Home / Romansa / PARAMOUR / Bagian 7 : Freaking rich

Share

Bagian 7 : Freaking rich

Author: bieunnie
last update Last Updated: 2025-09-22 18:03:28

“Ya, aku sudah menemukannya dalam keadaan demam tinggi— entah apa yang dia lakukan saat diam-diam menyelinap meninggalkan kamar hotelnya—“ Lilly melirik sekilas Kiara yang bersembunyi di balik selimut.

"Ya, kami akan kembali setelah pemotretan, kita tidak bisa membatalkan pemotretan begitu saja— ok, aku akan mengabarimu lagi nanti.”

Lilly melempar dengan kesal ponselnya ke ranjang Kellan, tempat di mana Kiara tak menunjukkan batang hidungnya. "Kita harus ke rumah sakit sebentar sebelum pemotretanmu, kau harus mendapatkan perawatan sebelum pemotretan sore nanti."

“Aku sudah meminta petugas hotel untuk memanggil seorang dokter dan perawat untuk datang ke sini.”

Seriously, what the hell is going on last night?” tanya Lilly frustrasi saat melihat Kellan muncul dari kamar mandi dengan setelan jas rapi sembari merapikan dasi.

“Hanya bermain.” Kellan mengedipkan satu matanya pada Kiara yang memutar kedua bola matanya jengah.

Did you?” Lilly bertanya curiga saat menyadari Kiara mengenakan pakaian Kellan.

Suara bel kamar Kellan berbunyi sebelum Kiara sempat menjawab. Sejauh kedua mata Lilly memandang, ia hanya menyaksikan tubuh Kellan berjalan menjauh dan mempersilakan beberapa orang untuk masuk menyiapkan menu sarapan pagi di ruang makan kamar hotel Kellan. Lilly sedikit terkejut sehingga ia mendekati Kiara yang kini telah duduk bersandar pada bahu ranjang dengan malas.

Buffet in his room?”

“Dia norak dan menggelikan, i mean it's too much.”

I called it charming.”

Kiara memercingkan wajahnya tak terima.

“Jadi, apa yang Nathan katakan?”

“Nathan? Dia memintaku untuk membawamu ke rumah sakit, immediately!”

"Nice! Dia sepertinya mengkhawatirkanku."

"What do you expect? Kau adiknya wajar dia mengkhawatirkanmu."

Kata-kata itu sedikit menghantam Kiara, karena kenyataannya ia merasa senang mendengar kekhawatiran seorang Jonathan.

“Aku hanya kebingungan semalam, saat aku masuk ke kamarmu dan tidak menemukanmu, aku bertanya pada semua tim dan tidak ada satupun yang tahu kemana seorang Kiara Lee pergi, dan Nathan yang terlintas di pikiranku saat itu. Siapa tahu kau menghubungi Nathan dan dia tahu kau di mana. Tapi ternyata kau sedang menghabiskan malamu dengan sang pemilik hotel, di ranjang presidential suite miliknya. What a surprise? Baru kemarin siang kau memaki-maki Kellan dan malamnya kalian menghabiskan malam bersama.”

“Kau tahu, kata-katamu sangat menggelikan, Lilly.”

“Ya, kita tidur satu ranjang, kau perlu mengingat itu, aku tidak bisa tidur di sofa,” ucap Kellan tiba-tiba datang dengan satu nampan makanan yang berisikan bubur yang ia letakan di pangkuan Kiara. “Tapi tenang saja, aku hanya memeluknya karena ia tampak begitu menyedihkan semalam.”

Lilly menahan tawa, berbeda dengan Kiara yang sudah gemas ingin memukul wajah pria yang kini duduk di tepi ranjang.

“Lupakan dietmu, lupakan protein shake-mu. Just eat! Lilly, kau bisa menikmati sarapan di ruang makan, sekalian panggil semua anggota tim kalian untuk sarapan di sini karena ini adalah bagian dari pelayanan hotel kami. Well, silakan nikmati sarapan kalian, aku perlu pergi untuk meeting di bawah, so ... sampai nanti.”

Kellan menepuk pundak Lilly sebelum pergi meninggalkan keduanya di kamar hotel Kellan yang begitu mewah. Kiara mengicip bubur sementara Lilly masih mengamati sosok Kellan sampai pria itu menghilang dari pandangannya. Hati Lilly rasanya melenyos begitu saja, ia tak bisa berhenti mengagumi pria itu dan ingin menggodanya.

"Girl, you drooling." Kiara menegur.

He’s so fucking hot! Soooo fucking georgeus. Kau tidak ingin menjadi pacarnya?”

Kiara tersedak.

“Tidak bahkan jika hanya ada dia satu-satunya pria hot di dunia ini.”

But, he’s so damn good and freaking cute. Seingatku dulu dia tidak seperti itu, dia sangat pendiam suka menyendiri. Jika kau tidak mau apa boleh aku menggodanya? Aku ingin tidur dan menggodanya."

You Whore! Sejak kapan kau menjadi seperti ini?”

