Kayla merasa suaminya berubah, tetapi ia tak pernah menyangka suaminya akan berkhianat dengan wanita lain! Tak hanya itu, Kayla bahkan diceraikan dan diusir begitu saja. Untungnya saat Kayla terpuruk, seorang pria datang menemui dan menawarkan sesuatu, yang tidak bisa Kayla tolak. "Apa kau mau aku bantu untuk membalaskan dendammu pada pria payah itu? Tapi, dengan satu syarat!" Bagaimana dengan kisah selanjutnya? Dan siapa sebenarnya pria yang tiba-tiba datang membantu Kayla?
View More"Lakukan sendiri saja kalau memang kamu sudah tidak tahan lagi. Lagi pula, aku tidak habis pikir dengan wanita yang punya nafsu tinggi seperti dirimu, Kayla. Kenapa semakin lama kamu semakin terlihat seperti wanita murahan?"
Deg!
Kayla membelalak mendengar ucapan sang suami. Padahal, dia sampai buru-buru pulang untuk merayakan anniversary pernikahan mereka yang kedua. Dan dulu, pria itulah yang lebih sering meminta jatah dibanding dirinya.
Kenapa sekarang seolah dirinya saja yang berminat?
"Tapi, Mas--" "Udah! Jangan ngajak ribut deh. Aku mau istirahat!" Tanpa basa-basi, pria itu berlalu dari hadapan Kayla yang terdiam.
Dirinya terlalu syok dikatai segitunya oleh sang suami.
Akhir-akhir ini, Andra memang tampak dingin, hingga keduanya kerap berdebat. Tapi, Kayla pikir itu malam ini mereka akan berbaikan, lalu melakukan percintaan panas—mengulangi masa-masa indah seperti awal pernikahan.
Ternyata semua itu hanya ada dalam khayalan Kayla saja.
Bahkan setelah dia merengek pun, Andra tetap tidur meninggalkannya.
"Malam ini lembur lagi?" tanya Kayla pada Andra keesokan paginya.Namun, pria itu tampak tak merasa bersalah melanjutkan sarapannya. "Aku belum tau. Nanti aku kabarin kalau aku pulang malam lagi, dan lebih baik kamu nggak usah nungguin aku ... apalagi sampai harus pakai baju seksi kaya semalam."
Dari pandangannya, Kayla bisa tahu Andra terlihat risi dengan dirinya. "Iya, lagian aku dinas malam hari ini. Jadi, kayanya aku pulang besok pagi," ujar Kayla akhirnya berbohong. Sebenarnya, dia masih dinas pagi di rumah sakit hari ini, tetapi lebih baik mengatakan kebohongan seperti itu saja, agar Kayla tidak terlalu berharap. "Oh, bagus, deh, kalau begitu," sahut Andra, lalu menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan bermain ponsel di tangan. Tak jarang Kayla mendapati Andra senyum-senyum sendiri."Mas."
Andra hanya berdeham dengan mata yang masih fokus pada ponselnya. Melihat hal itu, Kayla jadi urung untuk melanjutkan perbincangan mereka. Sampai pada akhrinya, Andra meletakkan ponsel dan menatap Kayla. "Ada apa?" tanya Andra. "Kamu butuh sesuatu? Uang bulanan udah habis?" Kayla menggeleng kuat. Dia tidak butuh uang sekarang. "Kalau kamu libur kita ke rumah sakit, yuk!" "Rumah sakit?" "Iya, kita coba program bayi tabung. Tabungan aku udah cukup, kok, Mas. Jadi, kita nggak perlu pakai uang tabungan kamu." Kayla menatap suaminya dengan penuh harap. Apalagi saat melihat Andra hanya diam saja seperti sedang banyak berpikir. "Kamu mau punya anak?" Kayla mengangguk cepat dengan senyum merekah.Dulu, dia bertemu dengan Andra saat mulai bekerja di rumah sakit milik keluarga Dewanta.
Kebetulan, Kayla adalah perawat yang merawat ibu Andra. Setelah perkenalan yang cukup panjang, Kayla tidak menyangka jika akan dilamar oleh Andra.Pria itu begitu baik dan hangat, sehingga ia, yang tak banyak menerima kasih sayang sejak kecil, jatuh hati.
Kayla juga berpikir dengan hadirnya anak di antara pernikahan mereka, Andra bisa berubah seperti semula.
Lagipula, memangnya wanita mana yang sudah menikah dan tidak mau punya anak, kan?
Hanya saja, harapan itu pupus kala mendengar ucapan Andra yang tak diduganya.
