Sial! Jangan bilang maksudnya tadi
Read more
DMCA.com Protection Status