Share

Bab. 7

Penulis: Leend Syahidah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-15 08:46:23

Setelah selesai mengisikan nasi dan lauk untuk Sofia, Kirani bersiap untuk mengajak anak itu mencari kursi yang tak jauh dari meja prasmanan. Namun saat dirinya berbalik, hampir saja ia menabrak dada bidang seseorang pria. Pria itu memang sengaja berdiri tepat di belakang Kirani tadi, ia tak tahan untuk mengajak wanita ini berbicara. walau hanya sekadar bertanya kabar.

Namun insiden yang terjadi barusan, membuat angan Kirani sedikit melayang. Meski tahun-tahun telah berlalu, namun aroma mint bercampur sandalwood dari salah satu merk parfum ternama, masih jelas di indra penciuman Kirani. Aroma ini dulu yang membuat angannya melayang. Aroma ini dulu yang akan menyatu dengan aroma vanila musk yang menguar dari tubuhnya di malam-malam hangat yang penuh cinta. Aroma ini ini mengingatkannya pada…

“Saya juga lapar, Bunda!” suara berat itu menginterupsi lamunan angan Kirani. Suara itu, aroma parfum ini, adalah milik orang yang sama. Orang yang delapan tahun lalu mendekapnya penuh hangat juga memberinya luka yang menganga.

Hampir saja hidung bangir Kirani menabrak dada yang tertutup jas abu-abu itu. sejenak Kirani mendongak menatap pemilik suara itu.

“Oh maaf, Mas. silahkan.” Kirani bergeser memberi ruang pada Danu yang sengaja berdiri tadi di belakangnya, kemudian Kirani melangkah dengan sambil menunduk.

“Beri aku waktu sebentar saja, Ran. Lima menit saja, izinkan aku berbicara denganmu,” pinta Danu saat ia berhasil menahan siku kiri Kirani.

Tak ingin menjadi pusat perhatian orang banyak, Kirani pun mengangguk. Meski sejak tadi Ayah Sofia sudah memperhatikan mereka, terutama gerak gerik Danu. Abdul Gani tak tahu siapa pria yang mendekati bunda Kirani, namun ia sedikit merasa tak suka.

Kemudian Danu mengikuti langkah kirani yang duduk di sebelah Sofia. Entah mengapa anak ini sedikit tak suka dengan kehadiran om-om yang mengikuti bunda Kirani.

“Apa yang ingin dibicarakan, Mas?” tanya Kirani begitu sopan. Tangannya pun sambil menyuapi Sofia yang duduk di sebelah kirinya.

Sementara dari atas pelaminan, nampak Fatma dan Firman sesekali memperhatikan ke arah mereka. Firman pun belum tahu kalau Kirani adalah mantan istri dari atasannya.

“Maaf, mengganggumu sebentar. Bagaimana kabarmu?” tanya Danu sambil melirik wajah ayu yang nampak semakin cantik dimatanya.

“Alhamdulillah, baik, Mas.” jawab Kirani pelan. Wanita ini pun tak balik bertanya.

“Apa pernah lihat kuburan anak kita?” tanya Danu lagi.

“Sudah agak lama nggak pergi, Mas. selain cukup jauh, juga karna aku kerja di TK swasta, sorenya aku ngajar ngaji, Mas.”

“Kamu, ngajar?”

“Nggak, Mas. staf administrasi saja, kalau ngajar harus minimal D.3 Mas. aku kan, hanya lulus SMU.”

Kirani memang tak kuliah, selain biaya yang terbatas dari orang tuanya yang hanya petani juga karna cepat menikah. Setelah menikah dengan Danu pun, ia hanya fokus mengurus rumah tangga dan suaminya kala itu.

“Kamu, kerasan kerja begitu?” Danu masih bertanya. Apa saja yang ia tanya, hanya agar ia bisa mendengar suara wanita ini.

“Insya Allah kerasan, Mas. aku bisa bertemu anak-anak dan rekan-rekan guru, juga orang tua murid. Bisa sedikit mengobati rasa rinduku pada anakku dulu,” jelas Kirani.

“Maafkan, aku.” Danu menunduk.

“Tidak apa-apa, sudah berlalu.” Kirani membalas dengan tegar.