"Kamu yakin, Kayla? Punya anak itu repot." "Repot?" tanya Kayla yang heran dengan cara berpikir suaminya. "Iya, kalau aku sih setelah punya anak masih bisa kerja dan punya kehidupan seperti ini. Kalau kamu? Kamu bakalan stay di rumah 24 jam, Kay. Terus resign dari rumah sakit." "Memangnya kamu nggak mau bantu aku buat jaga bayi kita?" Andra menarik napasnya dalam-dalam. "Aku harus kerja, Kay. Kebutuhan akan semakin banyak kalau kita punya anak. Kalau aku bantuin kamu, siapa yang cari uang?" Ya, apa yang Andra katakan itu tidak salah. Kalau Andra membantunya di rumah kelak, siapa yang akan memenuhi kebutuhan mereka? Apalagi masih ada rumah yang perlu mereka cicil. "Kamu pikir mateng-mateng dulu, deh. Lagian kalau kamu berhenti bekerja sekarang, siapa yang mau bantu panti kamu itu. Aku nggak mau kalau harus pakai uang aku, kan kamu tahu sendiri aku harus bayar cicilan rumah setiap bulan." Kayla menundukkan wajahnya yang lesu. Kalau dia hamil dan harus berhenti dari pekerjaannya di rumah sakit sekarang, siapa yang akan membantu ibu panti? Adik-adiknya di panti masih butuh biaya karena kondisi panti setahun terakhir juga nyaris memburuk. Tidak ada donatur yang masuk karena isu buruk yang menyebar. Padahal itu semua hanya fitnah saja karena Kayla tahu jika ibu pantinya tidak mungkin berbuat seburuk itu.Sebagai anak yatim piatu yang diasuh oleh Bu Arum, dia tentu tak mungkin membiarkannya.
"Aku berangkat sekarang." Andra tiba-tiba mengusap bibirnya dan langsung berdiri.
"Ingat kata-kataku tadi, Kay. Kalau kamu memang mau punya anak, kamu harus siap dengan semua konsekuensinya. Pertama kamu harus resign, dan stay di rumah. Yang kedua, aku nggak mau bantu panti. Buat apa bantu panti yang suka menjual anak-anak?" "Mas!" sergah Kayla tidak terima. Wanita itu langsung berdiri dan menatap Andra dengan tidak percaya. "Kok, kamu bisa bilang begitu? Bu Arum bukan orang yang seperti itu." "Tapi kabarnya memang gitu, kan? Udah, deh, jangan bela wanita tua itu lagi. Sekarang aja kalau bisa, lebih baik kamu tabung uang gaji kamu semua, daripada harus dibagi buat mereka."Deg!
"Mas Andra, aku nggak percaya kamu tega berpikir seperti ini. Kalau aku nggak bantu mereka, mau siapa lagi?" lirih Kayla, kecewa.
Tapi, Andra tampak biasa saja. "Itu urusan Bu Arum. Suruh siapa dia menerima anak yatim piatu?" "Aku juga yatim piatu, Mas." Suara Kayla terdengar pedih. Dia merasa sakit hati dengan perkataan suaminya. Kenapa Andra bisa sekejam ini? Apakah dia lupa dirinya juga berasal dari panti?Kayla menatap Sagara dengan tatapan penuh tanda tanya. Suara lembut pria itu masih terngiang di telinganya. "Kayla, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Ini tentang janjiku padamu, waktu itu." Rasa cemas merambat di hati wanita itu, ketika Sagara menjelaskan segalanya. Tentang Devan, dan keluarga Sanjaya, dan semua cerita tentang Devan yang mencari-cari keberadaan adik kandungnya selama 20 tahun terakhir. Kayla menggeleng pelan, mencoba menolak kenyataan yang tak pernah dia duga. "Itu tidak mungkin," katanya dengan suara gemetar. Devan yang berdiri di sudut ruangan, mendekatinya perlahan. Di tangan pria itu ada sebuah album foto tua yang telah menguning oleh waktu. Dia menyerahkan album itu kepada Kayla. "Buka halaman ini," kata Devan, menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto seorang gadis kecil yang mengenakan gaun merah muda. Rambutnya dikuncir kuda, dan dia memegang permen lollipop di tangannya dengan senyum yang lebar.Kayla memandang foto itu dengan saksama, air mata mengg
