Beranda / Romansa / PARAMOUR / Bagian 6 : Fever

Share

Bagian 6 : Fever

Penulis: bieunnie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-21 16:41:15

"I'm ok!”

Lirih suara itu tak mampu membuat Kellan percaya, Kiara yang kini sedang menyandarkan kepalanya lemah pun masih kesulitan bernapas dalam gendongan Kellan. Kellan acuh dan tak mendengarkan sepatah katapun yang keluar dari bibir Kiara karena ia merasa bersalah.

"Turunkan aku!”

“Kita harus ke rumah sakit.”

I’m ok.”

“Aku akan meminta petugas hotel memanggil dokter dan memeriksa keadaanmu.”

Kiara memejamkan kedua matanya karena kedua matanya yang terasa pedas, bersandar kepada pria yang hampir membuatnya mati sekaligus menyelamatkannya. Kiara tak lagi memiliki banyak kekuatan bahkan untuk berjalan kembali ke kamarnya, ia hampir saja mati beberapa menit yang lalu dan ia masih kehilangan sebagian jiwanya yang hilang di kolam.

Ting!

Pintu lift terbuka, Kellan berusaha tetap bersikap cool meskipun beberapa orang yang memasuki lift kini menatapnya heran. Bagaimana tidak, di saat semua tamu hotel berpakaian rapi, hanya Kiara dan Kellan yang tampak berantakan dengan tubuh dan pakaian basah.

"Lantai berapa?" Bisik Kellan pada Kiara yang terpejam dalam gendonganya, tidak ada jawaban sementara Kellan sendiri tidak tahu di kamar mana Kiara menginap.

Ia tak punya pilihan selain membawa wanita itu ke presidential suite miliknya, Kiara perlu memulihkan kondisi tubuh sebelum wanita itu menggigil kedinginan karena pakaian basah yang ia kenakan.

"Send me female officers, please! Now!" ucapnya di telepon dengan nada memerintah, ia menatap Kiara yang sedang berbaring di ranjangnya, masih dengan pakaian basah dan keadaan yang berantakan. Jujur saja Kellan ketakutan setengah mati melihat keadaan Kiara, ia merasa bersalah atas apa yang ia lakukan, terutama saat melihat wanita itu tenggelam dan sekarang terbaring di ranjangnya.

Tapi kenyataannya Kiara juga sering mencari gara-gara.

"Sepatunya memang membawa sial." Kellan mengomel sembari mengeringkan tubuh dan mengganti pakaianya di depan cermin. "Seandainya kau tidak melemparku dengan sepatu sialan itu, harga diriku tidak akan terluka sampai aku melakukan hal kekanakan seperti ini.”

Suara rintihan kecil Kiara nyatanya sampai ke telinga Kellan dan membuatnya terkejut, bertanya-tanya apakah mungkin Kiara mendengar apa yang baru saja ia katakan. Mengendap ia mencoba melihat keadaan Kiara yang tadinya tertidur dengan tenang kini mulai merintih dan bergidik. Wanita itu kedinginan karena masih menggunakan pakaian basah di dalam selimut.

"Oh sial!" Ia mengumpat karena petugas wanita yang ia minta tak kunjung datang. “Damn fuck!”

Ia berusaha membuka hoodie Kiara yang berat itu dan menyisakan pakaian dalam Kiara yang tak sanggup Kellan buka, Kiara yang tampank menggigil membuat Kellan merangsak naik ke atas ranjang dan segera memeluk Kiara tanpa berfikir panjang, menyelimuti tubuhnya dan Kiara dengan harapan ia bisa membantu menghagatkan tubuh kurus yang masih menggigil itu. Ia pikir mungkin dengan sebuah pelukan bisa membuat Kiara membaik. Di saat itu ia diam-diam menatap wajah Kiara yang tenggelam dalam selimut putihnya, memeluk erat dan sesekali kembali merapatkan selimut mereka.

"Nat—” Kellan mendekatkan ketelinganya ke wajah Kiara, hingga ia mendengar rintihan wanita itu. "Nathan—”

Nathan, adalah apa yang Kellan dengar, "He's not here."

Lagi-lagi Kiara tak bergeming, hanya menyisakan wajah terpejam di dalam pelukan nyaman Kellan yang sesekali memperhatikan. Hingga suara bell kamar membuyarkan semua tatapan Kellan yang tadinya hanya terkunci pada Kiara.

*****

NEW YORK

Alunan indah instrumen piano di malam hari itu menggugah hati Vivian yang sedang menikmati waktunya seorang diri di kamar. Ia tak bisa tertidur setelah terbangun di tengah malam dan nyatanya hal itu juga yang Nathan rasakan.

