Home / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 6. Ainel yang Malang

Share

Bab 6. Ainel yang Malang

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-04-22 16:30:22

"Apalagi pa?" tanya Ainel sambil memegang perutnya yang tampak mulai membesar.

"Duduk!"

Dengan malas Ainel menurut dan kembali duduk di kursi yang tadi ditinggalkannya.

"Kamu mau jabatan apa untuk Bara?" tanya tuan Hario.

"CEO mungkin?" jawab Ainel santai.

"Kamu jangan asal Ainel, CEO bukan untuk orang sembarangan."

"Terserah papa deh, percuma juga Ainel ngomong papa gak akan ngerti," ucap Ainel sambil kembali meninggalkan meja makan.

"Ainel!"

Teriak tuan Hario yang kali ini tak digubris oleh Ainel.

"Udah pa biarin aja," ucap bu Sirra.

Tuan Hario dan istrinya kembali melanjutkan makan malam tanpa Ainel. Denting bunyi sendok dan garpu yang beradu ke piring yang mengisi keheningan di meja makan keluarga Hario.

Sementara itu di dalam kamarnya, Ainel sedang berlayar di sosial medianya.

"Kenapa hidup gua jadi ribet gini?" gumam Ainel seorang diri.

"Mending kemarin gua gak usah nikah nurutin papa, mending gua kabur ke luar negeri aja."

Ainel terus saja menggerutu sambil melihat-lihat postingan Nilam yang sedang berliburan ke luar negeri.

*

Dia Ainel Celia Putri Hario, anak semata wayang seorang konglomerat kaya raya, dengan berbagai bidang bisnis digeluti legal maupun ilegal.

Ainel yang sedari kecil hidup bergelimang harta, apa yang diinginkan semuanya terpenuhi.

Tuan dan nyonya Hario semuanya sibuk, hingga tumbuh kembang Ainel diserahkan sepenuhnya kepada pengasuhnya.

Tuan Hario sibuk dengan bisnisnya, sedangkan nyonya Hario sibuk dengan geng sosialitanya, jalan-jalan, shopping dan arisan kegiatan hari-hari nyonya Hario.

Ainel anak yang cerdas dan berbakat, namun karena merasa terabaikan membuat dia mencari dunianya sendiri, hingga terjatuh dalam pergaulan bebas yang sebebas bebasnya.

Pernah waktu itu Ainel kecil merengek meminta kepada sang ibu untuk menyaksikan dia tampil sebagai penari balet berbakat di acara sekolahnya.

"Mama, besok Ainel akan tampil loh. Mama hadir ya lihatin Ainel," rengek Ainel kecil kepada sang mama.

"Aduh sayang, mama gak bisa. Besok mama harus terbang ke Jepang, liburan bersama teman-teman mama."

"Ainel boleh ikut?"

Saat itu umur Ainel menginjak sepuluh tahun dan duduk di kelas lima sekolah dasar.

"Ngapain kamu ikut, gak ada anak kecil ikut. Udah sana sama mbok Inah aja."

Bukan kebanggaan yang didapat saat menceritakan prestasi kepada ibunya, hanya kata-kata sibuk dan pengusiran yang didapat.

Lain lagi saat penerimaan raport kelas dua sekolah menengah pertama. Dengan riang Ainel menunjukkan hasil nilai raportnya kepada ibunya yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Mama, Ainel juara satu ma?" lapornya sambil menyodorkan buku raport.

"Bagus dong, memang seharusnya begitu kan sudah les privat."

"Ini ma raport Ainel."

"Kamu juara kan, ngapain lagi mama lihat!"

Dengan langkah gontai Ainel membawa raport itu ke ruang kerja ayahnya.

"Papa!"

Betapa terkejutnya Ainel saat itu mendapati papanya sedang bermain kuda-kudaan dengan mbak Yen salah satu asisten rumah tangga di rumahnya.

"Ada apa Ainel?" tanya tuan Hario sembari menaikkan kembali celananya.

"Ainel juara satu pa."

"Bagus."

Hanya jawaban singkat yang dia dapatkan. Sementara Mbak Yen berbaring pada posisi semula menutupi bagian intim yang terbuka dengan tangannya.

"Papa dan mbak Yen lagi ngapain?" tanya Ainel.

"Ainel, kalau tidak ada perlu kamu sebaiknya kembali ke kamar. Papa mau kerja."