“Adik?” tanya Sagara dengan wajah tak percaya. Dia sama sekali tak tahu jika temannya itu memiliki seorang adik. Selama ini Devan memang tak banyak bercerita tentang keluarganya. Sagara hanya tahu jika Devan tinggal dengan ayahnya saja. Dia pikir, kedua orang tua Devan berpisah, itu sebabnya temannya itu tak banyak menceritakan tentang apa pun.“Iya. Dia hilang waktu kecelakaan. Waktu itu usianya sekitar … delapan tahun,” jawabn Devan dengan berusaha mengingat-ingat.“Terus selama ini lo nggak pernah cari atau berusaha cari dia, Van?”“Gue udah lakuin semuanya untuk cari Kay, Ga.” Pria itu tertunduk sedih. “Tapi, hasilnya selalu nihil. Sampai pencarian dihentikan sama tim sar, kita juga masih tetap berusaha cari dengan bayar banyak orang, tapi hasilnya tetap sama.”Sagara menggeleng. “Ini nggak masuk akal.”“Maksud lo apa?”“Ya, ini nggak masuk akal, Devan!” seru Sagara hampir berteriak. “Gimana bisa lo nggak menemukan adik lo sendiri selama 20 tahun ini.”Devan terduduk lemas. Selu
Kayla terdiam. Dia tak bicara apa pun karena sudah menduga jika Sagara tak mungkin semudah itu menemukan keluarganya setelah puluhan tahun.Wanita itu hanya terdiam sembari menatap Sagara yang masih menanti jawabannya.Dia harus menjawab apa?Menerima permintaan Sagara untuk meresmikan pernikahan mereka? Seharusnya, tak ada yang meragukan tentang sifat dan apa yang pria itu miliki, tetapi berbeda dengan Kayla.Kayla sempat membuka hatinya saat tahu jika Sagara adalah remaja laki-laki yang menjadi temannya dulu. Namun, Kayla juga masih tahu diri.Sagara adalah cucu dan penerus D&W Company. Apa dia pantas bersanding dengan pria seperti itu?“Kayla—”“Maaf, Ga. Keputusanku akan tetap sama.” Kayla menghela napas panjang. Dia dapat merasakan genggaman tangan Sagara melonggar, dengan tatapan penuh arti kepadanya. “A-aku bukan wanita yang cocok bersanding dengamu, Sagara. Kehidupan kita berbeda. Aku hanya anak yatim piatu yang tak jelas asal usulnya sampai sekarang. Aku nggak mau semua tenta
Devan masuk ke dalam ruangan Sagara tanpa meminta izin lebuh dulu. Pria itu terlalu terburu-buru sehingga tidak peduli dengan orang yang berusaha menghentikannya sekarang.Namun, bukan Sagara yang dia lihat di sana, melainkan hanya ruangan kosong. Sagara sudah tak ada lagi di tempat itu.“Di mana Sagara?” tanya Devan tanpa basa-basi pada sekretaris temannya itu.“Tuan sedang ada urusan di luar.”“Di mana?”Wanita itu menggeleng tanda jika dia tidak tahu. “Dia hanya berpesan jika tidak akan kembali ke kantor hari ini.”Devan membuang napasnya dengan kasar mendengar hal itu. Pria itu langsung berbalik dan meninggalkan wanita yang berdiri di belakangnya tadi tanpa sepatah kata.Sekarang di dalam mobil, pria itu duduk termenung. Ke mana dia harus mencari Sagara untuk menanyakan tentang foto tersebut?Sudah beberapa kali juga dia mencoba menghubungi temannya itu, tetapi tak ada jawaban sama sekali. Jika memang seperti ini, itu artinya Sagara tak mau diganggu. “Harus ke mana aku mencari ta
“Yang ini—”“Gue pulang dulu!” kata Devan memotong ucapan Sagara. Pria itu baru saja akan menunjuk yang mana Kayla, tetapi Devan lebih dulu pergi. Namun, bukan dengan tangan kosong melainkan dengan membawa foto yang dia pegang tadi.“Fotonya mau lo bawa ke mana, Van?”“Gue pinjam sebentar. Nanti gue balikin lagi.” Devan langsung menutup pintu dan berlari meninggalkan kantor Sagara.Sementara itu, Sagara dan Daffa tampak masih bingung dengan sikap Devan yang tiba-tiba saja berubah. Keduanya saling pandang, dengan semua isi kepala masing-masing.***Devan langsung membanting pintu mobil setelah sampai di rumahnya. Pria itu berlari seperti orang kesetanan, dan langsung menuju ruang kerja ayahnya.“Loh, Van. Kamu sudah pulang?” tanya Pram—ayah Devan yang sedang duduk di meja kerja. Pria yang sudah paruh baya itu tampak mengerutkan kening saat melihat putranya hanya diam saja. “Kamu cari apa?” tanya Pram saat melihat Devan membuka satu persatu laci lemari.“Foto keluarga kita dulu, Pa.”“D
