Share

Bab 2

Penulis: Danira Widia
Dia telah kembali! Janice telah kembali ke masa lalu!

Tanpa memedulikan ekspresi terkejut dari orang-orang di sekelilingnya, Janice mencubit dirinya sendiri dengan keras. Rasa sakit itu langsung menjalar ke seluruh tubuhnya dan air matanya menggenang di matanya.

"Apa yang kamu tangisi! Memangnya keluarga kami yang buat salah sama kamu?" Terdengar suara yang penuh wibawa dari kursi utama.

Janice tersadar dan segera mendongak. Dia berhadapan dengan tatapan kesal dari Tuan Anwar yang sedang duduk di sana. Janice segera menundukkan kepala dan bersikap rendah diri seperti biasanya. Meski demikian, tubuhnya gemetaran karena menahan kegembiraan yang meluap.

Terdengar bisikan yang mencemooh dari orang-orang di sekelilingnya.

"Masih muda begini sudah nggak tahu malu. Berani-beraninya dia racuni Jason dan menidurinya. Sekarang sudah jadi skandal heboh di kota ini. Dia itu jelas-jelas mau maksa Jason bertanggung jawab, tapi malah nggak berani ngaku. Entah gimana didikannya selama ini."

"Bukan orang dari keluarga kita, jelas saja. Keluarga Karim nggak mungkin mendidik orang yang nggak punya rasa malu seperti itu. Di internet saja sudah ada buku hariannya yang berisi pengakuan cintanya sama Jason. Isinya memalukan sekali. Keluarga ini sudah membiayainya kuliah, tapi dia malah belajar ngerayu orang."

"Dari awal sudah kubilang, jangan bawa orang sembarangan ke rumah. Ini sama saja dengan membiarkan serigala masuk ke rumah sendiri. Entah belajar dari siapa sikapnya itu atau mungkin ... itu memang sifat turun-temurun."

Beberapa orang memandang ke arah ibu Janice yang berdiri di sudut ruangan.

Ivy.

Wajah Ivy pucat pasi. Dia menatap Janice sejenak, lalu menundukkan kepalanya. Bibirnya hampir terluka karena digigit terlalu keras, tetapi dia tidak berani membantah sepatah kata pun. Semua ini karena status Janice yang terlalu rumit.

Janice adalah anak dari pernikahan kedua ibunya. Ibunya menikah dengan kakak kedua Jason. Menurut silsilah keluarga, Janice seharusnya memanggil Jason sebagai "Paman".

Namun, dia tidak pernah melakukannya. Karena dia tidak punya hak.

Di kehidupan sebelumnya, Janice juga berada di tengah-tengah tuduhan orang-orang ini. Dengan ketakutan, dia meminta maaf dengan tulus dan secara tidak langsung mengakui bahwa dia telah meracuni Jason dan menidurinya.

Setelah dia hamil, Jason terpaksa menikahinya. Bukan hanya Jason yang membencinya, tetapi seluruh kota juga merasa jijik padanya. Mereka semua menganggap Janice sebagai wanita yang rela melakukan apa pun demi menikahi keluarga kaya.

Namun di kehidupan ini, Janice bertekad untuk mengubah nasib tragisnya!

Janice menatap sekelilingnya sambil memperhatikan anggota Keluarga Karim yang duduk tegap dengan ekspresi dingin. Kali ini, tidak ada lagi rasa takut seperti di kehidupan sebelumnya.

Baru saja dia hendak berbicara, langkah kaki yang tegas terdengar dari belakangnya. Selain Anwar yang sedang duduk di kursi utama, semua orang berdiri dengan penuh hormat. Sosok tinggi itu melewati Janice dan berjalan ke depan.

Pelayan mengambil jas yang dilipat dari lengan pria itu, lalu menunduk dan berkata, "Pak Jason."

"Hm," jawab Jason dengan datar. Kemudian, dia mengangguk ke arah Anwar yang duduk di kursi utama, lalu duduk dengan tenang.

Dari awal hingga akhir, dia tidak pernah melirik ke arah Janice sekali pun, seolah-olah kehadirannya sama sekali tidak berarti. Namun, Janice terus memandangnya dengan tatapan yang tajam.

Sampai akhirnya Jason menyadari tatapan itu dan menunduk, lalu menatap balik ke arah Janice. Dalam sekejap, tubuh Janice bergetar ketakutan. Kenangan dari kehidupan sebelumnya kembali menghantamnya.

