Share

Kecurigaan Mahira

Author: Inda_mel
last update Last Updated: 2022-11-24 16:19:15

Pagi ini, Mas Nizam izin gak masuk kantor. Dia mengeluh badannya sedikit meriang. Setelah menyiapkan sarapan untuk Mas Nizam dan anak-anak pergi ke sekolah, aku segera ke butik.

Namun nasib jelek mungkin lagi menghampiriku. Ponsel yang biasa kupakai bekerja ketinggalan di rumah. Aku kuatir nanti Mas Nizam menemukannya dan mengetahui apa yang selama ini aku kerjakan. Bergegas kuputar balik motor. Kumatikan motor di luar pagar agar tidak terlalu berisik. Lalu kugiring motor masuk ke dalam pagar.

Saat aku hendak membuka pintu, aku melihat sepasang sepatu perempuan. Bukannya ini milik Siska. Tadi, kan dia sudah pergi sebelum aku. Kubuka pintu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara. Aku mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah.

Sepi, tidak terdengar suara apapun. Sebaiknya aku langsung mengambil hape dan melihat keadaan Mas Nizam. Kubuka pintu kamar perlahan-lahan. 'Lah, kok kosong? Kemana Mas Nizam?'

Tadi ketika aku melewati kamar ibu sepertinya juga gak ada orang. Bergegas kuambil ponsel di dalam laci. Kebetulan, laci ini jarang dibuka Mas Nizam. Jadi sedikit amanlah walau tadi aku sempat kuatir.

Aku keluar dari kamar, kemudian menuju ke dapur. Barangkali Mas Nizam berada di sana. Namun, ketika aku melewati kamar Siska terdengar suara Mas Nizam. 'Apa iya aku harus nguping lagi? Kenapa sih tingkah laku mereka membuatku curiga?' Namun, aku tidak ada pilihan. Kutempelkan telinga ke daun pintu. Terdengar cukup jelas suara Siska dan Mas Nizam.

"Udahlah, Sayang, jangan ngambek gitu. Besok pas bonus Mas turun, ntar Mas belikan tas yang kemarin kamu mau itu, gimana?" tanya Mas Nizam. Kurang ajar, giliran aku minta belikan tas, boro-boro! Yang ada langsung diomelin.

"Tapi, aku sebel banget sama istri kamu itu, Mas! Ih, pingin tak cakar-cakar mukanya yang sok polos itu!"timpal Siska. 'Huh, memang aku masih polos gak kayak kamu,' batinku.

"Jangan sebel-sebel, nanti cantiknya hilang. Sini, peluk Mas dulu, udah kangen berat ini!" ucap Mas Nizam.

'Apa aku gak salah dengar? Mas Nizam minta peluk dan bilang kangen sama adiknya sendiri?Seolah-olah seperti sepasang kekasih. Ada yang gak beres ini!' Semakin kutekan telingaku untuk mendengar lebih jelas lagi.

"Peluk melulu! Dari kemarin juga udah peluk-pelukan!" Terdengar suara Siska menimpali.

"Kamu itu candu, Sayang! Gak ketemu kamu sehari aja, hidup aku kayak ada yang kurang!" ucap Mas Nizam lagi.

"Gombal, ih!" Siska dengan suara sok manjanya itu berucap. Ini udah menyalahi kodrat. Mereka, kan kakak adik. Apa udah gak waras pemikiran mereka.

"Sayang, aku pingin kamu, ayo dekat sama aku! Kamu benar-benar seksi, Sayang!" ucap Mas Nizam.

Seketika emosiku tersulut. Ini tak bisa dibiarkan. Mereka sudah berbuat mesum di rumahku. Aku sudah siap membuka pintu namun kuurungkan. Bagaimana jika mereka mengelak, aku tidak ada bukti. Mereka pasti mencari alasan dan menyudutkan aku. 'Oke, kali ini kamu bebas, Mas! Aku akan cari bukti dulu baru membalas perilaku kamu, Mas!"

"Jangan sekarang, Mas, aku lagi sebel, gak mood!" jawab Siska lagi.

"Jadi kapan dong? Udah gak tahan, nih!" timpal Mas Nizam.