“Kamu bercanda?” tanya Kayla yang tampak tak percaya.Menjadikan pernikahan kontrak mereka sebagai pernikahan sungguhan? Itu terdengar tak masuk akal bagi Kayla.Bukan apa-apa. Perbedaan status sosial di antara mereka sangat jauh. Dari awal saja, Kayla sudah merasa tak percaya diri berada di dekat Sagara. Lalu, bagaimana bisa pria itu berpikir untuk menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan resmi?“Kenapa? Aku besungguh-sungguh, Kay. A-aku ingin melindungimu, Kayla.”“Melindungku? Melindungi dari apa dan siapa?”Sagara menghela napas panjang. Awalnya memang seperti itu. Dia menawarkan pernikahan kontrak dengan Kayla hanya karena ingin membantu wanita itu membalaskan rasa sakit hatinya.Akan tetapi, semakin hari semenjak mengenal Kayla, Sagara akui ada yang berbeda dalam di dalam hatinya. Ada sebuah rasa yang tak bisa dia ungkapkan sekarang.“Aku tidak punya musuh, sehingga kamu harus melindungi aku, Sagara. Aku juga sudah bisa menjaga diri sendiri.”Sagara terdiam. “Kita masih ha
Kayla termenung. Serpihan tentang kenangan masa kecilnya kembali hadir. Waktu itu, dia baru berusia delapan tahun. Kayla kecil hanya gadis polos yang hidupnya terpaksa berubah secara drastis. Setelah ditemukan dan dibawa ke panti, Kayla tidak memiliki ingatan apa pun tentang hari lalu yang terjadi dalam hidupnya. Yang dia tahu, dia hanyalah seorang anak yang ditinggal dipanti, yang menunggu keluarganya untuk menjemput. Kayla memang anak yang ceria dan periang. Dia banyak bicara, seolah lupa dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dia menyambut semua tamu yang datang ke panti dengan penuh suka cita, dengan harapan jika suatu saat nanti dia akan menemukan “keluarga barunya”. Namun, sayang sampai Kayla menginjak remaja, tak ada satu keluarga pun yang mau membawanya sebagai keluarga. Hingga pada akhirnya, Kayla memilih sekolah dan belajar dengan giat, agar suatu saat nanti dia bisa bekerja dengan layak untuk bisa mmebantu panti yang menjadi rumahnya selama ini. Tak peduli de
“Apa maksudmu, Sagara?” tanya Kayla yang masih tak mengerti. “Keluargku? Orang tuaku? Me-mereka tidak pernah muncul. Apa aku masih memiliki mereka semua?”Sagara tak langsung menjawab. Pria itu bisa menyadari jika suasana hati istrinya sedikit berubah sekarang. Wajah Kayla menyiratkan banyak emosi yang terpendam begitu lama.Setelah berpuluh-puluh tahun, kini Kayla harus mendengar tentang kelurganya lagi.“Aku yakin mereka masih mencarimu sampai sekarang.”“Kalau memang benar, seharusnya mereka sudah menemukan aku sejak lama, kan?”“Tidak ada yang tau bagaimana takdir bekerja, Kayla. Kamu juga tidak ingat apa pun setelah kecelakaan itu, kan?”Kayla langsung menatap Sagara dengan penuh tanda tanya.Kecelakaan? Dari mana Sagara tahu tentang kecelakaan yang pernah dia alami di masa lalu? Kayla ingat sekali jika dia tidak pernah menceritkan tentang hal itu pada Sagara. Bahkan Andra juga tidak tahu tentang itu.Andra dan kedua orang tuanya hanya tahu jika Kayla adalah anak yang berasal d
Mendadak suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sedikit hening. Sagara berdeham, dan Kayla langsung menyodorkan segelas air ke arahnya. “Kalau kamu nggak mau cerita juga nggak masalah,” ujar Kayla yang langsung merasa tak enak hati dengan Sagara. Wanita itu kembali melanjutkan makannya, meski dengan susah payah. “Kamu masih berhubungan dengan pria itu?” Kayla mendongakkan kepalanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau Sagara salah sangka. “Tidak. Aku tau karena istrinya yang menemuiku.” Kening Sagara tampak berkerut, keheranan. “Menemuimu?” tanya pria itu memastikan. “Kami tidak sengaja bertemu di supermarket tadi. Dia bilang Andra dilaporkan ke polisi. Apa dia membuat masalah yang serius, atau ini hanya—” “Dia merugikan perusahaan,” jawab Sagara cepat. Pria itu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulut. Ada sedikit kelegaan saat tahu jika Kayla dan Andra tak berhubungan lagi, tetapi tetap saja dia masih merasa sedikit gundah karena sikap perhaitian Kayla tad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments