"Harusnya kau sadar, kau adalah wanita yang tidak berguna. Meskipun Putraku menikahimu dan menjadikanmu sebagai istrinya, itu karena dia ingin menyiksamu,'' ucap seorang wanita yang umurnya sudah setengah abad, menarik rambut seorang wanita yang belum lama ini menjadi menantunya.
''Maafkan aku, Ibu. aku tidak sengaja melakukanya,'' ucap seorang wanita yang sedari tadi menahan rasa sakit karena rambutnya ditarik oleh ibu mertuanya. Meskipun sudah berkali-kali Tiara meminta maaf kepada ibu mertuanya, tapi tetap saja tidak ada ampun baginya. Wanita malang itu belum lama ini menikah dengan Bima—seorang pria yang sangat dirinya cintai—tapi setelah pernikahan mereka, pria itu berubah menjadi pria yang sangat dingin dan kasar. Tiara tidak mengerti penyebab sikap Bima berubah karena bagaimanapun sejak mereka kenal, tidak pernah sekalipun pria itu berlaku kasar kepadanya, tetapi setelah menikah! perubahan itu telah merubah kehidupanya yang semula berwarna menjadi begitu suram. ''Ada apa ini ?'' terdengar suara seorang pria yang baru saja masuk kedalam ruangan. ''Bima, kamu sudah pulang?'' tanya ibunya. ''iya, Ibu, aku baru saja pulang dari kantor,'' jawab Bima dengan sopan ke ibunya. ''Ada apa Ibu, kenapa dengan wanita itu lagi?'' Bima melihat ibunya menyiksa Tiara. Bima yang baru saja pulang dari kantor mendapati ibunya, menyiksa Tiara dengan menarik rambutnya dengan sangat kencang. Pria itu menatap mata wanita yang meneteskan air mata sambil menahan rasa sakit, mengisyaratkan meminta tolong agar pria itu mau menyuruh ibunya untuk melepaskannya, tetapi pria itu hanya menunjukan sikap dinginya. ''Apa yang dia lakukan, sehingga ibu begitu marah kepada dia!'' Bima menpertanyakan kesalahan Tiara kali ini, sehingga membuat sang ibu sangat marah. ''Ibu, menyuruhnya membuatkan ibu teh panas, tetapi dia malah menumpahkannya kepada ibu'' Sintia mencoba menjelaskan apa yang telah di perbuat oleh wanita itu, sambil terus menarik rambut Tiara semakin kencang. ''Ah ... Ibu, sakit Tiara mohon lepaskan bu?'' Tiara kembali memohon karena dirinya merasa kalau rambutnya akan terlepas dari kulit kepalahnya! saking kencangnya ibu mertuanya menarik rambutnya. ''Ibu, aku naik ke atas dulu. kamu siapkan air mandi untukku! Aku ingin beremdam air hangat.'' Bima memilih untuk tidak peduli dengan rasa sakit yang d rasakan oleh istrinya, terlebih lagi dia lebih memilih naik ke atas kamarnya. Sebelum melangkah terlalu jauh, pria itu berbalik menyuruh Tiara untuk menyiapkan air mandi untuknya. ''Biklah, Sayang, kau pasti sangat lelah karena seharian ini kamu bekerja.'' saat berbicara dengan putranya dia begitu lembut, tetapi dengan Tiara suaranya selalu saja mengeras. ''Kamu dengarkan, sana siapkan air mandi untuk putraku, dan jangan melakukan kesalahan apa pun, kamu mengertikan?'' Sintia dengan kasar melepaskan rambut menantunya, sehingga menyebapkan Tiara terjatuh ke atas lantai. ''Iya Ibu, aku mengerti.'' Tiara bangkit dengan menghapus air matanya. Meski sakit tapi Tiara tetap berusaha bangkit dari lantai dan menuruti semua perintah ibu mertuanya, sambil menaiki tangga gadis malang itu terus meneteskan air matanya, menangisi nasibnya yang tadinya seorang putri kaya raya yang selalu saja di manja, kini telah berubah menjadi seorang istri dan menantu yang selalu saja di sakiti. Tiara berusaha tidak mengadu kepada ke-dua orang tuanya, karena takut kalau ke-dua orang tuanya mengetahui semua masalahnya? maka ke-dua orang tuanya pasti akan menyuruhnya untuk meninggalkn Bima. Tiara tidak