Share

Eps. 8. Mencari Ivana.

     David masih duduk di belakang kemudi. Mengambil masker untuk menutupi wajahnya. Jantung berdegup kencang, menurut orang lain merasa konyol menghampiri wanita di tempat kerjanya.  tapi demi rasa yang menghantuinya setiap hari ia sanggup melakukan ini. David turun dari mobil hitamnya. Seorang satpam menyapa David ramah. 

"Selamat pagi Mas?" Sapa Satpam paruh baya itu. 

"Pagi pak," balas David ramah. 

"Maaf Mas ada perlu apa?" Tanya Satpam tak kalah ramah. 

David gelagapan binggung harus ngomong apa. Terlintas mencari pekerjaan dalam pikiranya. 

"Eeem ... saya mau mencari pekerjaan pak," ucap David mengusap keringat dingin yang tiba- tiba keluar   pelipisnya. 

"Ooh ... Mas sedang mencari pekerjaan? Kebetulan masih ada lowongan menjadi Asisten pilot. Nanti akan di tempatkan di Papua. Mas membawa berkas lamaran?"

David melongo kemudian mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal.  

'Hadeeeh ... bodoh banget aku,' batin David.

"Mas ...." panggil Pak Satpam itu.

David terkesiap mendengar panggilan satpam di depan. Sadar dari lamunanya. 

"Maaf pak, berkas lamaranya ketinggalan," ucap David nyengir kuda. 

"Ya udah Mas pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Pak Satpam itu masih ramah. 

David berbalik badan, melangkah menuju mobilnya. Duduk di belakang kemudi setirnya. 

'Hadeh ... kenapa aku lupa sih. Om kan kerja di Maskapai ini,' gumam David lirih. 

Om wijaya bekerja sebagai Direktur keuangan. Pasti  tau tentang para Pramugara, Pramugari yang bekerja di Maskapai Ini. 

Gegas David melajukan mobilnya ke Rumah Tante Lia. Tak lama kemudian  Akhirnya Sampai di rumah Tante Lia. 

"Assalamulaikum Tante ...." 

Seorang wanita cantik berumur sekitar berumur 40 an keluar dari kamarnya.  

"Walaikum salam ponakan Tante yang paling kasep," Tante Lia mencium kepala ponakanya. 

"Om mana Tante?" David mengedarkan pandangan mencari omnya. 

"Kerja, ada apa  nyari om?" 

Wajah David bersemu merah, malu kalau mengatakan yang sebenarnya. Ia  mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal. 

"Eem ... pingin ngobrol aja, Tante."  ucap David tak tau harus ngomong apa. 

"Ooh ...  sini duduklah David. Kebetulan  kamu main ke sini," 

David menuruti kemauan adik Mamanya duduk sofa empuk di ruang tengah. 

"Ada Apa Tante kayaknya serius amat," 

"Iya serius," 

"Kenapa kamu dan Reta putus?" 

Deg. 

Ini pasti Reta sudah mengadu pada Tantenya. Dari dulu Reta dan Tante Lia deket banget. Saat berpacaran ketika bertengkar,  Reta selalu mengadu berakhir manis di pelukan sang pacar. David menyayangi Tante seperti sayang sama Ibu sendiri. Permintaan Tantenya tak bisa menolaknya.   Waktu masih pacarnya David tak keberatan Reta dekat dengan Tantenya tapi  kini Reta sudah tak punya hubugan apa- apa lagi, masih mengadu . 'Hhh.. kurang ajar sekali dia,' batin David. 

Dia sendiri tidak pernah ngomong putus sama Reta pada Tantenya. Ingin memendam luka hati sendiri.

"Reta ngomong apa aja Tante?" 

Sebenarnya dia malas untuk membuka masa lalunya yang membuat hatinya membeku. 

David mengalihkan pandanganya. Terlihat Dari raut muka Tantenya yang menyayangi Reta. 

"Dia bilang masih sangat mencintaimu, David," 

Ciih 

"Kalau dia mencintaiku tak mungkin dia selingkuh Tante!" 

Rahang David mengeras menahan emosi. 

"Mungkin dia khilaf Vid, lagian juga Reta masih menjaga harga dirinya, tak sampai mengorbankan mahkotanya," 

"Dan Tante percaya?!" 

"Tante sangat percaya sama Reta, David," 

David diam sejenak merasa cemburu sebagai ponakan.  David yang ponakan kandung justru Tantenya malah  membela jelas- jelas orang yang  menyakiti hatinya. 