“Bagaimana dengan gajinya, apa cukup, Ran?” tanya Danu lagi. Sebenarnya Danu ingin memberikan nafkah untuk Kirani, selagi mantan istrinya itu belum menikah, namun dengan sopan Kirani menolak. Sebab ia pun tak ingin nafkah itu nanti jadi masalah bagi keluarga baru Danu.

“Alhamdulillah saya, cukup-cukupkan, Mas.”

Sebenarnya Kirani juga membuka usaha kelontong kecil-kecilan di rumahnya. Kebetulan ia masuk sekolah hanya sampai jam 12 saja, pun Cuma sampai hari jum’at. Tak banyak yang di jual, hanya yang penting-penting saja. seperti bumbu dapur, detergen, sabun mandi juga jajanan. Halaman samping rumahnya yang luas, digunakan Fatma, Hartini dan Kirani untuk membuka TPQ. Alhamdulillah muridnya cukup banyak. Mereka pun tak dikenakan biaya, hanya infaq semampu dan seiklasnya.

Dari gaji sebagai staf administrasi sekolah dan hasil usaha kelontong lah Kirani menghidupi dirinya. Kadang-kadanga kalau sempat, Kirani akan membuat keripik dan donat kemudian dititipkan di warung sekolah. Untuk beras, tak perlu khawatir, alhamdulillah, meski tinggal di desa, namun orang tua Kirani meninggalkan warisan sawah tiga petak. Semuanya digarap oleh paman Kirani dari pihak ibunya. Hasilnya dibagi dua. Itu  sudah lebih dari cukup untuk Kirani yang memang sudah hidup sederhana dari dulu.

Lima menit yang Danu minta sudah hampir berlalu, namun pria ini rasanya enggan beranjak. Ada yang harus Danu beritahukan pada Kirani. Hal penting dalam hidupnya, meski mungkin terlalu cepat namun Danu, tak ingin semua semakin terlambat.

“Rani!” Danu menyebut nama itu.

“Ya,” Kirani menoleh sebentar namun tak menatap wajah mantan suaminya.

“ Apa masih ada perasaan kamu untuk, aku?” Danu bertanya sekaligus berharap.

Sejenak Kirani memejam mata, menetralkan degupan jantungnya yang berubah sedikit cepat. Ia tak menyangka mantan suaminya akan menanyakan hal ini. sementara sendok yang berisi makanan untuk ia suapkan ke Sofia, belum juga berpindah tempat dari piring melamin putih itu.

“Saya tidak mungkin menyukai suami orang, Mas. saya pernah tahu rasanya dikhianati.” Jawab kirani dengan pelan. Meski hatinya sedikit tak jujur namun, ia tak ingin mengulang luka dan cerita yang sama.

“Herda selingkuh!, anak yang dilahirkan bukan anak aku. Dia hanya menjebakku, Ran!”penuh emosi dan penekanan. Danu menjelaskan dengan cepat. Berharap Kirani memberinya kesempatan kedua. “Dia hanya ingin melihat kita berpisah, Ran.” Danu melanjutkan dengan pelan. Tersadar bila emosinya hampir tak terkontrol.

Kirani cukup terkejut, bukankah perempuan itu dulu begitu tergila-gila. Bahkan ia sempat mengirimkan foto-foti dirinya dan Danu di sebuah hotel, juga bukti transfer uang yang tak sedikit.

“Maaf, Mas. itu urusan, Mas dan dia, bukan urusanku lagi. Kisah kita sudah selesai.” Ada kaca yang mengaburkan pandangan itu. kaca embun yang tiba-tiba datang mengumpal hampir saja terjatuh jika tak ada kelingking yang menghapus dengan cepat. Dan semua itu Danu lihat.

“Aku mohon, Ran! Beri aku kesempatan, aku ingin kita kembali.” Penuh harap dan emosi jiwa Danu mengucap itu. raut wajahnya pun nampak seperti orang gusar. Beberapa rekan kerja bahkan memeprhatikan mereka, dan ada dua rekan kerja senior yang menyadari siapa perempuan yang Danu ajak bicara. Mereka tahu Kirani adalah mantan istri rekan mereka.

“Silahkan makan dulu, Mas. aku masih harus bantu-bantu dulu!” Kirani rasanya ingin pulang saja. ia tak menyangka hari ini perasaannya kembali di koyak masa lalu yang tiba-tiba hadir.

