Share

KEMBALI DIABAIKAN

BAB 2

KEMBALI DIABAIKAN

Dengan sigap, Kamila meraih tubuh kecil putrinya, lalu mendekapnya dengan erat.

“Tega kamu, Mas. Dia putrimu, Mas, darah dagingmu!” seru Kamila. Dia tidak terima diperlakukan buruk meskipun oleh ayahnya sendiri.

“Makanya, didik anakmu yang bener,jangan dimanja!” Usai mengatakan hal itu, Adrian segera melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.

‘Awas kamu, Mas. Aku pasti akan membalas perbuatanmu. Kamu boleh menyakiti aku, tapi sekali kamu menyakiti anakku, aku tidak akan tinggal diam. Cukup sudah selama ini aku mengalah sama kalian, setelah ini tidak akan ada lagi Kamila yang polos yang bisa diinjak-injak,’ ujarnya dalam hati dengan geram.

Dengan hati penuh luka, Kamila membopong tubuh putrinya, lalu mendudukkannya di kursi di depan televisi.

“Sayang, kamu tunggu disini sebentar ya, Ibu ambilkan obat!” ujar Kamila dengan lembut. Yasmin pun menganggukkan kepalanya di sela isak tangisnya. Kamila bergegas mengambil peralatan di kotak obat, setelah itu dia pun segera kembali. Dia tidak tega meninggalkan putrinya terlalu lama.

“Ibu!” ujar Yasmin setelah tangisnya sudah agak reda.

“Ada apa, Sayang?” sahut Kamila tanpa menghentikan aktivitasnya mengobati luka goresan di lutut putrinya.

“Apa aku anak yang nakal?” tanya Yasmin.

“Lho, kenapa tanya seperti itu?” Kamila bertanya balik dengan keheranan.

“Buktinya ayah tidak sayang sama aku. Kata Tante Karin itu karena aku anak yang nakal,” ujar Yasmin dengan mimik wajah sedih.

Kamila menghela nafas panjang sejenak, lalu mendekap tubuh putrinya usai mengobati lukanya.

“Sayang, dengarkan Ibu. Kamu itu anak yang sangat baik dan berbakti. Kamu juga anak yang shalehah. Jadi, jangan dengarkan apa kata orang ya!”

“Tapi ... kenapa ayah tidak sayang sama aku?” tanya Yasmin lagi dengan mimik wajah sedih.

“Sudahlah, yang terpenting kan ibu sayang banget sama Yasmin. Oh ya, Yasmin sudah lapar belum? Mau Ibu ambilkan makan?” tanya Kamila mengalihkan pembicaraan.

“Memangnya ibu masak apa tadi?” tanya Yasmin balik.

“Ibu masak ayam goreng spesial untuk anak ibu tercinta ini.”

“Yey ... ayam goreng. Aku mau makan sekarang, Bu.”

“Ya sudah, tunggu disini ya, ibu ambilkan dulu.”

Kamila tidak berbohong. Dia memang membuatkan ayam goreng khusus putrinya. Meskipun suaminya pelit dan perhitungan, namun dia tidak rela jika putrinya kurang gizi. Meskipun putrinya tidak pernah memilih-milih makanan, namun sesekali dia juga ingin memberikan makanan favorit putrinya tersebut. Biarlah dia hanya berlaukkan tahu dan tempe, bahkan terkadang hanya dengan sambal asalkan putrinya tidak sampai kekurangan gizi.

Sementara itu, di rumah mertuanya, Adrian sedang menikmati makan malamnya dengan berlaukkan rendang.

“Kamu setiap hari makan disini. Apa istrimu tidak pernah masak?” tanya ibunya.

“Mila setiap hari masak tahu sama tempe, bu, bosan!” sahut Adrian.

“Istrimu itu memang pelit. Dikemanakan saja uang yang kamu berikan sama dia, masak kok cuma gitu-gitu doang,” omel ibunya.

“Entahlah, bu, itu saja dia selalu mengomel kalau uangnya kurang.”

“Jangan ditambahi, bisa ngelunjak dia. Dengan uang segitu, seharusnya dia bisa sudah bisa menabung.”

“Itu dia, Bu, aku juga heran dibuatnya,” sahut Adrian seraya kembali mengambil lauk yang tersisa di meja. Ibunya menatap tingkah putranya tersebut seraya menghela nafas panjang.

“Setiap hari kamu makan disini. Jangan lupa jatah bulanan ibu ditambahi!”

“Tenang saja, Bu. Nanti aku transfer lagi.”

“Beneran ya. awas kalau bohong.”

“Iya, mana berani sih aku bohong sama ibu,” sahut Adrian. Ajeng tersenyum puas mendengar jawaban putranya tersebut. Tidak sia-sia dia berjuang menyekolahkan anak lelakinya hingga sarjana karena setelah bekerja dia bisa memenuhi semua kebutuhannya.

“Oh ya, besok kita jadi kan piknik ke pantai?” tanya ibunya.

“Jadi dong, Bu. Pokoknya kalian siap-siap saja, setelah sarapan kita berangkat,” sahut Adrian.

“Mila sama Yasmin gak usah diajak, menuh-menuhin mobil aja!” ujar Ibunya.

“iya, Bu. Aku juga malas ngajak mereka.”

“Makanya, dikasih tahu orang tua itu didengarkan. Sejak awal kan ibu sudah tidak setuju kamu nikah sama dia, ngeyel sih.”

“Mau bagaimana lagi, Bu? Namanya juga orang lagi jatuh cinta,” sahut Adrian membela diri.

“Makan itu cinta,” ejek Ajeng seraya mencebikkan bibirnya.

Keesokan harinya, saat sedang bersiap, tiba-tiba Karin dan Keisya masuk ke dalam rumah.

“Om Adrian, ayo kita berangkat sekarang. Aku sudah tidak sabar jalan-jalan ke pantai!” seru Keisya.

“Siapa yang mau jalan-jalan ke pantai?” tanya Yasmin dengan wajah polosnya.

“Tentu saja kami semua, tapi kamu tidak diajak. Weeek!” ujar Keisya mengejek Yasmin.

“Ayo kita berangkat!” sahut Adrian.

“Ayah, aku juga mau ikut!” rengek Yasmin.

“Kamu di rumah saja sama ibumu.” Usai mengatakan hal itu, Adrian segera melangkah masuk ke dalam mobil dengan diikuti oleh Karin dan putrinya.

“Ayah ... aku ikut! Aku juga pengen jalan-jalan ke pantai. Aku kan belum pernah lihat pantai!” seru Yasmin dengan tangis tertahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status