Home / Romansa / Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku! / Bab 10. Bukan Sebuah Kontrak

Share

Bab 10. Bukan Sebuah Kontrak

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-03-16 08:18:03
Pertanyaan Zayden yang tiba-tiba terlontar membuat Alisha membeku. Wanita itu menoleh cepat dengan bingung.

“Hah?” Alisha tak bisa menyembunyikan sedikit rasa tersinggungnya.

Zayden meliriknya sekilas, lalu berkata, “Apa aku salah?” Pria itu mendengus dingin dan menambahkan, “Berani menciumku di depan banyak orang seperti itu, kentara sekali kamu sangat profesional dan berpengalaman dalam hal ini, bukan begitu?” tanyanya. “Berapa banyak pria yang sudah kamu cium?”

Mendengar kalimat Zayden dan juga nada bicara pria itu yang seakan merendahkan, membuat Alisha merasa emosinya membumbung tinggi.

Kalau bukan karena dirinya terikat perjanjian untuk membantu Zayden, dan juga merasa kasihan dengan betapa pria itu disalahpahami, apa pria itu pikir Alisha akan nekat menciumnya!?

Namun, Alisha tahu marah tidak ada gunanya, terutama karena bosnya ini adalah kulkas berjalan.

Alhasil, dia hanya menjawab singkat, “Itu ciuman pertama saya.”

CIIIT!

“Aduh!”

Rem yang diinjak kencang secara mendadak memb
Nychinta

Hehm ... bukan nikah kontrak loh... heheh! Yuk komen dulu dong sayang-sayangnya Chinta! hehehe...

| 30
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Diyyah Maudy
semoga ceritanya tidak mengecewakan ya thor, aq suka sekaliiii
goodnovel comment avatar
Ulfa Hidayatin
lanjut g pky iklan
goodnovel comment avatar
Norma Daniali
lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 147. Biarkan Berjalan Perlahan

    Alisha membuka matanya, suasana kamar tidak terlalu terang, cukup redup dan juga … dia merasakan kalau Zayden sudah tidak ada lagi di sampingnya, di sebelahnya terasa kosong. Namun, saat dia melihat ke arah jendela besar yang ada di sudut ruangan terlihat Zayden sedang duduk di sofa menghadap ke arah luar, pandangannya jauh ke arah luar. Mungkin pria itu menyadari Alisha yang sudah bergerak bangun dan langsung menoleh ke arah kasur dan tersenyum lebar. “Sayang, kalau kamu lapar makanannya sudah ada, tapi kalau masih mengantuk tidur lagi juga tidak apa-apa.” Alisha masih diam di atas tempat tidur sambil memperhatikan Zayden tanpa menjawab. Kemudian, Zayden beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah tempat tidur. Mengelus pelan kepala Alisha. “Aku lapar …,” ucap Alisha dengan nada suaranya yang terdengar manja, membuat Zayden tersenyum mendengarnya. “Tapi aku malas bergerak.” “Tidak baik makan di atas tempat tidur,” ucap Zayden lalu mengangkat tubuh Alisha dengan mudahnya

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 146. Bertemu Seseorang

    “Zayden,” panggil Alisha lagi. Menepuk pelan wajahnya yang terasa panas. Pria itu masih memejamkan matanya. Alisha lalu menarik napas dalam dan melepaskan pelan genggaman tangan pria itu. “Tunggulah sebentar, aku akan menghubungi rumah sakit untuk–” “Tidak perlu ini hanya sakit ringan, aku cuma butuh istirahat sebentar. Hubungi pihak hotel untuk minta penurun panas saja.” Zayden berkata dengan nada lemah dengan mata setengah terbuka. “Tapi kalau ada apa-apa bagaimana?” Alisha berkata dengan sedikit tenang, sebenarnya dia agak panik hanya tidak mungkin dia bersikap seperti itu. “Penawarnya itu kamu, jadi lebih baik kamu tidak perlu jauh-jauh dariku. Di sini saja.” Zayden berkata dengan serak. Permintaan pria ini terdengar tidak masuk akal, hanya saja Alisha tidak mempermasalahkannya. “Ya sudah aku akan meminta penurun demam. Tapi … kamu yakin tidak apa-apa?” tanya Alisha memastikan. Zayden mengangguk. Dua jam berlalu, setelah Alisha mengompres tubuh pria itu dan memberinya obat