Mulutnya terasa getir dan tangannya yang menggenggam erat seolah-olah sedang memegang tangan kecil Vega. Dia tidak akan pernah melupakan wajah itu.

Lekuk wajahnya yang tegas dipadukan dengan sorot matanya yang tampak sulit ditebak. Di ibu jari kirinya, Jason mengenakan cincin merah dari batu giok yang berkilauan bagaikan darah. Sama seperti dirinya, Jason tampak dingin dari luar tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbahaya.

Melihat tatapan Janice, Jason terdiam sejenak sembari memutar-mutar cincin di ibu jarinya. Namun, ketika sebuah tangan yang lembut bersandar di bahunya, Jason kembali menunjukkan sikapnya yang dingin seperti biasa.

Orang itu adalah Vania. Matanya memerah dan bengkak karena menangis. Wajahnya tampak lembut dan pilu. Akhirnya, semua orang telah berkumpul.

Anwar mengangkat cangkir tehnya, lalu menyingkirkan daun teh di permukaan sambil menatap Janice dengan tatapan mengintimidasi.

"Sudah, mau ribut apa lagi? Apa keluarga kita belum cukup malu?"

"Janice, kamu dan ibumu sudah bertahun-tahun tinggal di Keluarga Karim. Keluarga kami sudah perlakukan kalian dengan baik. Jadi kalau kamu melakukan kesalahan, sudah seharusnya kalian mengakuinya."

Kalimat itulah yang menjadi ancaman terselubung bagi mereka berdua. Anwar memang tidak menyukai Ivy sejak dulu. Ancaman itu membuat Ivy yang memang sudah penakut dan mudah cemas, menjadi semakin tak berdaya.

Ivy langsung maju dan menarik lengan Janice sambil menangis dan membujuknya, "Janice, cepat minta maaf sama Kakek. Setelah minta maaf, semuanya akan baik-baik saja. Jangan besar-besarkan masalah lagi!"

Minta maaf? Hehe .... Ivy tidak tahu bahwa Anwar sama sekali tidak berniat mau melepaskannya. Dia terus menunggu Janice meminta maaf, lalu menjadi kambing hitam bagi Keluarga Karim untuk dicecar netizen.

Janice tidak lagi menundukkan kepala. Kali ini, dia meluruskan punggungnya dengan tegap, lalu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan dan akhirnya tatapannya jatuh pada Jason. Ketika mata mereka bertemu, tatapan Jason tetap tampak dingin. Seolah-olah dia sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada Janice.

Namun kali ini, Janice tidak akan membiarkannya berjalan seperti yang mereka harapkan. Di bawah tatapan Jason, Janice menopang lututnya yang sudah mati rasa dan berdiri dengan sebuah senyuman tipis di wajahnya.

"Kenapa aku harus minta maaf?"

"Apa katamu?" Wajah Anwar langsung berubah menjadi muram karena marah. Teh di tangannya tumpah sebagian.

Janice berkata dengan jelas dan menekankan setiap kata, "Pertama, bukan aku yang menaruh obat, jadi kenapa aku harus minta maaf? Kedua, orang di foto itu nggak kelihatan jelas. Cuma karena seorang paparazi bilang itu aku, lalu kalian langsung percaya?"

"Apa kalian lihat sendiri aku menidurinya? Atau ... Paman memang melihatku dalam keadaan sadar? Kalau dia memang sadar, mana mungkin dia bertindak nggak senonoh padaku? Kalau dia nggak sadar, siapa yang bisa membuktikan itu aku? Bukankah begitu?"

Selama Janice tidak mau mengakuinya, tuduhan itu tidak sah! Atau kecuali Jason sendiri yang mengakui hal tersebut ... wanita di dalam foto itu bisa saja orang lain. Namun, Jason yang begitu mencintai Vania, mana mungkin akan mengakuinya?

Dia pasti berharap wanita tadi malam bukanlah Janice!

Namun ....

Tatapan Jason tiba-tiba menjadi lebih dalam. Tangan yang mengenakan cincin giok perlahan mengepal erat. Dia tidak menjawab pernyataan Janice, melainkan mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat semua orang terkejut.

"Tadi kamu manggil aku apa?"

"Paman." Janice menatapnya dengan dingin sambil meredam semua emosi dalam hatinya. Di kehidupan ini, semua kesalahannya cukup sampai kejadian tadi malam.

"Bagus sekali." Jason berkata dengan suara rendah dan tatapannya semakin dalam. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun.