Astaghfirullah, mereka berdua ternyata sudah sampai ke arah situ. 'Apa ini hanya halusinasiku saja. Gak mungkin, kan mereka berdua gituan? Mereka, kakak adik, kan? Aku jadi bingung sendiri!' Kuputuskan untuk langsung menerobos. Pintu terbuka. Mas Nizam dan Siska terkejut dengan kedatanganku.

"Mahira …!" Mas Nizam membelalakkan matanya.

"Iya, ini aku! Kamu ngapain di dalam kamar Siska?! Bukannya tadi kami bilang kamu meriang?" tanyaku.

Terlihat Siska duduk di tepi kasur dengan celana hotpants super pendek dan tank top. Sedang Mas Nizam memakai baju kaos tipis dan celana pendek selutut. Padahal sewaktu aku tinggal kerja tadi, dia memakai sweater dan celana panjang.

"Oh, aku udah enakan, kok! Ini Siska tadi izin pulang katanya badannya gak enak, masuk angin. Ya sudah, aku mau ngerokin!" jawab Mas Nizam.

"Kok bisa kompak kalian, masuk angin bareng? Terus, kalau masuk angin kenapa berpakaian seperti itu? Kayak mau menggoda pria saja?" tanyaku sinis.

"Jaga mulut kamu, Mbak! Aku dah biasa di rumah kek gini! Dan itu juga bukan urusanmu!" sahut Siska.

"Kamu, Mas! Keluar dari kamar Siska! Kalau dia memang benar-benar masuk angin, nanti aku panggilkan Bi Yati, tukang urut langgananku. Jangan kamu! Walaupun kalian saudara, tetap gak pantas kamu yang ngerokin Siska!"

Kemudian aku keluar dan menuju ke dapur mengambil segelas air putih, dan meneguknya. Aku masih curiga tentang mereka berdua. Aku harus cari tau, bagaimana hubungan mereka berdua bisa begitu intim.

Karena yang kutau kalau dengan Mbak Melani, Siska tidak terlalu dekat. Mbak Melani pun terkesan cuek terhadap Siska. Hanya Mas Nizam dan Ibu saja, yang terlihat memanjakan Siska.

Aku melewati kamar Siska. Pintu sudah tertutup. Kucoba untuk kembali ke kamar, melihat apakah Mas Nizam sudah di sana. Ternyata, Mas Nizam sedang berbaring di ranjang.

"Mas, aku mau ngomong!" Kuhampiri dia dan duduk di tepi ranjang.

"Ngomong apa?" tanya Mas Nizam namun matanya malah fokus ke handphone.

"Aku cuma mau ingetin kamu aja, walau kamu sama Siska kakak adik tapi tolong, kamu harus jaga sikap juga! Gak pantes kalian berdua-duaan di dalam kamar gitu!" tegurku.

Mas Nizam menatapku dengan raut wajah tak suka. Dia meletakkan ponselnya di atas nakas, kemudian duduk menghadapku.

"Kamu tu mikirnya negatif melulu! Jangan karena kamu gak suka sama Siska, kamu tu curiga aja! Siska itu adikku. Ya, gak mungkinlah aku ngapa-ngapain dia! Kamu tu yang perlu jaga sikap sama Siska dan Ibu! Jangan taunya protes mulu!" Mas Nizam malah balik menegurku.

"Mas, gak ada kaitannya aku yang gak suka sama dia dengan aku negur sikap kamu! Ini juga demi kebaikan kalian. Dilihat orang juga gak pantes, Mas!"

"Apanya yang gak pantes?! Kamu aja yang mikirnya kemana! Hah, sudahlah aku mau istirahat!" timpal Mas Nizam. Kemudian dia berbaring membelakangiku. Kutatap punggung laki-laki yang bergelar suami itu.

'Aku masih tidak bisa percaya ucapannya! Yang aku dengar tadi, mereka berbicara selayaknya sepasang kekasih! Aku harus cari tau!

"Ya sudah, kamu istirahatlah! Aku mau balik ke butik lagi! Aku pergi, Mas!" pamitku.

"Mmm!" jawabnya singkat. Aku membuka pintu dan menutupnya kembali. Kutarik napas dan membuangnya kasar. 'Semoga kecurigaanku tidak terbukti! Semoga ini hanya pemikiranku saja!'

