Share

PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU
PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU
Author: Rara Qumaira

STATUS IPAR DAN MERTUA

BAB 1

STATUS IPAR DAN MERTUA

[Terima kasih hadiahnya, Om Adrian. Keisya seneng banget deh!] Sebuah status di aplikasi perpesanan milik kakak iparnya. Dalam status tersebut terlihat Keisya, putri kakak iparnya tersebut tengah memeluk boneka beruang berwarna pink.

Kamila menatap status tersebut dengan perasaan nelangsa. Pasalnya, sudah sejak bulan lalu putrinya merengek meminta dibelikan boneka seperti itu, namun tak kunjung dibelikan. Yasmin meminta dibelikan boneka seperti itu agar bisa bermain boneka-bonekaan bersama teman-temannya. Di antara teman-temannya, hanya dialah yang belum memiliki boneka seperti itu.

Kamila mengusap dadanya yang kembali terasa sesak. Selama menikah hampir delapan tahun, sikap sang suami tak pernah berubah. Dia selalu lebih mengutamakan keluarganya. Awalnya dia cenderung mengalah. Dia pikir hal itu wajar karena sejatinya anak laki-laki tetaplah milik ibunya. Sayangnya, semakin lama, sikapnya semakin semena-mena. Sang suami bukan hanya lebih mengutamakan keluarganya, tapi juga melupakan tanggungjawab pada anak dan istrinya.

Selang tak berapa lama kemudian, mertuanya pun juga mengunggah sebuah status.

[Beruntungnya punya anak yang berbakti. Dia tidak pernah lalai mengirimkan jatah bulanan untuk ibunya] Status sang mertua tersebut dibarengi dengan foto sebuah gelang emas yang tampaknya cukup besar. Kamila kembali merasakan sesak di dadanya. Sampai kapan dia harus mengalah pada keluarga suaminya?

“Ibu!” seru Yasmin seraya berlari masuk ke dalam rumah. Dia menghambur memeluk ibunya seraya menangis tersedu.

“Sayang, ada apa? Kenapa menangis?” tanya Kamila bingung. Dia melepaskan pelukannya, lalu menghapus sisa air matanya seraya menatap putrinya dengan intens.

“Ibu ... apa benar Keisya dibelikan boneka baru sama ayah? Terus, kenapa aku tidak dibelikan? Aku kan juga mau, Bu!” ujar Yasmin di sela isak tangisnya.

“Siapa yang bilang?” tanya Kamila.

“Keisya sendiri yang bilang. Katanya itu hadiah ulang tahun dari ayah. Kenapa setiap aku ulang tahun, ayah tidak pernah membelikan hadiah, Bu? Kenapa malah Keisya yang dibelikan?” tanya Yasmin lagi. Kamila kembali membawa tubuh putrinya ke dalam dekapannya.

“Tidak apa, sayang, besok kita beli sendiri boneka seperti itu,” ujar Kamila akhirnya.

“Beneran, Bu?” tanya Yasmin seraya melepaskan pelukan ibunya. Dia menatap ibunya dengan pandangan tidak percaya.

“Beneran. Besok kan hari minggu, kita beli boneka itu sekalian jalan-jalan. Bagaimana?” tawar Kamila.

“Asyik ... besok kita jalan-jalan. Kita ke mall ya, Bu. Aku kan belum pernah ke mall. Keisya dan teman-teman sering cerita kalau merea habis jalan-jalan ke mall,” ujar Yasmin dengan antusias.

“Tentu saja, Sayang. Ya sudah, sekarang kamu mandi dulu gih, habis itu langsung berangkat mengaji.”

“Siap, Bu.” Yasmin segera berlari kecil menuju kamar mandi. Meskipun baru berusia tujuh tahun, namun dia sudah terbiasa mandi dan berganti pakaian sendiri. Sementara itu, Kamila memilih bangkit dari posisinya dan mengangkat jemuran yang sudah kering. Tak dia pikirkan lagi status ipar dan mertuanya tersebut. Dia tidak mau terjebak dalam rasa iri yang akhirnya akan mengotori hatinya sendiri.

Sore harinya, Adrian pulang seperti biasa. Sesampainya di rumah, dia segera masuk ke dalam kamar, lalu membersihkan diri.

“Mas!” ujar Kamila.

“Hm!”

“Apa benar kamu habis membelikan boneka untuk Keisya?”

“Memangnya kenapa? Toh dia keponakanku sendiri,” sahut Adrian santai.

“Kenapa Yasmin tidak dibelikan sekalian? Dia kan sudah lama minta dibelikan boneka seperti itu,” ujar Kamila.

“Kamu kan bisa belikan sendiri. Aku sudah memberi kamu uang setiap bulan,” sahut Adrian sewot.

“Mas, uang yang kamu berikan itu cuma satu juta lima ratus, itu pun masih kepotong untuk bayar listrik, air sama sekolahnya Yasmin. Mana cukup?”

“Ya dicukup-cukupinlah. Makanya, jadi orang jangan boros-boros. Masak setiap hari cuma tahu tempe doang aja kok, pasti masih sisa banyak itu,” sahut Adrian sengit.

Kamila menghela nafas panjang sejenak. Berdebat dengan sang suami pasti tidak pernah ada habisnya.

“Mau kemana lagi, Mas? Kamu kan baru pulang!” tanya Kamila saat melihat sang suami sudah rapi kembali.

“Mau ke rumah ibu. Malas aku makan di rumah, menunya tidak pernah berubah,” ujarnya lalu melangkah meninggalkan rumah.

“Ayah!” seru Yasmin yang baru saja pulang mengaji saat melihat ayahnya hendak meninggalkan rumah, lalu memeluknya.

“Minggir!” seru Adrian.

“Ayah, aku juga mau dibelikan boneka seperti milik Keisya.”

“Minta saja sama ibumu. Minggir!” serunya kembali seraya mendorong tubuh putrinya hingga terjatuh.

“Yasmin!” seru Kamila terkejut. Dia tidak menyangka sang suami tega berbuat kasar pada buah hati mereka. Sementara itu, tangis Yasmin meledak seketika saat tubuhnya tersungkur dan membentur lantai.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status