Lilly mengecek ponselnya dan membaca sebuah pesan baru dari Nathan.

“Aku merasa tidak enak menghubungi Nathan. Seharusnya aku tidak mengganggunya.”

No! No! Kau melakukan hal yang benar, Lilly.”

“Bagaimana bisa, lusa Vivian kembali ke San Fransico, aku pasti mengganggu malam-malam terakhir mereka.”

“Malam terakhir?”

“Ya, apa yang akan dilakukan sepasang kekasih yang sudah bertunangan sebelum mereka berpisah?”

Kiara meletakan alat makannya, pikiran dan hatinya mendadak tak karuan memikirkan tentang kata-kata 'malam terakhir Nathan dan Vivian sebelum berpisah'. Sial Lilly membuatnya berpikir macam-macam tentang apa yang kedua orang itu lakukan di rumah Nathan.

"Bukankah Nathan sangat romantis, dia bercerita bahwa nanti pagi dia akan berbelanja sebelum bekerja untuk menyiapkan makan malam di malam terakhir Vivian berada di New York. Haaah ~ Seandainya wanita itu aku!"

Lilly terlihat begitu gembira saat membayangkan bagaiman sikap Nathan seandainya wanita beruntung itu adalah dirinya, karena ia pernah menyukai Nathan.

"I'm done! Aku ingin istirahat! Bisa kau keluar dan menutup pintu kamar?"

Kiara menyingkirkan nampan makanan ke nakas dan ia segera menarik selimutnya kembali tanpa menatap Lilly yang baru tersadar dari semua lamunannya tentang Nathan.

“Ok, aku akan menghubungi semua tim dan aku berada di ruang tamu jika kau membutuhkanku.”

Kiara tak tahu apa yang sekarang mengganggunya, sesuatu mengganjal di benak yang semakin hari semakin tak ia pahami. Vivan dan Nathan bersama, pikiran itu mengganggunya bahkan saat ia baru saja menginjakan kakinya di Bern.

Apa sesuatu terjadi di antara mereka?

Semoga apa yang Lilly katakan tidak benar.

Semoga tidak terjadi sesuatu antara mereka berduaz

Tapi Nathan juga laki-laki biasa.

Semua terasa seperti bisikan-bisikan aneh di dalam kepala Kiara yang membuatnya gelisah. Awalnya ia mencoba tak peduli dengan terus merapatkan selimut dan kedua matanya, hingga hati dan pikiran Kiara perlahan melemah karena pikirannya sendiri.

Pasti terjadi sesuatu diantara mereka.

Kiara membuka matanya lebar-lebar, ia memikirkan banyak hal termasuk cara terpintar sampai terbodoh yang bisa ia lakukan untuk membuat hatinya tenang.

"Damn it!!" teriak Kiara.

********

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PARAMOUR   Chapter 20 : We're Dating

    Kiara tertidur melintang mengisi kedua sisi tempat tidur dengan kepalanya yang menggantung di sisi ranjang. Ia terbangun saat ia merasa seseorang seperti sedang menendang tempat tidurnya cukup keras. Ia membuka kedua matanya malas, meliat kedua kaki dengan celana bahan berwarna abu-abu tepat di hadapannya sebelum suara tak asing menyadarkannya begitu saja.“Morning, sleepy head! I Though you're dead."Kiara terduduk kaget di ranjang saat menyadari senyuman dan tatapan jahil Kellan.“How was your sleep?”“This isn’t my room.”“True, this is my room. Again! Kau berakhir di kamarku setelah tidak sadarkan diri.”“Me? Tentu bukan aku kan yang berjalan sendiri ke sini?"“Absolutely. Jangan bilang lupa dengan apa yang terjadi semalam?”Kiara mencoba mengingat, namun yang ia ingat hanya ia pergi berpesta dan ia bersama Nathan. Ia bahkan tidak ingat bahwa ia melihat Kellan.“Wait! Aku pergi ke acara after party bersama Nathan. Then why did I end up with you? You’re not even there.”“Kau lupa?”

  • PARAMOUR   Chapter 19 : Apology

    Ting tung ting tung ting tungSatu ikat bunga peony memenuhi tangan Nathan yang kini sedang menunggu dengan gusar di depan pintu. Kegelisahan seperti memenuhi pikirannya tak kala Vivian yang biasanya begitu cepat membukakan pintu, kini harus membuatnya menunggu. Semua karena rasa bersalahnya, ia mengakui kesalahannya dan ia ingin menyelesaikan semuanya. Sekali lagi Nathan menekan bel yang membuat sosok di balik pintu itu membuka pintunya dengan senyuman kecut."Kau belum tidur?"Vivian lagi-lagi tersenyum seraya menggeleng. Senyum yang bahkan bisa Nathan artikan dengan baik."Aku tidak bisa tidur, masuklah," tutur Vivian yang berusaha bersikap sewajarnya seolah ia tak marah dan baik-baik saja. "Apa ini bunga Peonyku?"Anggukan Nathan membuat Vivian menunduk memeluk bunga miliknya, menatap bunga yang ia yakini sudah pria itu siapkan sejak tadi karena bunga yang terlihat sedikit layu."Kurasa tidak ada toko bunga yang buka selarut ini.""Aku sudah membelinya tadi siang, aku berencana dat