"Sama mbak Yen pa?"

"Iya."

Tuan Hario mendorong tubuh kecil Ainel keluar dari ruang kerjanya, tanpa melihat mata Ainel sudah memerah menahan butiran-butiran bening di sudut matanya.

Terabaikan.

Itulah yang dirasakan Ainel kecil, hingga mulai hari itu Ainel tidak pernah sekalipun menunjukkan apapun prestasinya kepada kedua orang tuanya.

Dengan berlari Ainel menuju kamar mbok Inah.

Ceklek.

Ainel berlari memeluk mbok Inah saat mendapati wanita paruh baya dengan rambut yang sudah mulai ada yang memutih sedang berdiri di kamarnya.

Mbok Inah mengusap pelan rambut majikan kecilnya yang tampaknya sedang benar-benar terluka. Tak terdengar suara tangis dari mulutnya, hanya isak kecil dan dada yang turun naik menandakan hati majikan kecilnya sedang tidak baik-baik saja.

"Non, mbok ambil minum dulu ya," ujar mbok Inah melepaskan pelukan Ainel.

Ainel didudukan diranjang mbok Inah.

"Minum non," mbok Inah menyodorkan segelas air putih dingin kepada Ainel.

Ainel menghabiskan air yang diberikan mbok Inah.

Mbok Inah mengambil buku raport ditangan Ainel dan melihat-lihat isinya.

"Non Ainel hebat, dapat juara ya."

"Ayok senyum atuh non, masak dapat juara kok nangis."

Mbok Inah mengelus lembut rambut Ainel dan memeluknya.

"Selamat ya non dapat juara, nilainya bagus semua. Mbok bangga."

Ucapan mboh Inah semakin membuat tangis Ainel tak bisa berhenti.

"Papa mama tidak sayang dengan Ainel mbok."

"Kok bilang gitu, tuan dan nyonya sangat sayang kok kepada non Ainel."

"Papa dan mama sama sekali tidak mau lihat raport Ainel mbok."

"Mungkin mereka sedang sibuk non."

"Iya mbok."

Kembali Ainel memeluk mbok Inah dengan erat.

"Mbok, tadi Ainel lihat papa lagi kerja sama mbak Yen,"

"Kerja apa non?"

"Tadi Ainel ke ruang kerja papa, disana ada mbak Yen sama papa sedang kerja di sofa mbok. Papa sedang berada diatas tubuh mbak Yen, papa dan mbak Yen sama-sama gak pake baju mbok," cerita lugu Ainel. Sedangkan mbok Inah syok mendengar cerita Ainel.

"Emang mbak Yen sakit ya mbok?" tanya Ainel lagi.

"Kenapa non?"

"Mbak Yen jerit-jerit mbok bilang. Aa.. Aau ... Au pak enak."

"Papa menekan-nekan tubuh mbak Yen mbok," lanjut Ainel.

"Terus papa mengusir Ainel mbok."

"Yaudah non Ainel istirahat aja dulu ya," bujuk mbok Inah kepada Ainel.

"Boleh disini mbok tidur sama mbok?"

"Boleh non."

Dengan riang Ainel mengambil posisi tidur diatas kasur dan berbagi ranjang dengan mbok Inah.

Ainel tertidur sambil tersenyum.

Mbok Inah hanya melihat dengan kasihan kepada anak majikannya ini. Apapun yang diinginkan semuanya terpenuhi tanpa perlu menunggu. Namun satu hal yang tak pernah didapatkan semenjak lahir adalah kasih sayang kedua orang tuanya.

Bahkan anak sekecil Ainel melihat secara langsung perselingkuhan papanya bersama salah satu pembantunya.

Saat dimeja makan pagi, sarapan sudah tersedia di meja dengan teratur.  Saat mbak Yen mengantarkan piring, Ainel dengan polosnya bertanya.

"Mbak Yen sudah sembuh?"

Pertanyaan Ainel sontak membuat tuan Hario geram.

"Kamu sakit Yen?" tanya nyonya Hario.

"Enggak, Nyah,"

"Semalam mbak Yen di meja kerja papa tanpa baju."

"Mbak Yem mengeluarkan suara seperti ini ma Au.. Au.. Au pak enak sambil matanya terpejam ma," cerita Ainel.

Wajah nyonya Hario sudah memerah menahan amarah.

"Papa kamu bilang apa nak?"