menginginkan hal itu terjadi karena masih sangat mencin-tai pria yang belakangan ini terus menyakiti hatinya secara bertubi-tubi. *** Di tempat lain pasangan yang umurnya setengah abad, sedang menikmati waktunya di taman rumahnya dengan secangkir teh di tanganya. Mereka sedang menbahas mengenai putri mereka yang sudah menikah satu bulan yang lalu, tetapi putrinya tak pernah datang mengunjungi mereka setelah pernikahnya. Mereka begitu merindukan anak yang sudah mereka besarkan selama 24 tahun, tetapi setelah menikah. Putrinya harus tinggal bersama keluarga barunya. ''Papa, kenapa kita tidak menghubungi Tiara, dan menyuruhnya untuk datang kemari! dan menginap disini, semenjak pernikahanya dia sudah tidak pernah lagi menginap disini. Mama sangat merinduhkanya?'' ucap ibu Diana dia adalah ibu dari Tiara. Bagaimanapun mereka tetaplah orang tua yang sangat merindukan putrinya. ''Ma, kita tidak enak kepada keluarga barunya,'' ''Bagaimanapun dia sudah menikah, kita tidah bisa lagi memintanya sesuka hati kita seperti dulu lagi?'' Indra juga sama seperti istrinya. Sangat merindukan putri semata wayangnya, tetapi semua itu sudah berubah. Mereka sadar saat mereka siap untuk menikahkan putrinya, artinya mereka juga sudah siap untuk melepaskan Tiara bersama keluarga barunya. ''Pa, Mama sangat merindukannya?'' ''Sudah satu bulan semenjak Tiar menikah, tapi tidak pernah sekalipun kita bertemu dengannya,'' ''Walaupun Tiar, sering menghubungi kita melalui telepon tapi bagi mama, itu belum cukup sebelum bertemu dengannya secara langsung.'' lanjut Diana lagi. Diana terus saja mengoceh, kepada suaminya tentang bagaiamana dia sangat merindukan Tiara! ''Ma, kita sebagai orang tua tidak boleh egois, kita biarkan Tiara, menikmati lebih dulu tempat barunya.'' ''Lagian besok lusa Devan, akan kembali dari luar negeri, setelaah sebulan dia pergi pengurus pekerjaannya,'' Indra dengan sabar memberikan pengertian kepada istrinya. Apalagi mereka sedang menantikan kedatangan putra mereka. Setelah sebulan lamanya dia berada di luar negeri, mengurus pekerjaannya menggantikan Indra. ''Maka dari itu Pa. Devan, pasti sangat merindukan adiknya?'' ''Karena mereka sudah lama tidak bertemu setelah pernikahan Tiara. Devan, langsung berangkat keluar negeri, tanpa bertemu lagi dengan adiknya.'' ''Mama, ini terlalu banyak alasan pake jual nama Devan, segala,'' ''Ish ... Papa nggak ngerti banget sih?'' Diana bercibir kesal. Diana memasang wajah kesalnya dengan cemberut, karena selalu kalah berdebat dengan suaminya, walau mengetahui suaminya itu juga sangat merindukan Tiara, karena Indra sangat dekat dengan putrinya, semenjak kepergian Tiara. Indra sangat jarang tersenyum dan bercanda lagi, tetapi pria yang tidak lagi mudah itu mampu memendam rasa rindunya, tidak seperti Diana yang langsung mengunkapkan bila memiliki keinginan. *** Setibanya di lantai dua Tiara segera menyiapkan air mandi untuk Bima, setelah menyiapkan air mandi untuk pria itu, wanita cantik itu menyampaikan kalau air untuknya telah selesai. Tanpa menjawab apa pun? pria yang memiliki perawakan tinggi tersebut langsung melewati istrinya memasuki kamar mandi. Melihat Bima masuk kedalam kamar mandi, Tiara segera menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya dan menatanya di atas tempat tidur, agar saat selesai mandi pria itu bisa langsung memakainya. Wanita itu lalu turung ke lantai bawah lebih tepatnya dapur. Tiara berniat membuatkan secangkir kopi dan sedikit cemilang untuk Bima. Lalu membawanya naik ke lantai dua