Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu

Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2023-05-22
โดย:  Hawa Hajariจบแล้ว
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 คะแนน. 1 ทบทวน
77บท
9.1Kviews
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

Wati rela dimadu saat suaminya--Dedy--dilamar oleh Rara, bos tempat pria itu berkerja. Diiming-imingi kehidupan yang lebih baik, ternyata Dedy justru membiarkan Rara menjadikan Wati sebagai babu. Bagaimana aksi Wati membalas perlakuan suami dan madunya? Apalagi, Wati baru tahu bahwa keluarga kandungnya sedang mencari Wati. Dan, mereka kaya raya :)

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

1. Obrolan Dedy dan Rara

Wati yang tiba-tiba terjaga dari tidur memutuskan untuk mengambil minum.

Dengan pelan, ia membuka pintu kamar agar tidak terdengar deritan dari engsel pintu yang belum pernah diminyaki. Wati tidak ingin membangunkan Dedy yang tengah tidur dengan istri keduanya di kamar seberang.

Sayangnya, ketika kaki Wati melewati kamar madunya itu, terdengar suara-suara mencurigakan dari dalam sana. 

Wati tidak ingin mendengarkan, tetapi rasa penasaran akhirnya menguasai dirinya. Dengan berjinjit,  Wati pun berhenti di depan pintu kamar madunya.

“Kamu hebat, Mas. Selalu perkasa,” bisik Rara dari dalam kamar.

“Kamu juga hebat, Sayang. Tidak seperti Wati yang tidak tahu caranya melayani suami di kasur,” balas Dedy juga berbisik.

Meskipun kedua orang itu berbisik-bisik, tetapi sunyinya suasana malam membuat bisikan itu terdengar baik oleh telinga Wati–yang berada di luar pintu kamar. 

Wati mengepalkan tangan yang gemetar. 

Dihina suami sendiri di depan madu, siapa yang tidak geram? Padahal, ia tak pernah menolak melayani Dedy di kasur dalam kondisi apapun. Dedy minta permainan dengan gaya apapun, juga tidak pernah Wati tolak. Dedy sudah berbohong kepada adik madunya itu!

“Kenapa kamu enggak menceraikan dia saja sih, Mas?” bisik Rara lagi.

“Buat apa? Wati bisa membantumu mengerjakan pekerjaan rumah, jadi enggak perlu repot-repot membayar pembantu,” sahut Dedy masih berbisik.

Rara terkikik kecil. Suara yang keluar dari mulutnya seperti ditahan dengan tangan.

“Betul juga. Kamu pintar, Mas,” ujar Rara.

“Iya, dong. Aku nggak mau tangan halusmu ini kasar karena mencuci dan mengerjakan pekerjaan rumah lain. Biar tangan ini membelai-belaiku saja,” imbuh Dedy.

“Tetapi, bagaimana kalau nanti Wati mengadu kepada keluarganya kalau di sini dijadikan babu?” tanya Rara cemas.

“Tak usah khawatir. Dia itu yatim piatu. Enggak punya keluarga lagi buat tempat mengadu,” jawab Dedy tenang.

Di balik pintu, Wati menggigit bibirnya dengan perasaan tertusuk. Air mata turun mengalir di pipi. Ia membalik badan, lalu kembali masuk ke dalam kamarnya dengan langkah hati-hati seperti keluarnya tadi. Rasa hausnya sudah hilang.

Wati menangis diam-diam di balik bantal. Sengaja menutupi isaknya agar tidak ketahuan. Ternyata sebusuk itu Dedy yang pernah memintanya menjadi istri.

Dulu, Dedy melamarnya sambil berlutut seperti adegan di film-film romantis. Ternyata, semua itu hanya siasat demi mendapatkan yang diinginkannya. Setelah manisnya didapat, sepah dibuang.

Ke mana janji Dedy dulu saat meminta izinnya untuk menikah lagi? Janji bahwa hidup mereka akan lebih baik setelah Dedy menikah dengan Rara. Ternyata semua itu hanya pemanis bibir. Nyatanya, semua itu hanya taktik licik untuk mendapatkan izin Wati saja!

Tanpa sadar, tangan Wati mengepal. "Tega kamu, Mas...."

****

Wati teringat dulu saat mereka baru pertama kali menikah. 

Dedy masih bekerja serabutan, sementara Wati mengurus rumah tangga dan tidak bekerja di luar rumah. Terkadang, Dedy mendapatkan uang, terkadang tidak. Oleh karena itulah, rezeki yang didapat pada hari ini harus dapat disisihkan untuk esok hari. Berjaga-jaga kalau besok tidak ada lagi uang yang didapat.

Berlauk makan ikan asin dan sambal sudah jadi makanan yang sering dijalani. Satu hari bisa masak saja Wati sudah sangat bersyukur. Sering kali terjadi, satu butir telur dijadikan telur dadar dengan menambahkan air dan tepung terigu yang banyak agar dapat dimakan berdua.