Senyum tersemat di wajah cantik Vivian saat ia membayangkan siapa sosok yang saat ini sedang meneduhkan hatinya dengan alunan indah piano yang mengisi rumah itu. Ya, Nathan pria yang membuatnya tak bisa berhenti tersenyum bahkan saat ia menatap bagaimana jari-jari pria itu bermain di atas tuts piano. Vivian merapatkan jubah tidurnya sebelum menghampiri Nathan yang sedang menikmati waktunya seorang diri dengan senyuman lebar. Entah apa yang dulu Vivian perbuat sampai ia diizinkan untuk bisa menatap wajah sempurna Nathan yang begitu ia kagumi, wajah yang selalu tersenyum hangat saat kedua matanya menemukan sosok Vivian.

"Kau terbangun, Baby?”

"Clair de lune, i knew this song sejak kau menekan tuts pertamamu.” Vivian duduk tepat di samping Nathan.

“Maaf aku membangunkanmu.”

"Tidak sama sekali, senang bisa mendengarmu memainkan lagu ini, karena instrumen ini sangat indah.”

"Kau pernah mendengarnya?" Vivian mengangguk.

"Clair de Lune memiliki makna yang begitu dalam, seperti manis dan pahit kehidupan. Selain tentang

sebuah cinta dan penantian, kesetiaan juga kepercayaan tercurah dalam kisah dibalik Clair de Lune."

"Seseorang yang bahagia dan selalu merindukan sinar rembulanya." tutur Nathan.

Vivian tersenyum.

"Aku tidak tahu banyak tentang musik klasik, tapi aku menyukai instrumen ini." tambah Nathan.

"Mendengarmu memainkan piano, membuatku berfikir tentang pernikahan kita. Kurasa akan sangat indah saat kita memainkan instrumen piano di hari pernikahan kita."

“Aku bisa memainkannya dan kau akan menari di sana. That will be greet.”

"Kita bisa memasukanya dalam wedding plan kita, banyak hal yang ingin aku urus setelah menyelesaikan pertunjukanku bulan depan.” Vivian mulai merangkul lengan pria itu lembut, menyadarkan kepalanya nyaman pada pundak yang kini menjadi miliknya, dan hanya miliknya. "Meskipun masih tahun depan, aku berharap waktu itu segera datang Nathan. Aku tidak sabar menyandang nama Lee dibelakang namaku."

"Ketika nama Lee menjadi milikmu, kau akan menjadi wanita sederhana setelah itu, bukan lagi seorang tuan putri Wang dan hanya seorang istri dari dokter bedah New York Presbyterian."

"Kinnda hot, i love it, kau tahu seberapa besar keinginanku untuk menghabiskan sisa hidupku denganmu?” Nathan terdiman, menatap dalam kedua mata Vivian yang sedang menatapnya.

"Kau orang yang aku pilih Nathan.”

Nathan tersenyum merasakan ketulusan dari ucapan Vivian yang menyentuh hatinya.

"New York dan San Fransisco memiliki jarak yang sangat jauh, seperti dua kutub magnet yang membuat kita sulit untuk bertemu tapi aku akan mengusahakan apapun agar kita bisa selalu bertemu."

"Bulan depan, aku berencana mengunjungi de Young Museum di California untuk melihat pameran karya seni Umbereto Boccioni.”

"Sungguh?" Nathan mengangguk "Maka luangkan sedikit waktumu untuk menonton pertunjukanku.”

"Tentu, that’s the main course, Baby." Nathan mencubit kecil hidung Vivian yang tersenyum bahagia. Kembali ia bersandar di pundak Nathan untuk menutupi wajahnya yang tersipu malu, keduanya tersenyum bersama menikmati kehangatan malam yang begitu mereka rindukan.

"Aku akan menyiapkan tempat yang bagus untukmu, tempat dimana aku bisa dengan mudah menemukanmu karena hanya kau satu-satunya orang yang ingin kulihat saat aku sedang melakukan hal yang paling aku cintai. Semua itu mengingatkanku dengan pertemuan pertama kita."

Pertemuanya dengan Vivian dua tahun lalu memang berawal dari pertunjukan ballet Vivian di San Fransisco saat wanita itu menjadi salah satu tokoh penting dalam pertunjukan Swan Lake, dan untuk kesekian kalinya ia kembali menonton pertunjukan ballet Vivian.

"Kali ini aku menjadi tokoh utama dalam pertunjukan The Sleeping Beauty.”

Nathan mencium kening Vivian yang membuat wanita itu mulai menatapnya dalam.

"Such a honor Princess Aurora, peran itu sangat cocok untukmu."

"Really?" Nathan mengangguk, "That's why, kau harus menontonya."