ke dalam kamar milik Bima. Semenjak mereka menikah Tiara dan Bima belum pernah tidur sekamar? karena pria yang telah menikahinya belum lama ini tidak mau tidur dengannya. Dan menyuruh Tiara untuk tidur di luar kamar, gadis malang itu hanya pasrah tidur di atas lantai dengan beralaskan karpet tipis, di setiap malamnya Tiara selalu menggigil kedinginan. Namun Tiara tidak pernah sekalipun mengeluh, karena menurutnya itu percuma saja, jika dirinya mengeluh bukanya mendapatkan perhatian dan apa yang dia inginkan, justru dirinya akan lebih di siksa lagi, karena tidak mensyukuri apa yang di berikan kepadanya. Ibu mertuanya tidak memiliki rasa kasihan sedikit pun kepadanya. Di malam hari menjelang tidurnya Tiara selalu merindukah ke-dua orang tuanya yang telah membuatnya terlahir ke dunia ini, dalam keadaan sehat. Tiara juga merindukan kakak-nya yang selalu menyayanginya, dia rindu saat dirinya belum menikah dengan Bima, dirinya selalu menikmati kehidupan yang bebas tanpa ada yang menyakitinya?Betapa kagetnya Alex setelah membuka horden. Dia mengenali sosok yang terbaring disana dia adalah Louis yang terbarin tak berdaya dengan beberapa alat yang menempel di tubuhnya. Alex diam seribu bahasa setelah melihat itu semua. Apa yang terjadi sebenarnya?''Apa kamu masih mau marah melihat itu?'' Hana mendekati Alex da menggoyangkan lenganya.''Kenapa kamu hanya diam saja?'' Hana tidak hentinya menggoyankang tangan Alex saking kesalnya. Alex yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam saja sepertinya dia merasah bersalah. Karena datang dengan marah-marah tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.Alex tidak menyangkah harus melihat Louis terbaring dirumah sakit tak berdaya seperti itu, ''Apa yang terjadi dengan Louis?'' dengan suara yang sangat pelan Alex menanyakan tentang Louis yang saat ini sedang terbaring dengan bantuan beberapa alat ditubuhnya.''Seharusnya pertanyaan itu kamu tanyakan sejak tadi Lex?'' tidak terasa air mata yang sejak tadi dia tahan kini jatuh juga mem
''Bima, ternyata kamu yang datang Mama, pikir siapa?''Diana menghela nafas karena yang datang adalah Bima dia pikir tadi siapa, tapi lain halnya dengan Tiara yang merasa kikuk dan merasa sangat gugup. Bima mendekti Tiara untuk menyentuh dahinya apakah panasnya sudah turung atau belum, karena sebelum berangkat kantor tadi panasnya belum meredah.''Kata Dokter, panasnya sudah mulai menurun dan mungkin besok suddah bisa pulang.'' Diana mencoba menjelaskan mengenai keadaan Tiara kepada Bima.''Baguslah, Papa, dimana Ma?'' Sejak datang kesini dia tidak melihat kehadiran Indra diruangan ini, karena tadi pagi dia disini bersama dengan Diana.''Papa, lagi ada urusan jadi tadi siang dia pulang lebih awal.'' Sambil menjawab pertanyaan Bima. Diana juga mengupas buah untuk Tiara.''Bagaimana perasaan kamu,'' Bima tiba-tiba menggengam tangan Tiara didepan Diana.Tiara yang diperlakukan seperti itu merasa tidk nyaman karena tau kalau Bima sedang berpura-pura baik padanya, tapi sebenarnya Bima sed