"Papa gak bilang apa-apa ma, cuma terus menekan tubuh mbak Yen yang terus menjerit."

"Ainel!" teriak tuan Hario kepada Ainel.

"Mbok Inah, bawa Ainel pergi dari sini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 7. Ainel yang Liar

    Semenjak kejadian di meja makan itu, mbak Yen dipecat. Dan Ainel semakin terabaikan oleh kedua orang tuanya yang semakin disibukkan dengan urusan masing-masing.Hingga Ainel memasuki sekolah menengah atas, kehidupannya semakin bebas. Pulang atau gak itu tidak pernah dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Ainel mencari dunianya sendiri, clubbing menjadi kegiatan rutinnya.Bahkan hidup bebas bercampur pria dan wanita menjadi hal yang lumrah. Hingga malam itu dalam keadaan setengah mabuk Ainel diajak Ben pulang kerumahnya setelah mereka clubbing.Ben membawa Ainel ke kamarnya kemudian menyerang bibir Ainel. Ainel yang sedang mabuk membalas pagutan demi pagutan Ben, hingga tanpa disadari oleh Ainel mereka telah melakukan hal tersebut dan Ben yang merenggut kesuciannya."Kok gua dirumah lo Ben?" tanya Ainel saat terbangun di pagi hari dan mendapatkan tubuhnya tanpa sehelai benangpun."Lo ngapain gua Ben?" tanya Ainel marah.Sementara Ben duduk dan memutar rekaman di ponselnya apa yang mereka

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 8. Karena Aku Suamimu

    "Ma-aaf tuan," ujar Asep langsung menyambar pakaian nya dan segera berlalu keluar dari kamar.Bara hanya diam dengan tangan terkepal dan mata yang memerah. Wajar saja saat Bara memasuki rumah seluruh pekerja di rumah ini berusaha mencegahnya menuju kamar.."Tuan Bara mau makan?" tawar mbok Inah."Nanti aja mbok, terima kasih. Saya mau istirahat dulu mbok," jawab Bara santai menuju lantai atas."Atau tuan mau jus?""Gak.""Mau kue?""Terima kasih, gak perlu melayani saya seperti itu saya biasa melakukan sendiri mbok,"Bara menjelaskan, namun mbok Inah seperti tak putus semangat menawarkan Bara dengan sesuatu."Buah, tuan?"Bara hanya menggeleng."Atau mau mbok buatkan minuman dingin tuan?"Bara membalikkan badan menghadap mbok Inah yang tampak gelisah."Mbok sebenarnya ada apa?" tanya Bara."Gak ada apa-apa tuan, saya hanya menawarkan makan tuan.""Mbok gak usah repot-repot, mbok kan sudah tau saya disini diperlakukan seperti apa. Dan juga saya bisa lakukan sendiri untuk hal-hal sepert

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 9. Umpan Kedua

    Bara semakin menajamkan pendengarannya, tak disangka pintu tersebut ternyata tidak ditutup rapat. Diam-diam Bara menghidupkan video ponselnya untuk merekam pembicaraan dan juga melihat apa yang dilakukan tuan Hario di dalam ruang kerjanya saat tengah malam seperti ini.Dengan susah payah Bara mencari posisi yang pas agar tidak ketahuan sedang mengambil merekam dan mengambil video tersebut.Tuan Hario dan seorang wanita tersebut tidak menyadari bahwa apa yang sedang mereka lakukan sedang direkam oleh Bara. Keduanya terlalu sibuk dengan rencana busuk dan juga terlalu sibuk bergumul manja di tengah malam seperti ini.Hampir tiga puluh menit Bara masih di posisi semua layaknya videografer profesional, karena demi sebuah video bahkan rela berguling di lantai.Sepertinya tuan Hario sudah melakukan pelepasan dan mengakhiri permainan mereka yang hangat. Bara menghentikan rekamannya dan bersembunyi saat mendengar ada pergerakan disana. Ternyata hanya pergerakan dua manusia yang sedang mencapai