"Tapi hati Reta telah  mendua Tante, David tak bisa menerimanya kembali," 

******

David ke kantor Maskapai lagi. Ia ingin menyambangi Om Wijaya di kantornya. Ia memarkirkan mobilnya kemudian melangkah masuk. Bertemu satpam tadi. Mengutarakan ingin bertemu pak Wijaya. Pak satpam pun mengantarkan sampai didepan ruangan Om Wijaya.  

Di Depan pintu ruangan Om Wijaya. 

Tok.. tok..

"Masuk ...." ucap Om wijaya. 

Kepala David menyembul dari balik pintu. Ia tersenyum pada omnya yang lagi sibuk kerja menghadap  laptopnya. 

"Haloo om ...." 

"David ..." seru Om Wijaya senang. Melihat ponakanya datang berkunjung. Ia kemudian mencium tangan Omnya takzim. 

David kemudian duduk di hadapan Om Wijaya. 

"Gimana kabar kamu?" 

"Baik Om?"

"Kalau Om sendiri gimana juga kabarnya?" 

"Alhamdulilah Om sehat aja," 

"Ada apa nih, tumben ke kantor Om? Mau ganti profesikah?" 

"Hahaha ... nggak Om, aku masih suka dunia laut. Ada ketenangan tersendiri saat memandang lautan lepas," 

"Ya terserah kamu," 

Om Wijaya melihat Aura David  beda. Ia seperti seorang yang jatuh cinta. 

"Gini Om, aku mau minta tolong?" 

"Ada apa? Katakan aja ... Barangkali om bisa bantu?" 

David agak malu mengatakanya. Tapi dia ingin bertemu Ivana. Mungkin dengan cara ini. Akan ada jalan menemui Ivana. 

"Ada apa David? Ko malah bengong?" 

"Eemmm beberapa hari yang lalu, seorang wanita berhasil mengalihkan perhatianku. Dia bekerja di maskapai ini," 

"Maksudmu ingin bertemu orang  yang kerja di maskapai ini?" 

"Iya," 

"Eem siapa nih? Bukanya kamu pacaran sama Reta?" 

"Aku sama Reta udah putus om." 

"Lah kenapa?" 

"Reta selingkuh," 

"Astaghfirullah ...." 

"Ya sudahlah, Wanita masih banyak yang penting kamu bisa move on," 

"Hahaha ... iya, maka dari itu aku minta bantuan om mencari data seseorang," 

"Namanya siapa? dia di ruangan kantor apa di lapangan?" 

"Di lapangan om, dia Pramugari namanya Ivana Anastasia." 

"Oke, sebentar om cari datanya dulu," 

Om Wijaya mensearch  data para pramugari. Inisial I di klik. Akhirnya nama Ivana Anastasia berada di layar. 

"Ini data lengkap Ivana, juga nomer teleponya," 

David kemudian mencatat semua tentang Ivana. Bahagia mendapat informasi tentang Ivana. Segera mencatat no hape Ivana. Ke note bukunya. 

"Om makasih nih atas bantuanya," 

"Kamu tak ingin mentraktir om mu makan siang?" 

Om wijaya meledek keponakanya. 

"Hehehe  ya om, aku juga lapar nih !" 

David dan Om Wijaya keluar menuju Restorant di depan kantor. Ada banyak menu di Restorant ini. Tapi mereka memilih menu andalan sini. Sop Iga sapi. 

"Oh ya David, malam ini Ivana ada jadwal terbang ke Thailand," ucap Om Wijaya sembari memasukan sop Iga ke mulutnya. 

"Jam berapa Om?" 

"Jam tujuh malam," 

"Okelah nanti sebelum jam tujuh aku udah berada di Thailand!" 

"Wiih ... gercep ya !" 

"Kalau nggak gercep nanti hilang om ...." kelakar David. Sambil menikamati makan siang yang nikmat ini. 

*****

   Ivana beserta 3 teman lainya, Norma, ara juga Lisa. Mereka di pantry pesawat menyiapkan menu makanan untuk calon penumpang. Mereka akan terbang ke Negeri gajah putih. Ivana sangat Antusias. Karena ini juga penerbangan perdananya. Ia kemudian  melihat jam di tanganya. 

'Emm sebentar lagi pesawat akan landing' batin Ivana. 

"Norma bantu aku buka pintu pesawat dulu, sebentar lagi waktunya landing,"  

"Oke ...." 

Norma dan Ivana membuka pintu pesawat. Tak lama kemudian satu persatu penumpang menuju tempat duduknya. 

Semua penumpang telah masuk. Ivana dan Ara yang bertugas memberi arahan keselamatan penumpang. 

Cuaca di luar pesawat terlihat cerah. Awan seputih kapas menghiasi langit yanh biru. Ivana mengucap lafaz bismilah dan doa setiap berada di dalam burung besi. Mengharap keselamatan sampai tujuan. 

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status