''Ada apa?'' Devan heran dengan kediaman Laura, wanita itu hanya menunduk saja tanpa mau menjawab.'Apakah dia sungkang dan malu menjawab dimana dia tinggal dan menyebutkan alamatnya dimana.' ucap Devan didalam hatinya.''Kenapa diam saja?'' Devan kembaali bertanya, ''Ada apa? Apa kamu tidak memiliki tempat tinggal?'' pertanyaan Devan sontak membuat Laura langsung meliriknya sekilas.''Jadi benar, kamu tidak memiliki tempat tinggal?'' begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Devan.Namun, tak satu pun yang dijawab oleh Laura, gadis itu terlihat sangat kasihan bahkan pakaiaanya saja tidak karuan menurut Devan, bahkan baju dilengan kirinya terdapat sobetan kecil disana. 'Apa dia tidak memperhatikan pakaiaanya saat keluar rumah, dia terlihat sangat menyedihkan.' Devan berkali-kali berbicara didalam hatinya.''Jawab lah, bagaimana aku bisa mengantaarkan kamu kalau, aku tidak tau dimana alamat kamu.''''kemarin aku memiliki tujuan, tapi tidak lagi?'' Laura tiba-tiba berkata dengan me
Devan sangat terkejut dan segera meninggalkan kantornya, dia tidak menyangkah kalau wanita yang tadi pagi hampir dirinya tabrak jatuh pingsan. Sebenarnya dia sudah menduganya kalau hal ini akan terjadi.Namun, wanita itu terlalu keras kepala dan memilih untuk kekampus dalam keadaan tidak sehat, untungnya tadi dia sempat memberikan kartu namanya kepada wanita itu. Devan menambah lajuh kendaraannya agar segera tiba dikampus diimana wanita itu berada.''Permisi, apa kalian tau dimana ruangan wanita yang jatuh pingsang tadi dimana dia sekarang?'' Devan telah tiba dikampus gadis itu dan menanyai beberapa mahasiswa yang kebetulan berpapasan denganya.''Oh, gadis yang tadi sepertinya dia berada diruangan dosen disebelah sana yang pintunya berwarna coklat, karena kami tadi sekelas jadi saya mengetahuinya.'' jawab seorang gadis yang memakai kacamata lensa.''Terimakasih.'' Devan segera berlari menuju ruangan yang ditunjuk oleh gadis berkacamata tadi.Devan hanya mengetuk pintu satu kali dan m
Saat mendengar kabar tentang Louis mereka semua terkejut dan panik, terutama Hana dia sangat syok sampai ingin jatu pingsan untungnya Axel ada dibelakanya sehingga bisa menhanya agar tidak terjatuh.''Suster, apa yang terjadi kepada anak kami?'' Axel mencoba untuk tenang.Jika mereka berdua sama-sama panik siapa yang akan menangani keadaan ini, Lisa juga sedang di rawat disini jadi sala satu dari mereka harus ada yang kuat.''Sayang, tenanglah ingat kalau Lisa masih dirawat disini.''''Aku, sangat takut kalau putra kita kenapa-napa. Louis, apa yang sebenarnya terjadi sama kamu nak?''''Padahal baru saja dia meninggalkaan ruangan ini dan kita sudah mendapatkan kabar buruk tentangnya''''Sayang, sabarlah Louis, pasti akan baik-aik saja dia anak yang kuat'' Axel terus saja menenankan istrinya yang terus menangis.''Ada apa?'' Lisa tiba-tiba terbangun mungkin karena mendengar suara Hana yang menangis.''Lisa?''''Kakek, apa yang terjadi kenapa Nenek, menangis seperti itu?'' dan benar saja
Tubuh Louis jatuh dengan darah yang mulai mengalir disekitarnya. Keempat pria tadi meninggalkan Louis yang sudah tergeletak diatas tanah. Louis masih sadar sehingga berusaha bangkit, akan tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bangun dari tanah. Dia masih tidak menyangkah kalau pria yang menusuknya tadi membawa pisau. "Tolong...?"Louis mencoba untuk teriak meminta tolong disisa tenaganya yang masih tersisa. "Tolong... Akh..."Namun, tak ada satupun yang mendengarkan teriakanya yang meminta tolong. Louis semakin lemah rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk berteriak hingga kesadarannya mulai hilang dan pingsan. Namun, kebetulan salah satu mobil yang berada disamping mobilnya sang pemiliknya datang, saat akan hendak membuka pintu mobil matanya tertuju kepada Louis yang sudah tidak sadarkan diri. Karena sangat terkejut pria itu segera menghampiri tubuh Louis yang sudah bersimbah dara segar. "Pak, Pak bangun, Pak...?" Pria itu berusaha membangunkan Louis. "Huk... Huk...?" "Pak? Apa