“Ran,”

“Makan dulu, Mas!” bergetar suara Kirani.

“Aku kangen sama, kamu.” Ia tatap wajah yang sudah sedikit memerah itu.

“Aku nggak, Mas!”

Namun senyum tiba-tiba terbit di wajah Danu. Senyum yang rasanya sudah lama tak menghiasi wajah berhiaskan brewok kasar yang selalu tercukur rapi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ma E
Emang susah kalo emang Kirani cinta pertamanya Danu walau dikhianati tetap dlm hati masih tersimpan rasa itu betulkan ran....
goodnovel comment avatar
Scolastika Susetyani
sungguh sangat tolol & bodoh kalau sampai Kirani masih menerima serta balik lagi ke dalam pelukan Danu............
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
bodohnya klo masih mau sma manusia sampah kyk danu, kyk gk laku aja jgn bodoh lah rani
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 85_Extra Part Keenan dan Alya

    Waktu berjalan begitu pantas dan berlalu tanpa bisa dihentikan. Masa-masa derita, sakit hati, kecewa dan air mata kini berganti tawa bahagia. Meski luka itu tetap meninggalkan bekasnya. Namun duka itu sebisa mungkin tak diingat-ingat lagi oleh Sofia dan Arbi. Pun dengan Kirani yang sudah terlebih dahulu memaafka luka masa lalu yang dulu membuatnya menangis kecewa. “Nenek sudah makan?” Davka yang sudah kelas lima SD menghampiri Kirani yang terlihat sedang menjahit sebuah jaket berwarna coklat tua. “Sudah, tadi ibumu sudah bawakan nenek ubi jalar rebus. Nenek sudah dua hari tak makan nasi, ibumu yang melarang.” “Karna mama bilang, gula darah nenek tinggi lagi!” Davka memperhatikan jaket coklat yang sering digunakan neneknya akhir-akhir ini. Terlihat ada tiga bekas jahitan pada baju hangat itu. “Nenek, kayanya suka sekali dengan jaket kakek ini?” “Ya, suka sekali. Kakekmu itu baik dan sangat sayang pada nenek.” Bukan sekali dua kali Kirani menceritakan tentang Gani pada cucu mere

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 84

    “Kok, begitu liatnya, Mas?” Kening lebat Sofia berkedut heran, melihat Arbi menatapnya seolah tak berkedip. Baju dinas belum sempat Sofia lepas, bahkan rambut panjangnya hanya dicepol asal. Sofia sedikit terlambat pulang, siang ini. Membuatnya harus terburu mengeluarkan bahan makanan dari kulkas. Ia ingat suaminya pasti belum makan siang. Tinggal di desa seperti ini, tak seperti di kota, bila lapar bisa lari ke warung makan yang bertebaran dimana-dimana. Di sini, belum banyak yang menjual makanan masak. Hanya ada bakso, ayam crispy dan jajanan cilok dan sejenisnya. Penampilan berantakan itu malah membuat Sofia semakin terlihat cantik. Wajahnya terlihat bersinar. Bisa jadi karna efek KB juga. Sofia tak ingin kecolongan. Setelah memastikan dirinya tak hamil, segera saja ia meminta suntik KB satu bulan. Mungkin Kbnya cocok di tubuh Sofia. Ia tak merasa pusing atau keluhan lainnya. Lagian masa lalu yang menyakitkan itu membuatnya masih takut untuk memberi adik lagi pada Davka. Arbi me

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 83

    “Fia,”“Y-ya, Mas!”Rasanya begitu gugup. Bukan hanya Sofia, tapi juga Arbi. Benar-benar canggung. Bahkan debaran itu semakin menggila saat Arbi melihat lagi rambut sebahu istrinya yang begitu indah. Bertahun-tahun baru ia melihat mahkota legam itu lagi. Ditambah dengan Sofia yang masih menggunakan baju mandi saja, membuat Arbi semakin, ah ...Tak jadi masuk, Arbi malah keluar lagi, mengganti lampu di ruang TV dengan yang lebih redup.“Huf! Selamat,” batin Sofia.Namun ...“Lho kok dimatiin lampunya, Mas?”Arbi masuk lagi, mematikan lampu kamar. Namun pintu kamar ia buka sedikit agar tetap bisa mengawasi Davka yang sedang tertidur di depan. Ingin tidur di kamar ini juga tak bisa, sebab kasurnya hanya muat untuk dua orang. Memang malam ini mereka harus tidur bertiga di depan tv. Namun, Arbi ada keinginan sendiri yang tak bisa ditunda. Melihat penampilan Sofia tadi membuatnya seketika on fire.“Mas kangen banget sama, kamu!”Arbi mendekat, bahkan langsung memeluk. Mendekap tubuh itu d