Dekat kedua mata Nathan menatap kedua mata jernih Vivian yang menatapnya teduh, mematung karena ia terus menemukan ketulusan di dalam kedua mata Vivian yang membuatnya tak bisa untuk nenyakiti wanita itu. Terlebih saat Vivian mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Nathan sekilas, ia tak bisa untuk menolak untuk membas ciuman itu lebih lama. Menggiring wanita itu untuk naik dan duduk ke pangkuannya sehingga ia mampu memberikan pelukan di tubuh kekasihnya yang mengalungkan kedua tangannya pada leher Nathan.

Ciuman yang semakin dalam, yang sesekali terjeda dengan senyuman mengantarkan mereka pada pemikiran tentang bagaimana mereka akan mengakhiri keintiman malam itu. Nathan meraih tubuh wanitanya, mengangkat sosok Vivian dalam gendongan kokoh dan membawanya ke kamar Vivian yang tersenyum senang. Dengan sedikit ciuman dan decap gairah Nathan meletakan tubuh wanita yang dicintainya itu di ranjang, membuka pakaiannya dan menindih wanita itu dengan kecupan di leher Vivian. Lenguh napas Vivian seperti membawanya terbang jauh ke awan, ia begitu menyukainya. Napas dan bibir itu membuatnya gila dan menginginkan lebih.

Ah! Nath, you made me feel like i’m the happiest girl in the world.”

Nathan kembali mencium bibir Vivian lembut, sampai sebuah panggilan yang membuat sakunya terus bergetar berakhir membuat mereka melepaskan tautan intim bibir mereka. Meraih ponselnya dari saku dan melihat siapa yang dini hari itu membuat panggilan.

"It’s Lilly, Kiara’s best friend, aku harus mengangkatnya.”

Vivian tersenyum kecewa, sebelum akhirnya memberi izin untuk Nathan pergi meninggalkanya dan lagi-lagi ia kembali menatap punggung Nathan menjauh dengan hasrat melayang di atas kepala.

******

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PARAMOUR   Bagian 10 : It's Me

    Berita pagi hari itu membuat Kiara panik dan segera menghubungi Lily, meskipun mungkin tak ada satupun penduduk Amerika Serikat yang tahu bahkan mengenali siapa sosok di balik foto yang disamarkan selain dirinya sendiri dan tentu Kellan. "WHAAAT!?""It was me Lilly, ME!"Kiara menggigit kuku jarinya dan berjaan mondar-mandir saat menghubungi Lilly."Kau tahu sendiri kan, tidak hanya kita berdua ada kau dan yang lainnya, he just drove us with his fucking Rolls Royce to the airport.""Ya, tapi masalahnya adalah tetap itu kau dan Kellan. Orang tidak peduli jika ada aku.""Lily? Bagaimana ini?""Ini akan menjadi bencana besar jika wajahmu dan Kellan terekspos. Kau bisa bayangkan berapa banyak pembencimu akan bertambah jika gosipmu dan Kellan mencuat? Beruntung wajahmu tidak terlihat.""Aku tidak mau tahu, kau harus mengurusnya! Aku berjanji akan menambahkan setengah gajimu jika kau berhasil menghentikan berita ini dan aku akan mengurangi setengah gajimu jika kau gagal!""Bagaimana bisa b

  • PARAMOUR   Bagian 9 : The Gossip

    “Kau yakin, Vivian?”“Ya, kau harus memastikan bahwa Kiara baik-baik saja. Aku bisa berangkat sendiri dan kau bisa menjaga Kiara.”Samar-samar percakapan antara Nathan dan Vivian itu Kiara dengar saat ia mulai membuka kedua matanya. Ia tak betul-betul ingat tentang kejadian semalam, karena samar ia seperti bermimpi melihat Nathan di sisinya."Lagi pula kita akan bertemu di California bukan? Kita bisa menghabiskan banyak waktu di sana.”Entah itu sebuah kabar baik atau buruk, Kiara seperti merasakan keduanya. Senang karena pada akhirnya seorang Vivian Wang akan meninggalkan New York, buruk karena sepertinya dua insan yang sedang dibutakan cinta itu membuat janji untuk bertemu di tempat lain.Kiara terbangun dan meminum satu gelas air yang tentu sudah Nathan siapkan di nakas. Meneguknya habis, karena ia merasa haus dan kelaparan. Namun rasa penasaran Kiara lebih besar, ia ingin mendengar lebih banyak lagi tentang percakapan dua orang yang mengganggu pikiran Kiara sejak tadi. Benar saja,