  • PARAMOUR   Bagian 18 : Drunk

    Suara musik berdentum begitu keras di telinga Nathan, ia tidak pernah tahu jika acara after party akan dikemas dengan cara seperti ini, cukup liar. After party yang lebih terlihat seperti sebuah pesta club malam dimana semua orang berpesta dan bersenang-senang seolah hanya hidup hanya untuk hari itu saja. Nathan menolak segala macam minuman karena kedua matanya terus menatap Kiara yang terlihat menikmati pesta, menari di lantai dansa bersama dengan para model pria dan wanita sembari membawa segelas minuman. Beberapa orang berpesta di kolam dengan bikini bahkan tak jarang ada beberapa orang yang sedang bermesraan sembari menghisap rokok bergantian. Suasana yang tidak nyaman bagi seorang Jonathan Carringtoon Lee yang merasa semua itu bukan dunianya. Dunianya terlalu tenang dibandingkan keadaan malam itu.Beberapa wanita terlihat mendekati Nathan karena memang pria itu begitu tampan dan menarik perhatian. Namun mentah-mentah Nathan menolak dan meminta para wanita yang mendekatinya untuk p

  • PARAMOUR   Bagian 17 : Let the Show Begin

    Degup jantung yang memburu membuat Vivian merasa panik karena gugup, udara yang mendadak terasa dingin membuat tubuhnya juga ikut terasa kaku. Berusaha mengatasi rasa gugupnya ia berjalan kesana-kemari untuk mengurangi semua ketegangan meskipun riasan telah menghiasi wajah sempurna Vivian malam itu, sangat cantik meskipun ia tak dapat tersenyum merasakan malam itu yang tak sesuai dengan harapan. Sesekali ia menatap deretan kursi penonton dari balik tirai, memastikan bahwa tempat yang ia pesan telah terisi dan tak lagi kosong."Get ready in ten minute!"Kedua jari-jari Vivian saling bertaut dan ia mulai terpejam untuk memohon banyak hal, hanya sepuluh menit yang terasa begitu cepat berlalu karena Nathan tak kunjung datang."Please please please Nathan please." Vivian terus berharap bahwa Nathan akan datang di menit-menit terakhir sebelum pertunjukannya dimulai."In five minute!"Vivian membuka kedua matanya dan kembali nenatap kursi kosong yang tak juga terisi oleh pemiliknya. Vivian m

  • PARAMOUR   Bagian 16 : I Need Your Help

    De Young Museum, adalah tempat yang paling Nathan ingin kunjungi selama di San Francisco, tujuannya adalah untuk menghadiri pameran koleksi graphic art Anderson dan membeli sebuah lukisan karya Umbereto Boccioni yang nantinya akan ia letakan di ruang makan. Ia berkeliling dan melihat satu per satu karya seni yang saat itu dipamerkan hingga hatinya tertarik kepada satu karya yang ia rasa mampu bersinergi dengan ruang makannya. Kepuasan tergambar di wajah tampan yang selalu tersenyum dengan kedua mata yang berbinar, ia jatuh cinta, jatuh cinta kepada sebuah karya seni yang membuatnya terbang ribuan mil hanya untuk menjemputnya dan membawanya pulang.Kegiatanya hari itu berakhir saat ia sudah membeli lukisan yang ia inginkan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi museum yang berdiri sejak tahun 1894 itu sembari menunggu jadwal selanjutnya yaitu menonton pertunjukkan Vivian. Banyak hal yang ia kagumi selama mengelilingi museum yang luas itu, bagaimana bagunannya yang terkesan un

  • PARAMOUR   Bagian 15 : Let Me Know

    Makan malam yang memuaskan itu berakhir membuat Vivian kekenyangan karena masakan Nathan yang sangat enak, berkali-kali Vivian memuji calon suaminya yang sangat lihai di dapur dan membuat makanan enak. Kini keduanya memutuskan untuk menikmati malam bersama di apartemen Vivian yang sengaja ayah Vivian beli untuk Vivian yang tinggal di San Fransisco.Dua gelas berkaki panjang berisi wine menjadi pendamping kedua orang yang sedang duduk di ruang santai sembari menatap langit malam dari jendela yang terbuka lebar. Mengobrol sembari bersandar di sofa berwarna biru muda yang nyaman dan cukup luas. Nathan yang tiba-tiba meletakan gelas wine-nya dan beranjak kembali dengan satu kotak obat yang membuat Vivian merasa tersentuh. Pria itu duduk di samping Vivian sebelum akhirnya merain kedua kaki Vivian untuk ia letakan di pangkuannya.“Aku tidak sengaja melihatnya.”Vivian hanya bisa tersenyum senang menerima perlakuan manis Nathan.“Terlihat sangat menyakitkan. Kau tidak melapisinya dengan toe p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status