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 10. Perubahan

    Nyonya Hario seperti terhipnotis dengan kata-kata Bara sehingga dengan sekali rayuan Bara berhasil menguasai nyonya Hario, dengan seringai jahat Bara mengaktifkan kamera ponselnya.Bara dan nyonya Hario bagai sepasang kekasih yang lama tak bertemu, keduanya saling memburu. Bara sengaja membiarkan nyonya Hario memimpin permainan, agar beliau merasa semua perkataannya adalah benar bahwa dia masih mampu diranjang.Bara hanya sesekali menguasai selebihnya hanya mengimbangi demi tercapainya misi. Bara bersorak dalam hatinya bahwa semua orang dirumah ini pada akhirnya akan tunduk kepadanya.Bara dan nyonya Hario terpekik dan mengerang bersama saat mereka melakukan pelepasan bersama. Bara terguling di samping mertuanya, sedangkan tuan Hario hingga pukul tiga dini hari belum kembali ke kamarnya hingga membuat Bara dan mertuanya melakukannya hingga beberapa kali."Mama hebat," ujar Bara sambil membelai rambut pirang mertuanya."Hmmm.""Bara kembali ke kamar Ainel, ma?" ucap Bara sambil berdiri

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 11. Licik

    Bara dan Nyonya Hario saling pandang. Dengan gerakan kepala, mama mertuanya itu meminta Bara untuk bersembunyi.Ceklek!Dengan rambut yang masih acak-acakan, Nyonya Hario membuka pintu. Ternyata, sopirnya telah siap."Mobil sudah siap nyonya," ucap sang sopir ramah, namun matanya melirik ke arah dada nyonya Hario yang sedikit terbuka."Terima kasih Rudi, tunggu sebentar lagi saya sedang bersiap-siap," ucap nyonya Hario sambil kembali menutup pintu dan menguncinya.Bara sudah menunggu di belakangnya untuk melanjutkan permainan yang sempat tertunda."Satu lagi ma, mama harus menuruti apa yang Bara minta. Mama akan tahu sendiri akibatnya," bisik Bara di sela-sela serangannya.Nyonya Hario hanya mengangguk sambil memejamkan matanya menikmati sensasi yang diberikan menantunya tersebut.Setelah selesai permainan yang panas di pagi hari, Bara meninggalkan kamar ibu mertuanya dengan santai walaupun saat keluar kamar berpapasan dengan sopir yang kembali akan memanggil sang nyonya karena jadwal

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 12. Maafkan Aku

    "Ainel!" panggil Bara khawatir."Non!" panggil mbok Inah panik."Tuan harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepada non Ainel!" teriak mbok Inah sambil menunjuk ke arah muka Bara.Mang Bidin sibuk menenangkan mbok Inah yang terus berteriak-teriak kepada Bara.Bara memutar kemudi dengan keras dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tujuanya saat ini adalah rumah sakit atau klinik terdekat. Bara benar-benar khawatir dengan kondisi Ainel.Tak lama kemudian mobil tampak parkir sembarang di depan sebuah klinik, dengan bergegas Bara turun membuka pintu mobil disamping Ainel dan menggendong Ainel membawa masuk ke dalam klinik."Dokter! Tolong istri saya!" teriak Bara yang disusul mbok Inah dan suaminya dibelakang Bara.Beberapa perawat segera membantu Bara dan membaringkan Ainel di ranjang pasien, tak lama tampak seorang dokter dengan segera memeriksa kondisi Ainel.Bara dan yang lainnya tidak diperbolehkan masuk saat dokter sedang melakukan penanganan.Mbok Inah dan mang Bidin du

    Last Updated : 2025-05-08
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 13. Kalah

    "Halo," sapa Bara setelah menggeser tombol jawab pada layar hp nya."Apa kalian sudah sampai?" ternyata tuan Hario yang meneleponnya."Sedikit lagi, tuan," jawab Bara ramah.Bara mengaktifkan loudspeaker ponselnya dan memencet mode rekam. Bara sengaja membiarkan Ainel mendengar percakapan dengan ayahnya."Mulai hari ini kamu tidak usah lagi datang kekantor, kamu saya pecat!" ucap tuan Hario diseberang sana."Alasannya?" tanya Bara masih berusaha santai."Sekarang kamu kerja dirumah baru yang akan ditempati Ainel menjadi sopir dan penjaga rumah sampai tiba Ainel melahirkan, gaji kamu setiap bulan akan saya transfer," jelas tuan Hario."Setelah Ainel melahirkan?" selidik Bara."Kamu harus tinggalkan rumah tersebut dan saya akan berikan kamu pesangon."Ainel, mbok Inah dan mang Bidin terkejut mendengar penjelasan tuan Hario."Baiklah. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu tuan besok ada yang harus saya sampaikan," ucap Bara."Baik, saya tunggu jam sebelas siang. Jika lewat tidak ada kese