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 145. Hati yang Melunak

    Mendengar pernyataan Zayden barusan membuat Alisha tertawa miris. “Aku merekrutnya masuk ke perusahaan karena tahu kemampuannya memang sebagus itu dalam hal mengelola manajemen sumber daya manusia di sebuah perusahaan. Kemampuannya sudah diakui, tapi aku tidak menyangka kalau dia malah membuat ulah seperti ini.” Zayden menghela napas dalam. “Dia sahabat mantan pacarmu, mungkin dia ingin tahu apa kamu masih mengingat sahabatnya atau tidak. Apakah dia tidak tahu kalau kamu sudah menikah?” Alisha berkata sambil meminum air putihnya. “Tahu, hanya saja seperti permintaanmu, dia tidak tahu dengan siapa aku menikah.” Zayden berkata tenang. Hanya … tatapan mata Zayden masih tidak lepas dari Alisha. Alisha mengangguk pelan. “Biasanya … sehari setelah hari ulang tahun ini, aku dan Restia akan datang ke makamnya.” Zayden menambahkan hal itu membuat Alisha mengurungkan niatnya untuk menyuapkan nasi gorengnya, meletakkan kembali sendok itu ke piring. “Itu artinya hari ini?” tanya Alisha lagi.

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 144. Tentang Acara Kemarin

    Zayden mengembangkan senyum. “Aku akan mengatakan padanya kalau pemilik hatiku Alisha.”Alisha mengernyitkan keningnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kamu berani mengatakan hal itu karena kamu tahu dia sudah benar-benar mati dan tidak mungkin kembali, kan?”Kata mati terlontar begitu saja dari mulut Alisha, baginya sedikit kejam tidak masalah, toh, selama ini Zayden juga sering berkata tajam padanya. Seharusnya membalas sedikit sakit hati ini tidak masalah.Terdengar desahan samar dari Zayden. “Aku hanya akan menjadi suamimu, dan kamu akan menjadi istriku satu-satunya sampai aku mati.” Zayden berkata dengan penuh penekanan. Hanya saja Alisha tertawa sangsi.“Ya, ini tentang sebuah status, Zayden. Tapi … hati tidak ada yang tahu milik siapa.” Alisha kembali berkata terus terang. Dia hanya mencoba untuk melindungi dirinya.“Milikmu.” Zayden berkata cepat. “Segala yang menjadi milikmu aku akan melindunginya, Alisha.” Tatapan Zayden penuh penegasan, hanya saja … tidak mudah untuk Al

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 143. Pembicaraan dengan Alisha

    Alisha menatap Zayden dalam-dalam. Kalau dia mengingat kejadian itu, sebenarnya dia merasa lucu. Seharusnya saat itu dia ingin menenangkan diri, tetapi dia malah menenangkan orang lain. Kemudian, Alisha menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri dan tertawa kecil. “Awalnya… aku memang sempat mikir buat mati,” ucapnya pelan, hampir seperti gumaman. Tawa Alisha terhenti. Sorot matanya melembut, sementara Zayden mengangkat sudut bibirnya dalam senyum miris. “Tapi… aku pengecut. Aku takut,” lanjutnya, sambil menundukkan kepala. “Takut kalau aku benar-benar melakukan ha itu.” Hening sejenak. “Aku bahkan bertanya pada diri sendiri. Apa aku benar harus selesai di situ?” ucapnya lagi. Suaranya terdengar berat. Zayden menarik napas dalam, lalu menghela perlahan. “Dan tiba-tiba… ada seorang wanita. Entah dari mana, datang.” Kepalanya terangkat, mata itu menatap langsung ke arah Alisha. “Datang, ceramah, sok akrab, seperti sudah kenal lama.” Dia tertawa kecil. Zayden menggeleng pelan, seaka

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 142. Pertemuan dengan Sad Boy

