Share

5. Lamaran

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-05-13 13:13:45

Seperti yang diperintahkan sang ayah, Max Foster segera mengunjungi kediaman Bell setelah mengurus dana yang telah dia persiapkan. Kedatangan Max disambut baik oleh kedua orang tua Lyra.

Terlebih lagi, di saat Max tanpa basa-basi mengulurkan cek dengan nominal fantastis untuk Thomas Bell. Ayah Lyra itu tersenyum lebar sambil menepuk pundak calon menantunya.

“Kau bahkan belum duduk, Max. Kenapa kau sudah membicarakan masalah uang?”

Max tersenyum sinis sekilas. Baginya, Thomas Bell hanya seperti pria tua penjilat yang tak pantas menjadi ayah mertua.

“Aku ingin segera menemui Lyra dan mengajaknya kencan. Karena kesibukanku, aku belum mengenalnya lebih dekat.”

“Aku akan menyuruh Lyra untuk bersiap-siap sekarang.” Beth, ibu Lyra segera berlari masuk ke dalam menuju kamar putrinya.

Lyra yang baru saja selesai membaca kontrak pernikahan dengan John untuk yang ketiga kalinya, terkejut oleh Beth yang tanpa mengetuk pintu langsung membuka pintu kamar. Dia bergegas menyembunyikan map kontrak itu di bawah selimut.

Wajah panik yang begitu kentara menghiasi wajah cantiknya. Meski sang ibu melihat map tersebut, tak mungkin Beth akan mengetahui isinya. Namun, Lyra tetap gugup setengah mati oleh kehadiran Beth yang begitu mendadak.

“K-Kenapa tidak mengetuk pintu dulu, Mama?”

Beth tersenyum riang seraya menarik pergelangan tangan Lyra. Dia bahkan tak peduli sama sekali oleh map tersebut.

“Max datang memberikan dana untuk perusahaan kita, Lyra! Dia juga mengajakmu kencan sekarang!”

Wajah Lyra sontak mengernyit. Antara dirinya tak percaya dan merasa keheranan.

“Apa yang kau lakukan? Segera ganti bajumu dan bersiap-siaplah menemui calon suamimu!”

Lyra tak mengindahkan Beth yang membantu dirinya memilih pakaian untuk kencan serta merias wajahnya. Dia masih bingung dengan perubahan sikap Max yang tak pernah disangka-sangka.

Setelah dirinya berhadapan dengan pria itu, Lyra bukan menemukan jawaban, melainkan bertambah kebingungan. Sebab, pria yang kemarin menatapnya dengan tatapan dingin dengan kata-kata tajamnya itu, saat ini tengah tersenyum hangat padanya.

Apakah Max memang pernah tersenyum seperti itu padanya ketika setelah bertunangan? Ataukah dirinya sedang berhalusinasi?

Masih dengan banyak pertanyaan dalam benaknya, Max telah membawa Lyra ke taman kota yang biasanya ramai, kini hanya ada mereka berdua. Max menyadarkan Lyra dengan menggandeng tangannya dengan mesra.

Lyra terkesiap dan sontak menatap Max. Dia baru menyadari jika dirinya kini berada di tengah-tengah ribuan lilin dan berbagai jenis bunga indah menghias di sekitar mereka.

“Aku sengaja menyewa seluruh tempat ini untukmu, Lyra Bell.”

Lyra tak mengucap sepatah kata pun. Dia menanti apa yang ingin Max lakukan dengan melakukan perbuatan konyol yang tak seperti kepribadian pria itu.

“Pertama, aku ingin mengatakan padamu mengenai satu hal …. Aku …” Max menunduk penuh penyesalan meski dirinya tak merasakan hal tersebut. “Aku tahu … kemarin kau melihatku dengan seorang wanita … ”

Max Foster tentunya tahu jika Lyra sempat melihat dirinya dengan Sasha di ruangannya.

“Aku bukan ingin menyepelekan pertunangan kita. Hanya saja, pada saat itu aku dijebak, percayalah, Lyra sayang, aku tidak mungkin melakukan hal hina seperti itu … ” Max meraih kedua tangan Lyra seraya menatap penuh kepastian. “Dan aku menjadi hilang arah untuk sementara waktu karena godaan wanita itu. Tetapi, aku tidak memiliki perasaan apapun padanya, Lyra.”

Lyra kembali menimbang penjelasan Max, mungkinkan pada saat itu Max memang dijebak? Cara bicara dan ekspresi wajah Max tidak menunjukkan tanda-tanda kebohongan sedikit pun.

Lyra masih berwajah datar meski benaknya dipenuhi oleh berjuta pertanyaan dan rasa gugup yang hinggap dalam dada. Karena akhirnya kini Max telah kembali menjadi pria yang Lyra cintai dahulu.

Sementara itu, Max mulai mendekat hingga Lyra hanya melihat pria itu sepenuhnya.

“Walaupun pernikahan ini tetap akan terjadi, aku ingin melakukan ini ... menikahlah denganku, Lyra Bell. Jadilah pendamping hidupku untuk selamanya ….”

Apakah Max benar-benar telah berubah? Apakah kesepakatan yang diambil oleh Lyra dengan John salah?

Max melihat ada keraguan di mata Lyra, “Aku bersumpah hanya akan mencintaimu seumur hidupku, Lyra Bell!”

Lyra tak begitu mendengarkan kata-kata Max yang terus-menerus berusaha meyakinkan dirinya. Maniknya melihat bayangan seorang pria tepat di belakang pohon halaman rumahnya, akan tetapi bayangan itu tiba-tiba saja menghilang, dan tidak lagi terlihat dari pandangannya.

“Baiklah. Mari kita berhubungan baik mulai sekarang.” sahut Lyra dengan menyunggingkan senyuman manis kepada Max.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ling
alurnya bagus
goodnovel comment avatar
Micca Kinta
tidak sabar melihat kelanjuran ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   371. Hari Istimewa

    “Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   370. Tiga Pilihan

    Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   369. Menikah

    John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   368. Damai

    “Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   367. Keluarga

    Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   366. Kabur

    Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status