Kemudian aku keluar dan menutup pintu depan. Kunaiki kembali motor matic kembali ke butik. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah menjaga rumah tanggaku.

Sampai di butik, aku langsung masuk ke ruanganku. Baru saja akan menghidupkan laptop, ponselku berbunyi. Kuraih ponsel yang masih tergeletak diatas meja. Kulihat panggilan dari siapa. Dahiku mengernyit. 'Ada apa tiba-tiba, dia meneleponku?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Bab 33

    Semua mata tertuju pada Bu Susi. Bukan hanya karena kedatangannya yang tiba-tiba, tetapi juga karena ucapannya. "Kamu ngapain, Mel? Suruh Ibu pulang ke rumah lagi? Bukannya kamu yang mau tinggal di sana?" tanya Bu Susi pada Melani. "Mel nggak pernah bilang kalau kami mau tinggal di sana! Tapi Ibu sendiri yang memaksa untuk pindah ke rumah itu! Sekarang Mel mau kasih tahu Ibu, kalau Mel dan Mas Farhan dapat rumah dinas yang cukup besar. Jadi kami tidak akan pindah ke rumah itu! Sekarang nggak ada alasan lagi Ibu untuk menetap di rumah Nizam! Biarkan mereka membina rumah tangga mereka bersama anak-anaknya. Dan ibu bisa pulang ke rumah seperti sedia kala!" titah Melani. "Ibu nggak mau pindah lagi! Ibu capek! Mendingan di sini ada yang bantu ngurusin ibu. Ibu ini udah tua Mel, harusnya ibu nih, nggak perlu bekerja lagi!" ucap Bu Susi. "Siska kan, tinggal sama Ibu! Jadi apa gunanya anak perempuan Ibu itu, kalau dia nggak ngurusin ibu? Siska juga punya tanggung jawab, Bu! Mahira hany

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Melani datang

    "Mbak Melani!" Nizam tak percaya di ambang pintu berdiri Melani, kakak kandungnya beserta suaminya, Farhan. "Sekali kamu sentuh Mahira, Mbak laporin kamu ke polisi!" ancam Melani. Dia mendekati Mahira diikuti Farhan yang melangkah di belakangnya. "Mbak, kok malahan belain dia, sih? Yang adik Mbak itu aku, bukan Mahira!" protes Nizam. Dia tak percaya justru kakaknya sendiri membela istrinya. "Mbak membela bukan lihat dia adik Mbak atau siapa, tapi Mbak membela yang benar!" sahut Melani. "Mbak pikir dia benar? Dia udah nampar Nizam dua kali dan Nizam sedikitpun belum membalasnya! Apa Itu yang Mbak bela? Yang sudah kurang ajar pada suaminya?" cecar Nizam. "Mbak gak tau apa yang terjadi, tapi Mbak gak akan izinkan kamu main tangan pada istrimu!" balas Melani. "Ada apa ini?" Bu Hartini keluar dari kamar masih dengan menggunakan mukena. "Kenapa ribut sekali kedengarannya?" tanya Bu Hartini lagi. "Ibu!" sapa Melani. Dia kemudian mendekati Bu Hartini dan menyalaminya. "Melani,

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Gara-gara foto

    Nizam baru saja akan ke kantin kantor. Siang ini memang dia tidak ingin pulang ke rumah untuk makan siang. Hatinya masih kesal karena kejadian pagi tadi. "Bisa-bisanya dia melakukan itu padaku! Dasar istri gak berguna!" maki Nizam dalam hati. "Hei, Bro! Tumben makan di kantin?" tanya Doni, rekan kerja Nizam satu divisi. "Iya, Mahira lagi gak enak badan, dia gak masak! Terpaksa aku makan di sini! Padahal kamu tau sendiri, kan, aku paling gak bisa makan di luar!" jelas Nizam. "Bilang aja, kamu pelit, Zam! Gak bisa makan di luar? Kayak orang gak tau kamu, aja!" cibir Doni dalam hati. "Oh, istrimu lagi sakit!" Doni manggut-manggut. "Iya," jawab Nizam. Doni dan Nizam memilih tempat di sudut ruangan. Baru saja Nizam hendak duduk di bangku kantin terdengar bunyi pesan masuk dari ponselnya. Nizam membuka pesan. Terlihat kiriman sebuah foto yang masih buram. Nizam kemudian menekan layar ponsel untuk memperjelas foto tersebut. Betapa dia terkejut melihat foto yang dikirimkan oleh S