    Last Updated : 2025-05-08
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 14. Target Selanjutnya

    "Apaan sih lo, gua panggil security kalau lo gak sopan ke gua," ujar Lily sambil mendorong tubuh Bara.Bara menyeringai, dan memutar video panas tengah malam di ruang kerja tuan Hario. Wajah Lily memerah, menahan malu dan marah."Mau gua sebar?" tanya Bara."Siniin hape lo, hapus!" teriak Lily."Disini boleh dihapus, tapi jangan lupa sudah gua pindahin di semua tempat yang siap sebar. Mau terkenal?" tanya Bara sambil meniup telinga Lily sambil memberikan ponselnya kepada Lily.Lily mematung, tampak sudut matanya sudah siap tumpah."Jangan menangis, baby?" ujar Bara sambil menarik hidung Lily."Apa yang lo inginkan?" tanya Lily."Pertanyaan yang bagus sayang," ujar Bara duduk didepan Lily."Katakan!" Lily menggertak."Turuti saja apa mau gua," Bara menarik tangan Lily.Dengan terpaksa Lily mengikuti langkah kaki Bara.Bara mendudukan Lily di kursi di sebelah pengemudi, Lily masih diam. Bara menjalankan mobilnya dengan sedikit kencang, ternyata menuju sebuah hotel bintang lima yang tida

    Last Updated : 2025-05-08

Latest chapter

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 21. Sadar Diri

    "Minum dulu Nel," ujar Bara menyodorkan air mineral yang sudah dibukanya.Ainel menerima air tersebut kemudian menenggaknya hingga setengah botol."Gua gak tahan baunya," ujar Ainel kemudian."Yaudah kita cari mini market aja," ajak Bara.Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam mobil untuk mencari minimarket. Namun, setelah puas berkeliling hingga senja menjadi gelap mereka tak juga menemukan minimarket hanya ada beberapa toko yang lumayan besar, namun saat magrib tiba semuanya serentak tutup.Ainel hanya menghela nafas menyaksikan bagaimana suramnya kehidupannya saat ini setelah diasingkan ayahnya sendiri."Pulang aja," gumam Ainel pelan.Bara hanya mengangguk dan melirik sekilas kearah istrinya yang tampak kecewa."Inilah alasan kenapa gua gak boleh lo berangkat sendiri Nel," ujar Bara."Tempat ini seperti tempat pengasingan narapidana bagi lo yang dibesarkan dengan glamornya kehidupan kota," lanjut Bara lagi."Gua gak tahan," ujar Ainel."Sabarlah Nel, minimal sampai anak lo lahir.

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 20. Tidak Suka Perempuan

    "Rania tahu pak," ujar Rania santai dan duduk mepet ke Bara."Jangan menggoda saya kalau kamu sudah tahu Ran, nanti kamu menyesal," peringat Bara."Apa salahnya pak, poligami aja boleh kok asal mampu," ujar Rania sambil cemberut."Saya menghargai istri saya Ran.""Gak usah munafik deh pak, bapak menikah dengan anak pak Hario karena terpaksa kan. Dan dia juga tidak mencintai bapak kan?""Mau cinta atau tidak yang jelas kami sudah menikah," jawab Bara masih memejamkan matanya."Rania bisa memberikan apa yang dia tidak bisa berikan pak," ujar Rania sambil memegang pipi Bara.Dengan sedikit kasar Bara menepis tangan Rania, membuat wanita itu merasa sangat kesal."Dan perlu kamu ketahui Ran, saya ini bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki apa-apa Ran. Semua ini adalah milik orang tua istri saya."Bara beranjak menuju meja kerjanya melewati Rania yang kecewa mendapat penolakan. Baru kali ini ada orang yang menolak seksi tubuhnya."Jika tidak ada kepentingan lagi, kamu boleh keluar Ran," peri