  • PARAMOUR   Bagian 8 : Comfort Zone

    Alasan terpintar sampai dengan terbodoh yang Kiara pikirkan pada akhirnya hanya membuat Kiara memilih cara terbodoh dengan mengunjungi tempat tinggal Nathan sesampainya ia di New York. Terlebih saat ia harus memelas di hadapan kakak laki-laki yang saat ini masih memandangnya bingung.Kiara berbaring di tempat tidur Nathan, masih dengan pakaian hangatnya dan juga selimut yang menutupi tubuhnya rapat."Saat Lily bilang kalian akan kembali setelah pemotretan selesai, aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini.""Semuanya berjalan dengan cepat dan lancar,” ucap Kiara sedikit panik. “Aku juga sudah menerima perawatan sebelum pemotretan.”“Then, why you were here? Tidak beristirahat di apartemen-mu.”“Karena … Lilly! Ya, Lilly! She’s busy with her job, so … she can’t take care of me.”“Oh! if that so, you can stay here.”Hati Kiara merasa tenang, ia tak perlu beralasan lagi karena Nathan percaya, terlebih ia merasa sedikit lega karena berhasil menghancurkan momen malam terakhir Nathan dan V

  • PARAMOUR   Bagian 8 : Dinner

    Sebuah makan malam yang telah Nathan siapkan terasa begitu spesial untuk wanita yang kini menyandang status sebagai tunangan Nathan Lee. Vivian tahu bahwa Nathan telah menyiapkan banyak hal ditengah kesibukannya sebagai seorang Dokter bedah, menyiapkan kejutan manis sebelum keduanya berpisah dalam waktu yang cukup lama, nyatanya semua itu sangat menyentuh hati vivian.Sengaja Nathan menata meja makan dengan bunga-bunga hidup kesukaan Vivian dan juga lilin yang kini menjadi sumber cahaya yang menyinari wajah keduanya yang duduk berhadapan. Bersyukur Manhattan tak pernah kehilangan cahaya di malam hari dan semua itu menjadi pendamping manis saat keduanya memutuskan meredupkan lampu ruang makan dan membuka jendela.Keduanya tertawa bersama, meneceritakan banyak hali-hal lucu bahkan tentang pekerjaan mereka. Saling menatap kagum dan menyimpan tatapan hangat sembari menyesap champangne bersama."Sekarang giliranmu, aku ingin tahu lebih banyak tentang keluargamu, Nath.""Kau sudah mengenal

  • PARAMOUR   Bagian 7 : Freaking rich

    “Ya, aku sudah menemukannya dalam keadaan demam tinggi— entah apa yang dia lakukan saat diam-diam menyelinap meninggalkan kamar hotelnya—“ Lilly melirik sekilas Kiara yang bersembunyi di balik selimut."Ya, kami akan kembali setelah pemotretan, kita tidak bisa membatalkan pemotretan begitu saja— ok, aku akan mengabarimu lagi nanti.”Lilly melempar dengan kesal ponselnya ke ranjang Kellan, tempat di mana Kiara tak menunjukkan batang hidungnya. "Kita harus ke rumah sakit sebentar sebelum pemotretanmu, kau harus mendapatkan perawatan sebelum pemotretan sore nanti."“Aku sudah meminta petugas hotel untuk memanggil seorang dokter dan perawat untuk datang ke sini.”“Seriously, what the hell is going on last night?” tanya Lilly frustrasi saat melihat Kellan muncul dari kamar mandi dengan setelan jas rapi sembari merapikan dasi. “Hanya bermain.” Kellan mengedipkan satu matanya pada Kiara yang memutar kedua bola matanya jengah.“Did you?” Lilly bertanya curiga saat menyadari Kiara mengenakan

  • PARAMOUR   Bagian 6 : Fever

    "I'm ok!”Lirih suara itu tak mampu membuat Kellan percaya, Kiara yang kini sedang menyandarkan kepalanya lemah pun masih kesulitan bernapas dalam gendongan Kellan. Kellan acuh dan tak mendengarkan sepatah katapun yang keluar dari bibir Kiara karena ia merasa bersalah."Turunkan aku!”“Kita harus ke rumah sakit.”“I’m ok.”“Aku akan meminta petugas hotel memanggil dokter dan memeriksa keadaanmu.”Kiara memejamkan kedua matanya karena kedua matanya yang terasa pedas, bersandar kepada pria yang hampir membuatnya mati sekaligus menyelamatkannya. Kiara tak lagi memiliki banyak kekuatan bahkan untuk berjalan kembali ke kamarnya, ia hampir saja mati beberapa menit yang lalu dan ia masih kehilangan sebagian jiwanya yang hilang di kolam.Ting!Pintu lift terbuka, Kellan berusaha tetap bersikap cool meskipun beberapa orang yang memasuki lift kini menatapnya heran. Bagaimana tidak, di saat semua tamu hotel berpakaian rapi, hanya Kiara dan Kellan yang tampak berantakan dengan tubuh dan pakaian b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status