Dengan posisi duduk yang elegan, tangannya yang panjang dan kuat menggantung santai di sandaran kursi, menegaskan posisinya sebagai penguasa. Dia menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menembus ke dalam pikirannya dan mencoba memahami setiap niatnya.

Janice mengatupkan bibirnya seketika. Meskipun telah mengalami kehidupan kedua, aura yang dipancarkan Jason tetap membuatnya ketakutan. Dia terpaksa mengalihkan wajahnya.

Anwar meletakkan cangkir tehnya dengan keras sambil bertanya, "Kalau begitu, kamu bilang sendiri siapa itu?"

Janice melepaskan tangannya yang terkepal erat, lalu menunjuk seseorang. "Dia ...," kata Janice.

Orang yang ditunjuknya adalah Vania.

Tangisan yang hampir mengalir dari mata Vania tiba-tiba terhenti di sudut matanya. Dia tertegun sejenak karena ditunjuk. Janice menyunggingkan senyuman tipis.

Di kehidupan ini, Janice akan merestui kisah cinta kedua orang ini yang membuat semua orang iri. Janice juga penasaran, bagaimana reaksi Jason nantinya setelah mengetahui sosok asli wanita yang dicintainya ini.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (11)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
semakin menarik, cerita ttg balik kemasalalu ini biasanya bagus .
goodnovel comment avatar
Anggun Anggraini
kelanjutan Bab 1 ada di Bab brp?
goodnovel comment avatar
dekinkin1980
sangat puas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1227

    Ketika mereka masih berbincang, Norman sudah mendapatkan sebagian data mahasiswa seni yang hilang."Kebanyakan dari mereka dibawa ke luar negeri dengan iming-iming gaji tinggi, lalu menghilang. Karena melibatkan penyelidikan lintas negara, prosesnya sangat lambat." Sambil berkata, Norman membuka beberapa foto.Saat ini, data lengkap hanya ada untuk belasan gadis. Kebanyakan baru lulus, muda dan cantik.Janice melirik foto-foto itu, lalu terpaku pada salah satu foto. Dia merasa gadis itu berbeda. Sissy.Janice menunjuk nama itu. "Mulai dari dia."Norman sedikit terkejut, secara naluriah menatap Jason.Jason mengangguk. "Cari tahu.""Baik." Norman pun pergi.Landon memandang kertas itu dengan wajah serius. "Apa sebenarnya yang sedang direncanakan Keluarga Azhara?"....Di tempat lain, Chelsea kedinginan. Dia menggigil, menyandarkan dahinya pada sebuah tangan. Dia ketakutan dan segera membuka mata. Yang terlihat adalah tiga wajah pucat dan asing."Kalian ...." Chelsea hendak mengangkat tu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1226

    Janice hanya tidur sebentar, tetapi mimpi buruk terus berdatangan, bahkan lebih melelahkan daripada saat dia terjaga.Begitu mendengar ucapan Landon, dia tak peduli pada tubuhnya yang berat dan langsung berdiri. Seketika, dunia berputar. Saat Janice hampir terjatuh, Jason langsung berlari mendekat untuk menahannya."Sudah lebih baik?" Jason meraba tangan Janice yang dingin, lalu mengusapnya dengan telapak tangannya.Janice mengangguk, buru-buru bertanya, "Chelsea di mana? Di mana dia?"Louise membawa secangkir teh dan berlari mendekat. "Jangan panik dulu, kita bicarakan baik-baik. Begitu kalian pulang, aku sudah merasa ada yang nggak beres."Setelah menyeruput teh, suasana perlahan menjadi lebih tenang. Memang benar terburu-buru tak akan menyelesaikan masalah. Yang penting Chelsea masih hidup.Landon berkata, "Aku sudah ambil rekaman CCTV dari kantor polisi, kalian lihat saja."Saat membuka rekaman, tepat terlihat adegan sebelum Chelsea diserang. Dia berjalan di tepi sungai, tiba-tiba