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 19. Saya Sudah Punya Istri

    Bara masih berdiri di balkon, sambil melihat sekeliling. Hanya beberapa rumah yang tampak lampu menyala ikut menerangi kompleks ini, lainnya hanya ada lampu temaram di depan rumah menunjukkan bahwa rumah tersebut tak berpenghuni.Tanpa terasa waktu menunjukkan tengah malam, Bara masih berdiri di tempatnya. Entah sudah berapa batang rokok yang dihisapnya. Hingga saat ini Bara mulai terbatuk-batuk mungkin terlalu banyak asap yang ditelannya.Akhirnya Bara memilih masuk untuk segera mengistirahatkan tubuhnya. Memandangi langit kamar yang putih dan menghipnotis Bara segera terlelap.Sementara itu di kamarnya, Ainel belum bisa memejamkan matanya. Dia mengutuk Peter yang telah melecehkannya. Karena dulu Ainel memang sering mengajak Peter menemaninya saat dia sedang bete.Semburat cahaya matahari pagi menyilaukan, membuat Bara terbangun. Matahari telah bersinar menerobos masuk ke kamarnya karena jendela dan gorden yang tidak tertutup. Segera Bara mengecek jam di dindingnya, ternyata masih ja

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 18. Jangan Ganggu Istriku!

    Hampir jam sembilan malam Bara baru tiba dirumah. Ainel masih didepan tv dengan mengenakan baju yang kurang bahan. Terlihat Peter beberapa kali melirik Ainel sebelum masuk ke kamarnya."Kamu kalo mau makan langsung aja Peter, gak usah menunggu," teriak Bara sembari duduk disebelah Ainel."Iya pak," jawab Peter singkat."Nel, ini ada martabak dan dibelakang ada ayam bakar," ujar Bara."Beli dimana?" tanya Ainel cuek."Di dekat pabrik banyak yang jualan ternyata.""Hem, gua gak suka jajanan pinggir jalan!" jawab Ainel ketus."Kenapa?""Gak enak.""Oke, gapapa kalo lo gak mau. Tapi sampai kapan? Lo coba lihat ke sekitar sini, ini adalah tempat pembuangan. Dimana lo harus menempuh perjalanan kurang lebih empat jam untuk mencapai kota dan membeli makanan yang lo maksud.""Dan juga tidak setiap hari ada yang kekota," sambung Bara."Gua punya mobil.""Terserah lo kalo gak mau," ujar Bara sambil membawa kotak martabak kebelakang dan meletakkannya di atas meja makan.Bara menaiki tangga menuju

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 17. Masa Lalu

    Setelah sarapan Bara berpamitan kepada Ainel untuk berangkat kerja."Gua kerja dulu," ucap Bara sambil berdiri dari duduknya."Lo tau tempatnya?" tanya Ainel."Tuan Hario mengirimkan mobil beserta sopirnya.""Siapa?""Peter.""Peter jadi sopir?" tanya Ainel sambil mengernyitkan dahinya."Iya, kenapa?" jawab Bara singkat."Ah gapapa," jawab Ainel sedikit gugup.Di teras depan, mang Bidin sudah siap menunggu Bara. Mang Bidin akan ke pasar terdekat membeli perlengkapan berkebun."Yok mang," ucap Bara sopan.Mang Bidin mengikuti naik mobil yang akan membawanya ke pasar."Di dekat pabrik aja ojekkan, Peter?" tanya Bara."Ada tuan.""Yaudah nanti mamang ke pasar dari pabrik naik ojek aja ya," ucap Bara sambil mengedipkan mata kepada mang Bidin."Iya tuan." ucap mang Bidin pelan.Setelah sekitar tiga puluh menit mereka tiba di sebuah pabrik kertas yang akan Bara pimpin. Mang Bidin turun di depan pintu gerbang dan melanjutkan ke pasar dengan naik ojek.Sementara Bara langsung mengikuti meetin

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 16. Mata-Mata Mertua

    Saat Bara membalikkan badan akan kembali menuju teras, terdengar suara ranting yang dipijak. Memang disebelah kanan rumah ini terdapat tanah kosong dan pohon-pohon besar. Namun, lagi-lagi Bara tidak melihat apapun dari dalam sini.Bara mendengus kesal, dan memilih kembali duduk di teras rumah hingga menjelang pagi."Kok tuan Bara disini?" tanya Mang Bidin saat keluar rumah setelah shalat subuh."Gapapa mang, cari udara segar aja," ucap Bara sambil mematikan rokoknya."Kayaknya dari semalam tuan disini, bekas rokoknya udah banyak banget," sambung mang Bidin sambil duduk disebelah Bara."Dari jam satu mang.""Kenapa tuan?""Mang, jangan panggil Bara tuan ya. Bara gak terbiasa dan gak pantas.""Kok tuan bicara seperti itu.""Bara sama kayak mamang hanya pekerja disini, jadi jangan panggil tuan.""Tapi kan suami non Ainel.""Iya walaupun saya suaminya Ainel tapi saya gak suka dipanggil tuan.""Mamang panggil apa?""Panggil Bara aja gapapa mang.""Mamang panggil 'nak' aja ya?""Itu juga bo

