Kiara bangun sejak adzan subuh berkumandang. Ia segera mandi dan melakukan ibadah dua raka'at kemudian langsung menuju kamar Khairani. Ibunya ternyata sudah bangun dan sedang menjalankan salat. Kiara pun menunggu hingga Khairani selesai. Ketika ia melihat sang ibu sudah selesai barulah ia mendekat dan memeluknya.
"Ada apa, Nak? Kau tidak bersiap-siap? Dandanlah yang cantik, bukankah keluarga nak Kevin akan datang pukul delapan pagi?" tanya Khairani.
"Aku masih takut, Bu."
Khairani tersenyum dan mengecup kening Kiara dengan lembut.
"Semua akan baik-baik saja. Sekarang bersiaplah, Ibu juga akan bersiap," kata Khairani. Kiara pun mengangguk patuh.
Dengan mengenakan tulle dress berwarna pastel, Kiara tampil sempurna.Detail embroidery warna gold pada bagian depan dress semakin memberikan kesan tampilan yang elegan kepada gadis itu. Ia juga menge
Pada akhirnya hari itu tiba juga. Sejak sore hari Kevin sudah menyuruh supir untuk menjemput dan membawa Kiara ke hotel tempat di mana mereka akan menikah besok. Kiara dan ibunya hanya bisa melongo saat orang suruhan Kevin membawa mereka ke suite room yang berada di lantai 4."Semuanya sudah dipersiapkan oleh Pak Kevin. Penata rias Mbak Kiara juga sudah ada di sini. Jadi, besok pagi dia akan datang ke kamar ini dan membuat penampilan Mbak Kiara jadi seperti ratu." Kiara hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih."Kevin sudah menghubungi?" tanya Khairani."Tidak usah ditanyakan, Bu. Nanti juga dia tiba-tiba muncul,"jawab Kiara membuat Khairani gemas."Kamu itu, dia kan calon suamimu.""Iya, Bu. Kiara tau dia adalah calon suami Kiara. Tapi, dia itu terkadang menyebalkan sekali," jawab Kiara."Kamu mencintainya?" tanya Khairani lagi. Kiara terdiam, cinta? Jelas tidak, seja
"Bagaimana para saksi, sah?""SAH""SAH" Dengan terdengarnya ucapan kata 'sah' ,maka sah-lah Kiara menyandang gelar sebagai nyonya Kevin. Setelah sungkem dan meminta doa kepada ibu masing-masing, Kiara pun mencium punggung tangan Kevin sebagai bakti seorang istri pada suaminya."Setelah ini kita masih harus memainkan sandiwara di pesta resepsi. Jadi, tolong persiapkan dirimu, ingat bahwa selain keluarga besarku dan juga klien. Akan ada para pemburu berita yang dengan senang hati meliput acara pernikahanku," kata Kevin di telinga Kiara. Kiara hanya tersenyum dan membalasnya dengan satu kecupan kecil di pipi Kevin. Melihat begitu mesra Kevin dan Kiara membuat Aulia dan Khairani tersenyum senang."Kalau melihat kemesraan mereka aku yakin kita akan segera menimang cucu, Jeng," ujar Aulia kepada Khairani."Insya Allah, kita doakan saja supaya pernikahan mereka menjadi pernikahan yang sak
Kiara menatap bayangan wajahnya lewat cermin, sudah hampir tiga puluh menit ia berada di dalam kamar mandi. Pesta resepsi sudah berakhir sejak satu jam yang lalu. Kiara dan Kevin saat ini berada di kamar hotel yang sudah di hias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin."Kiara, kamu masih hidup? Nggak ada niat bunuh diri,kan?" Terdengar suara Kevin dari luar. Hih, Kiara mendengus sebal, bagaimana bisa lelaki menyebalkan itu menjadi suaminya. Gadis cantik itu pun bergegas keluar. Kevin yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil menonton televisi hanya menoleh lalu kembali asik dengan film yang sedang ia tonton. Sementara Kiara yang sudah mengantuk dengan sedikit ragu merebahkan tubuh di atas tempat tidur."Kamu mau tidur?" tanya Kevin tanpa menoleh. Kiara menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kesal."Lalu, aku harusnya ngapain, Mas?" tanyanya balik."Ini malam pertama kita," ucap Kev