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1225

    Janice tidak bisa langsung menjelaskan rasa familier itu. Dia bahkan berharap bisa segera tertidur, mungkin di dalam mimpi dia akan mengingat sesuatu.Saat sedang berpikir, pelayan yang tadi dikirim Jason berlari kembali. "Pak Jason ... Bu Chelsea ... sudah meninggal."Napas Janice terhenti, tubuhnya langsung lemas. Belum sempat dia memejamkan mata, sosok di sisinya sudah berlari keluar.Janice buru-buru menggenggam tangan Jason dan menopang tubuhnya sendiri agar tetap tegak. Dia tidak boleh jatuh. Dia harus mencari Chelsea."Aku temani kamu," bisik Jason di telinganya sambil merangkulnya dan membawanya keluar.Tak lama kemudian, kabar itu sudah terdengar oleh banyak orang dan mereka berbondong-bondong menuju tepi sungai di dekat hotel.Di sepanjang jalan, Janice menyusun potongan informasi dari bisikan orang-orang. Chelsea ditusuk oleh seorang penggemar fanatik, lalu didorong ke sungai.Ketika Janice tiba di tepi sungai, polisi juga sudah berada di sana. Mereka mulai mengumpulkan bukt

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1224

    Begitu Landon mendengar bahwa Chelsea masih berada di lantai atas, dia langsung cemas dan berbalik. Kebetulan saat itu Bayu sedang tersenyum menyambut para tamu.Jason segera menarik Landon. "Kamu nggak bisa pergi. Dia justru datang sekarang untuk melihat siapa yang akan mencoba menyelamatkan Chelsea."Wajah Landon menjadi suram. "Dia melakukan ini karena kesepakatannya denganku, jadi aku nggak bisa membiarkannya begitu saja.""Alasannya simpan saja untuk dibicarakan langsung dengannya." Jason menarik Landon kembali ke sisi mereka, sikapnya terlihat santai seolah mereka hanya sedang mengobrol biasa.Dari sudut matanya, Jason melirik ke arah pintu, memperhatikan seorang pelayan. Pelayan itu segera menghilang dari pandangan.Di saat yang sama, Bayu membawa beberapa orang mendekati Jason dan Landon. Karena Chelsea dikenal oleh mereka, Bayu pun langsung mencurigai keduanya. Jika Landon sampai pergi, semua penyelidikan sebelumnya akan sia-sia."Pak Jason, Pak Landon, lagi ngobrol apaan? Ken

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1223

    Chelsea tidak berani mengambil risiko. Dia meletakkan ponselnya dan langsung memilih untuk mencetak dokumen. Sambil mencetak, dia juga menghapus semua jejak pencetakan.Dia tidak mencetak semuanya, hanya beberapa nama orang yang cukup terkenal. Begitu selesai, tumpukan kertas itu cukup tebal. Jumlah uang yang tertera di atasnya adalah angka yang tidak akan berani dibayangkan oleh orang awam.Setelah memastikan semua jejak sudah dihapus, Chelsea buru-buru mematikan komputer dan mengembalikannya ke tempat semula. Baru saja dia melangkah keluar dari ruangan dan merasa lega, tiba-tiba terdengar langkah kaki panik dari arah ruang rapat.Chelsea tertegun sejenak, lalu melihat Norman berlari keluar dari ruangan di sebelah ruang rapat.Norman juga melihatnya dan segera menariknya untuk lari bersama.Namun, gaun pesta yang dikenakan Chelsea terbuat dari emas. Bobotnya sangat berat sehingga membuatnya tidak bisa berlari cepat dan justru memperlambat langkah Norman. Mendengar langkah kaki dari be

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1222

    "Pak Bayu, bukankah kamu baru bekerja sama dengan Grup Karim? Kalau kamu menyingkirkan setelah memanfaatkan mereka, anggota Keluarga Karim mungkin ...."Sebelum orang itu selesai berbicara, Bayu tersenyum sinis. "Jadi, kenapa? Asalkan kapal berangkat dari pelabuhannya Keluarga Karim, Pak Jason nggak ada gunanya lagi. Lagi pula, Pak Jason dan Pak Anwar sudah saling berselisih sejak lama dan sekarang putriku juga pacaran dengan Yosep. Tanpa Pak Jason, apa masih perlu aku jelaskan Keluarga Karim akan jadi milik siapa?"Semua orang langsung terdiam dan saling menatap.Bayu mengambil segelas anggur di depannya dan meminumnya satu teguk, lalu berkata, "Kalau kalian nggak setuju, nggak apa-apa juga."Semua orang baru saja hendak merasa lega saat mendengar perkataan itu, tetapi Bayu melanjutkan dengan pelan, "Berarti kalian akan mati bareng Pak Jason."Semua orang yang berada di ruang rapat itu langsung terkejut. Beberapa dari mereka bahkan menggigit bibir karena teringat Bayu memegang bukti k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status