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 15. Berjuang dalam Kenekatan

    "Ah enggak tuan, gak ada apa-apa," jawab mbok Inah gugup dan berlalu ke kamarnya.Namun, belum sempat kakinya melangkah Bara sudah mencekal tangannya."Mbok Inah mau kemana?" tanya Bara."Ke-ke kamar tuan," jawab mbok Inah ragu-ragu."Mbok, saya paling benci kebohongan. Beritahu saya apa yang dikatakan tuan Hario," ucap Bara pelan, namun dengan sorot mata yang menakutkan."Iya tuan.""Cepat katakan mbok!" tekan Bara."Tadi tuan Hario kesini, beliau mengatakan kalau tuan Bara adalah Presiden Direktur di sebuah perusahaannya, terus mbok dan mamang harus memantau setiap gerak gerik tuan. Bahkan di rumah ini dipasang beberapa cctv, tapi mbok gak tau persisnya dimana. Sumpah!" bisik mbok Inah pelan."Disini ada?" tanya Bara menunjuk tempat mereka berbicara."Sepertinya tidak ada, karena tadi mbok gak lihat mereka didapur.""Yaudah, terima kasih mbok. Gak usah siapin saya makan, biar saya siapin sendiri.""Baik tuan."Langkah Bara kembali terhenti."Ah iya satu lagi mbok, jangan panggil say

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 14. Target Selanjutnya

    "Apaan sih lo, gua panggil security kalau lo gak sopan ke gua," ujar Lily sambil mendorong tubuh Bara.Bara menyeringai, dan memutar video panas tengah malam di ruang kerja tuan Hario. Wajah Lily memerah, menahan malu dan marah."Mau gua sebar?" tanya Bara."Siniin hape lo, hapus!" teriak Lily."Disini boleh dihapus, tapi jangan lupa sudah gua pindahin di semua tempat yang siap sebar. Mau terkenal?" tanya Bara sambil meniup telinga Lily sambil memberikan ponselnya kepada Lily.Lily mematung, tampak sudut matanya sudah siap tumpah."Jangan menangis, baby?" ujar Bara sambil menarik hidung Lily."Apa yang lo inginkan?" tanya Lily."Pertanyaan yang bagus sayang," ujar Bara duduk didepan Lily."Katakan!" Lily menggertak."Turuti saja apa mau gua," Bara menarik tangan Lily.Dengan terpaksa Lily mengikuti langkah kaki Bara.Bara mendudukan Lily di kursi di sebelah pengemudi, Lily masih diam. Bara menjalankan mobilnya dengan sedikit kencang, ternyata menuju sebuah hotel bintang lima yang tida

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 13. Kalah

    "Halo," sapa Bara setelah menggeser tombol jawab pada layar hp nya."Apa kalian sudah sampai?" ternyata tuan Hario yang meneleponnya."Sedikit lagi, tuan," jawab Bara ramah.Bara mengaktifkan loudspeaker ponselnya dan memencet mode rekam. Bara sengaja membiarkan Ainel mendengar percakapan dengan ayahnya."Mulai hari ini kamu tidak usah lagi datang kekantor, kamu saya pecat!" ucap tuan Hario diseberang sana."Alasannya?" tanya Bara masih berusaha santai."Sekarang kamu kerja dirumah baru yang akan ditempati Ainel menjadi sopir dan penjaga rumah sampai tiba Ainel melahirkan, gaji kamu setiap bulan akan saya transfer," jelas tuan Hario."Setelah Ainel melahirkan?" selidik Bara."Kamu harus tinggalkan rumah tersebut dan saya akan berikan kamu pesangon."Ainel, mbok Inah dan mang Bidin terkejut mendengar penjelasan tuan Hario."Baiklah. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu tuan besok ada yang harus saya sampaikan," ucap Bara."Baik, saya tunggu jam sebelas siang. Jika lewat tidak ada kese

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status