  • Pembalasan Buat Suami Egois   CCTV

    "Ra, ibu tadi malam tidak sengaja terbangun. Saat ibu ingin mengambil wudhu untuk tahajud dan melewati kamar Siska, terdengar suara orang berbicara. Ibu penasaran sehingga Ibu menguping siapa yang dini hari seperti ini berbicara dengan Siska. Ternyata ibu mendengar suara suamimu, Nizam!" jelas Bu Hartini. Beliau menarik napas dan membuangnya perlahan. Mahira hanya diam mendengarkan penjelasan ibunya. "Dan kamu tahu, apa yang mereka bicarakan? Nizam meminta Siska melayaninya!" Mahira membelalakkan matanya tak percaya. "Apakah yang pernah kudengar itu benar adanya? Mereka ada hubungan?" batin Mahira. "Namun di situ Siska menolak dengan alasan capek dan besok dia harus bekerja. Dia menyuruh suamimu untuk meminta kamu yang melayaninya. Tapi suamimu menolak karena katanya dia tidak sedang mood dengan kamu! Ibu benar-benar nggak habis pikir, Ra! Mereka itu kan adik-kakak! Bagaimana bisa mereka melakukan hubungan terlarang seperti itu?!" Bu Hartini merasa heran. "Memang Ibu tidak meli

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Berterus terang

    "Buat sarapan apa, Ra?" tanya Bu Hartini mendapati putrinya sedang mengaduk-aduk sesuatu di kuali. "Ini, Bu! Mi goreng! Yang biasa Ibu bikin untuk sarapan Ira sama Bang Rahman dulu." "Pake resep yang sama?" tanya Bu Hartini seraya tersenyum. "Iya, Bu! Sama! Mudah-mudahan rasanya gak beda jauh sama buatan Ibu!" ujar Mahira. Dia menuangkan kecap manis ke dalam kuali dan kembali mengaduknya. "Pasti sama rasanya kalau resepnya sama!" jawab Bu Hartini. Mahira tersenyum. "Ra, kamu sudah hubungi Dila, bilang kalau kamu gak datang lagi ke butik?" tanya Bu Hartini. Mahira menatap Ibunya. Dia mengecilkan api kompor dan duduk di hadapan Ibunya. "Bu, Ira udah ngomong sama Dila tapi Ira bilang kalau Ira sekarang gak bisa datang tiap hari. Nanti, dalam seminggu paling dua atau tiga kali Ira ke sana! Mas Nizam, kan kerja juga, Bu! Dia gak bakalan tau juga Ira pergi atau gak!" bisik Mahira. "Iya, juga, ya! Dia kan, pergi kerja pagi! Pulang juga siang pas makan. Oh ya, hari ini dan seter

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Ketahuan

    "Ibu!" Nizam membelalakkan matanya. Dia langsung menurunkan tangannya yang sudah sempat terangkat. "Iya, saya! Emangnya kenapa?" tanya Bu Hartini sinis. Dia mendekati Mahira. "Bu …bukannya Ibu pulang sama Bang Rahman?" tanya Nizam gugup. "Kenapa kamu pikir saya akan pulang? Untuk membiarkan putri saya kamu sakiti lagi! Nggak akan pernah, Nizam!" jawab Bu Hartini emosi. "Nggak gitu, maksudnya, Bu! Mahira terlalu pelit jadi orang. Siska udah kelaparan dan minta makan. Dan Mahira nggak mau ngasih!" Nizam memberi alasan. "Kalian ini, orang bodoh atau memang orang yang pura-pura bodoh?! Kesepakatannya sudah jelas! Mahira tidak akan mengurus masalah makanan kalian lagi, tapi masih itu juga yang kalian protes! Heran, saya!" ucap Bu Hartini dengan ketua. "Ra, masuk ke dalam kamar!" titah Bu Hartini. Mahira menganggukkan kepala. Di kemudian langsung melangkah menuju kamarnya. "Ra, kasih dulu makanannya ke Siska!* seru Nizam. "Bayar!" ucap Mahira tanpa melihat Nizam. "Uangku yang