    Alisha langsung mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Zayden barusan, jelas saja dia ingat kejadian itu, hanya saja … rasanya saat itu pria itu tidak memiliki tampang Zayden sama sekali. “Hei, Sad boy bodoh! Hidup ini begitu indah dan kamu mau memilih mati?!” ucap Zayden membuat Alisha makin terperangah. “Kalimat pertama wanita yang baru saja naik di atap saat melihatku. “Padahal saat itu aku juga masih takut untuk mati.” Zayden lalu terkekeh ringan. “I-itu beneran kamu?!” Alisha membolakan matanya. Zayden mengangguk. “Kenapa? Apa jauh berbeda dengan yang kamu lihat waktu itu?” Jelas Alisha mengangguk cepat. Bagaimana bisa pria menyedihkan itu adalah Zayden? Yang saat itu menurutnya sudah tidak berniat untuk melanjutkan hidup dan terlihat sangat berantakan. “Itu enam bulan setelah kecelakaan maut yang menewaskannya.” Zayden kembali berkata dengan manarik napas dalam. Alisha diam. Dia paham sekali dengan keadaan Zayden saat itu, dan mungkin itu adalah saat terburuk dalam hidup

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 141. Apa Kita Pernah Bertemu?

    Alisha kembali melirik sekilas ke arah Zayden, dia tahu Zayden tidak menyukai apa yang baru saja dia katakan.“Astaga! Maaf, Nona, saya akan mendisiplinkan akan saya, lagi. Maaf dia tidak bermaksud untuk bicara sembarangan.” Dia berkata sambil menunduk, merasa kalau anaknya kelewatan dengan pertanyaan itu.“Tidak apa-apa kok.” Alisha menjawab singkat.“Saya benar-benar minta maaf,” ucap pria itu lagi sambil membungkuk beberapa kali dan mengajak anaknya pergi dari hadapan mereka.Zayden ingin bicara terkait ucapan Alisha itu, hanya saja dia mengurungkan niatnya saat matanya menangkap bayangan Alisha yang saat ini berdiri sambil bersedekap dan tersenyum saat melihat kedua orang tadi berjalan menjauh. Wajah Alisha tampak tersenyum senang. Dan dia ... tidak ingin menginterupsinya.Alisha menghela napas pendek dan kembali duduk di bangku taman itu.Zayden lalu mengelus pelan punggung Alisha, membuat wanita itu terkejut, namun belum sempat dia bicara Zayden berkata lebih dulu.“Apa ini masih

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 140. Perlakuan Alisha

    Alisha sibuk dengan pikirannya sendiri, hanya saja suara Zayden yang terus menerus meminta maaf ini membuatnya merasa harus ada yang dibicarakan lebih dalam.Setelah beberapa lama, Zayden melepaskan pelukannya, matanya terlihat teduh menatap Alisha yang masih diam tanpa memberikan reaksi apapun. Sebelah tangan Zayden sekarang terangkat dan membelai pelan wajah Alisha.“Sha, maafkan aku … aku tidak bermaksud untuk membuatmu terluka aku hanya–”“Duduklah,” potong Alisha lalu menoleh ke bangku yang kosong di sebelahnya. Dengan sedikit ragu dia beranjak dari posisinya dan duduk di sebelah Alisha.“Untuk yang kemarin, aku tidak tahu kalau itu bisa menyinggung masa lalumu, hanya saja, sepertinya kita butuh banyak cerita agar aku tidak melakukan kesalahan besar seperti kemarin.” Dari nadanya bicara, terdengar datar bahkan terkesan tanpa emosi yang mendalam. Bukankah dia sangat berbeda dari kebanyakan wanita lain?Alisha masih terlihat baik-baik saja!Sekali lagi, kembali terngiang di kepala Z

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 139. Memohon Pengampunan

    Seperti kebiasaannya sebelumnya, saat sedang bersedih, Alisha akan berusaha membuat suasana hatinya menjadi lebih baik lagi. Dari dulu sampai sekarang tetap sama. Mencari potret keluarga utuh untuk dinikmati. Di depannya saat ini sedang ada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan ayahnya, lalu duduk tidak jauh dari tempat itu, ada seorang wanita yang bisa ditebak itu adalah ibunya yang sedang mendorong stroller bayi. Mereka tertawa lepas dan sangat bahagia. Hal ini membuat Alisha ikut tersenyum melihatnya. Dia lalu menarik napas dalam, mengolah napasnya hingga membuat rasa dalam hatinya menjadi lebih lega. Setelahnya, dia duduk di salah satu bangku taman itu, lalu merogoh tasnya untuk mengambil ponsel. “Duh lupa! Kenapa aku tidak mengisi daya hape ini sih!” gerutunya ringan lalu kembali memasukkan benda itu ke dalam tasnya. Namun, dia kembali teringat satu hal: Lagipula, siapa yang akan menghubunginya? Berpikir tentang hal ini, dia lalu menyandarkan punggungnya ke bangku ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status