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 82

    Sofia tergugu dalam isak tangisnya. Ini bukan tangis kesedihan lagi. Namun ini tangis keikhlasan. Keikhlasan yang membawanya kembali pada jodoh pertamanya.Ingin sekali rasanya Arbi memeluk tubuh terguncang itu, tapi disini ada bunda Kiran, dan tentu Sofia tak ingin disentuh terlalu jauh, sebab keduanya belum menjadi muhrim lagi.Antara bahagia dan sedih, juga rasa khawatir menyatu, mengepung benak perempuan tiga puluh tiga tahun ini. “Mama, maukah mama maafkan papa, biar papa bisa bobo sama kita disini?”Davka berdiri dengan sebuah kotak cincin sederhana di belakang Sofia yang sedang mengusap air mata yang tak ingin berhenti.Pertanyaan yang sudah diajarkan Arbi berulang kali tadi pada sang putra sebelum mereka masuk ke dapur menemui Sofia yang sedang menghapus air matanya yang tak ingin berhenti.Pernyataan Arbi tadi bila akan menikah, membuat hatinya nelangsa dan semakin hilang separuh rasanya.“Eh, Avka. Apa itu, Nak? Kembalikan sama papa.” Jujur hati Sofia sedikit tercubit, meli

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 81

    Arbi yang dulu selingkuh, Arbi pula yang merasa kecewa. Keputusan Sofia yang belum ingin membuka hatinya kembali, cukup membuat Arbi merasa kecewa, sekaligus takut. Mengapa kecewa?Sebab Arbi merasa Sofia bukan hanya sedang menghukum dirinya, tapi juga sedang menghukum Davka yang begitu ingin melihat mama papanya tinggal serumah.“Kamu nggak, kasihan sama Davka, kah?”“Nanti pasti akan mengerti, Mas.”Sofia selalu yakin bila suatu hari Davka akan mengerti tentang kondisi orang tuanya yang tak sudah tak bersama. Kelak pun akan diceritakannya pada putranya itu bila, papa mamanya sudah berpisah sebelum dirinya dilahirkan.“Kok, papa nggak pernah bobo sama kita, Ma?” Pertanyaan polos seperti itu bukan satu dua kali meluncur dari bocah tampan berhidung mangir mirip ayahnya. Namun Sofia menguatkan hati, selalu mencari jawaban yang tepat, agar sang putra tak merasa sedih.“Papa kan, kerja, Nak. Jadi tidak bisa tinggal disini.”“Papanya Nanda juga kerja, tapi selalu diantar ngaji sama papa m

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab. 80

    Masa sudah berlalu. Siang dan malam berkejaran laksana busur panah yang tak bisa dihentikan. Musim penghujan pun berganti dengan kemarau yang cukup panjang. Violetta menatap jauh kebawah sana. Pemadangan hijau nan asri begitu menyejukkan mata. Ia berdiri di balkon villa milik ibunya. Membelakangi Adam yang tampak begitu berharap padanya.“Mengapa menutup diri terlalu kuat, Vio. Apa tak ada cinta sedikit pun di hatimu untuk aku?”“Rasa mungkin bisa dipupuk kembali, Mas. tapi restu yang utama, kan? aku ini janda dan punya masa lalu yang cukup buruk. Menikah tanpa restu sudah pernah kurasakan. Dan akhirnya begitu sakit.”Violetta tersenyum kecut. Perasaannya untuk Arbi belum hilang sepenuhnya. Bukan hanya perasaan cinta, tapi juga ada dendam yang masih belum tuntas. Violetta cukup terharu, melihat kesungguhan di mata Adam. Namun Violetta juga tahu, jalannya bersama lelaki ini tidak akan semudah keinginan pria bermata tajam ini. Violetta mendekat mengelus cambang kasar yang tumbuh di s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status