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Lagi Nizam berulah

    Bu Hartini kembali ke kamar cucu-cucunya. "Kenapa, Bu? Sepertinya kesal sekali setelah bertemu dengan besan!" goda Rahman. "Bukan lagi, Man! Bisa-bisa Ibu darah tinggi dibuatnya. Mulutnya itu, lho! Seenaknya ngatain Mahira dan bilang Ibu gak pernah mendidik anak Ibu! Lah, dia sendiri gimana? Emang sudah benar kelakuan anak-anaknya? Yang laki gak bertanggung jawab dan egois. Yang perempuan genit minta ampun! Kayak jadi orang tua yang paling benar aja!" tutuk Bu Hartini. "Sabar, Bu! Ibunya Mas Nizam emang kayak gitu. Dari dulu sifatnya gak berubah! Ira sebenarnya masih bertanya-tanya apa tujuan dia tinggal di rumah ini! Kayak ada sesuatu hal yang direncanakannya bersama Siska!" timpal Mahira. "Benar, Ra! Ibu juga ngerasa begitu! Dia dan anak perempuannya itu pasti memiliki niat yang jahat khususnya ke kamu!" sahut Bu Hartini. "Ibu, dan kamu, Ra!Jangan menuduh sebelum ada bukti! Itu namanya suudzhon!" tegur Rahman. "Kita gak nuduh, Bang! Hanya curiga! Abang bayangin aja! Siska

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Bu Susi protes

    "Mahira, kamu di mana? Kenapa tidak ada makanan di atas meja?!" teriak Bu Susi. Mahira yang sedang berada di dalam kamar anak-anaknya bersama Rahman dan Bu Hartini sedikit terkejut mendengar teriakan Bu Susi, mertuanya. Karena mereka tidak mendengar ucapan salam dari luar. "Mahira, kamu dengar nggak, saya panggil? Kamu di mana sih? Budeg apa?!" teriak Bu Susi lagi. Mahira segera berdiri namun ditahan oleh Bu Hartini. "Biar ibu saja yang keluar! Kamu diam di sini!" titah Bu Hartini. "Baik, Bu!" jawab Mahira sambil menganggukkan kepala. Bu Hartini melangkah menuju pintu dan membukanya. Kemudian dia menghampiri besarnya yang sedang duduk di meja makan. "Bu Susi, baru pulang?" tanya Bu Hartini sambil melipat tangan di dada. "Ya, iyalah! Emangnya nggak lihat apa, saya baru nyampe?! Mana anak kamu? Suruh siapin makanan buat saya! Saya laper banget, tadi di toko nggak sempat makan!" jelas Bu Susi. "Saya nggak tau, soalnya nggak ada ucapan salam dari depan. Tiba-tiba terdengar te

  • Pembalasan Buat Suami Egois   Ancaman Rahman

    "Saya nggak ada maksud nyakiti Mahira, Bang! Saya hanya minta Mahira menghapus status WAnya, hanya itu saja?" jawab Nizam ketakutan. Baru kali ini dia berhadapan dengan Rahman yang terlihat begitu emosi. "Apapun alasannya, kamu sudah berani menyakiti adik saya! Apalagi kalau saya tidak ada di sini! Bisa-bisa adik saya, kamu bunuh!" ucap Rahman dengan mata nyalang. "Bang, jangan gitu dong! Saya nggak akan mungkin sampai segitunya nyakitin Mahira. Sampe Abang menuduh saya sejahat itu! Semua ini terjadi karena Mahira yang memulainya terlebih dahulu. Saya merasa kesal karena sebagai suami saya tidak dianggap. Masa dia buat di status WA mau ganti suami. Maksudnya apa, coba?" tanya Nizam. "Kamu, kan bisa tanya baik-baik sama dia? Kenapa dia melakukan itu? Tidak akan mungkin ada asap jika tidak ada api! Sekarang abang mau tanya sama kamu, Mahira! Kenapa kamu membuat status seperti itu?" "Mas Nizam duluan, Bang! Dia buat status WA mau tukar tambah istri! Dipikirnya Mahira apaan? Dan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status