Kiara mendengus sebal,kenapa juga semalam mereka harus tidur berpelukan."Kamu sebenarnya mencintai aku, kan?" kata Kevin dengan penuh percaya diri. Kiara melotot kesal sambil bergidik."Seandainya lelaki di dunia ini hanya tinggal dirimu, aku lebih baik tidak menikah," jawab Kiara tanpa berpikir. Jelas saja itu hanya membuat Kevin tertawa keras."Oya? Tapi, buktinya kamu sekarang sudah sah menjadi istriku," tukas Kevin sambil mencondongkan tubuh sehingga saat ini tubuh Kiara berada di bawahnya. Dalam posisi seperti itu, Kiara hanya dapat memejamkan mata. Jika Kevin ingin meminta hak nya sekali pun, Kiara tidak akan bisa protes. Melihat Kiara yang memejamkan mata sambil komat kamit membuat Kevin mengulum senyum. Tapi, sebagai seorang lelaki normal, Kevin merasa kagum dengan kecantikan Kiara. Wajah polos itu begitu tampak alami tanpa pulasan make-up sedikit pun. Bibirnya yang mungil merah mere
Melihat Kevin yang berjalan mendekat, secara refleks Kiara berjalan mundur hingga ia menabrak tembok. Kiara panik, saat ini posisinya terjepit sudah."Kamu sengaja memakai handuk begitu? Apa kamu mau aku sentuh? Sudah siap memberikan hakku sebagai suami?""Jangan mimpi," kata Kiara sambil berusaha mendorong tubuh Kevin. Sayangnya saat ia mendorong Kevin handuknya justru terlepas dan memperlihatkan tubuhnya yang putih mulus. Lelaki mana pun akan tergoda jika melihat pemandangan yang sedikit memacu adrenalin. Termasuk Kevin, sebagai lelaki normal ia juga memiliki nafsu. Terlebih ikan segar di hadapannya ini seolah memancing untuk diterkam. Tanpa menunggu lebih lama, Kevin menarik tubuh Kiara dan mengecup bibir merah sang istri. Awalnya Kiara berusaha menolak, tetapi ciuman Kevin ternyata sangat memabukkan. Gadis itu pun larut, ia pasrah saat Kevin menggendong dan meletakkan tubuhnya di atas ranjang.&
"Jangan pikir jika aku melakukan yang tadi karena aku mencintaimu, Kiara. Aku melakukan hal itu karena memang itu adalah kewajibanmu sebagai seorang istri, melayani suaminya," kata Kevin. Harga diri Kiara jatuh seketika, tadi untuk beberapa saat ia merasa sangat dicintai. Namun, dalam sekejab mata Kevin menjatuhkan semuanya hingga ke dasar yang paling rendah."Saya tidak lupa, anda menikahi saya sebagai alat pembayaran utang." Seketika itu juga entah mengapa Kevin merasa sakit. Sekilas ia melihat kekecewaan yang mendalam di wajah Kiara. Melihat hal itu ia merasa sangat bersalah, terlebih saat melihat air mata Kiara menetes."HEH! Ingat satu hal, Kiara. Kamu itu istri saya! Apa pun alasanku menikahi dirimu, kamu adalah istri sahku!" hardik Kevin menutupi perasaan bersalahnya. Namun, hati Kiara terlanjur luka dan sakit. Ia tidak menggubris dan menjawab perkataan suaminya lagi. M
Kevin benar-benar membawa Kiara ke Pulau Gili Trawangan Lombok. Anak buah Kevin sudah memesan kamar yang terbaik bagi mereka di Villa Almarik Resort Gili Trawangan. Gili Trawanganadalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil ataugiliyang terdapat di sebelah barat lautLombok. Trawangan juga satu-satunyagili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Kelebihan Gili Trawangan dibandingkan dengan pantai lain adalah kita dapat menikmati sunset dan juga sunrise sekaligus di pantai ini. Hal ini terjadi karena Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap timur dan menghadap barat, dan jaraknya tidak terlalu jauh. Sehingga baik sunrise maupun sunset dapat dinikmati di pantai ini. Kiara yang merasa sangat kagum dengan keindahan pantai Gili memutuskan untuk berteriak dalam hati saja. Sementara wajahnya tampak datar tanpa ekspresi. Hal itu
Kevin menghela napas panjang, "Aku minta maaf jika selama ini mungkin aku bersikap keras selama aku menjadi bosmu.""Ak-aku ...." Lidah Kiara terasa kelu, untuk pertama kali seumur hidup ia mengenal Kevin baru kali ini ia mendengar Kevin meminta maaf. Kevin menoleh dan merengkuh tubuh Kiara ke dalam pelukannya."Mas sehat? Baik-baik saja, kan?" Tawa Kevin meledak seketika mendengar pertanyaan Kiara."Aku baik-baik saja, sayang."Kiara bertambah bingung, ia mendongak dan menatap suaminya tak percaya.Apa dia bilang tadi? sayang?batin Kiara bertanya. Melihat kebingungan di wajah Kiara, Kevin hanya tertawa kecil. Tanpa Kiara duga, Kevin mengecup bibirnya dengan sangat lembut."Aku mencintaimu, Kiara.""Mas benar-benar salah makan," kata Kiara dengan tatapan panik."Aku baik-baik saja," jawab Kevin mempererat pelukannya.&