Oleh karena itulah, saat mendapatkan pekerjaan sebagai kuli angkut barang di toko kelontong di pasar, Dedy maupun Wati sama-sama bersorak gembira.

Toko kelontong itu dimiliki oleh seorang janda bernama Rara. Usia Rara lebih tua lima tahun daripada Dedy. Namun, wajahnya tidak terlihat lebih tua dari Dedy. Banyak menghabiskan waktu kerja di bawah terik sinar matahari telah membuat wajah Dedy lekas keriput akibat terbakar matahari.

Semenjak saat itu, kehidupan Wati dan Dedy menjadi jauh lebih baik. Gaji yang diterima oleh Dedy memang tidak besar, tapi dengan adanya kepastian uang setiap bulan maka Wati bisa berhemat dan mengatur keuangan.

Akan tetapi, belum lama mengecap rasa tentram dalam berumah tangga, cobaan sudah datang lagi! 

Pada suatu hari, Dedy mengatakan niatnya untuk menikah lagi. Tidak main-main, wanita yang ingin dinikahinya adalah Rara–bosnya sendiri!

“Kalau aku menikahi Rara yang kaya, kita tidak akan hidup susah seperti ini lagi. Enggak perlu mikir lagi harus berhemat uang buat makan sampai akhir bulan,” bujuk Dedy.

“Tapi, Mas. Apa tidak ada cara selain menikah lagi?” tanya Wati yang berkeberatan.

“Apa kamu cemburu? Kamu pikir aku tidak cinta lagi kepadamu?” tanya Dedy.

“Jelas, Mas. Siapa wanita yang ingin dimadu? Siapa wanita yang tidak cemburu?” jawab Wati.

“Kamu jangan cemas, Wati. Meskipun aku menikahi Rara, tapi cinta sejatiku tetap kamu,” tambah Dedy lagi, tangannya mengelus kepala Wati.

Ya, itu perkataan Dedy dulu. Tetapi, sekarang? Apa yang didengar Wati tadi di kamar madunya sudah menghancurkan perasaan Wati.

Wati menangis tersedu-sedu. Apabila hatinya terbuat dari kaca, maka pastilah bentuknya sudah hancur berkeping-keping seperti kaca yang dibanting ke lantai. Tega sekali Dedy berkata begitu kepada madunya!

Apakah dulu dia dilamar hanya untuk dimanfaatkan dan disia-siakan? Jahat sekali! Wati tak menyangka ada manusia berhati se-tan macam Dedy. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Wati menghapus air mata. Ia duduk memeluk lutut di kasur busa tipis di dalam kamar. 

Sementara tulangnya masih bisa merasakan kerasnya lantai saking tipisnya alas tidurnya, Rara di kamar seberang tidur nyaman dengan spring bed kualitas nomor satu.

Akan tetapi, dia bisa apa? Rumah besar ini milik Rara. Semua isinya pun milik Rara. Saat memasuki rumah ini, bisa dikatakan Wati hanya membawa badan berbalut pakaian lusuh. Wati masih ingat pandangan mata menghina dari sorot mata Rara saat itu.

“Ini istri pertamamu, Mas?” tanya Rara kepada Dedy.

“Iya, Sayang. Terima dia tinggal di sini, ya. Jangan usir dia, kasihan. Dia tidak punya keluarga dan siapa-siapa lagi selain aku,” pinta Dedy saat itu.

Rara menatap Wati dari ujung kepala hingga ujung kaki. Selama memandang, mulut Rara tak berhenti cemberut dan mencebik. Wati sendiri hanya menunduk dalam-dalam, tak berani menatap mata madunya. Dari segi apapun, ia kalah pamor dibandingkan madunya yang kaya.

“Ya, sudah! Aku terima dia di sini. Tetapi jangan mimpi di sini dia bakal ongkang-ongkang kaki,” ketus Rara.

“Jangan khawatir, Sayang. Wati ini orangnya rajin. Dia juga pandai memasak dan berbenah. Dia tidak akan merepotkanmu,” kata Dedy halus membujuk.

“Kita lihat saja nanti. Ingat, kamu tinggal menumpang di sini jadi harus tahu diri. Makan dan tinggal di sini jangan dianggap gratis,” sembur Rara lagi.

Ingatan-ingatan itu terus membayangi Wati bagaikan kaset rusak, hingga akhirnya Wati tanpa sadar terlelap di kasurnya yang tak nyaman itu.

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

user avatar
Diganti Mawaddah
Yuhu, selalu ditunggu kelanjutannya. Semangat update Kakak :)
2023-01-06 09:21:38
0
77
1. Obrolan Dedy dan Rara
Wati yang tiba-tiba terjaga dari tidur memutuskan untuk mengambil minum.Dengan pelan, ia membuka pintu kamar agar tidak terdengar deritan dari engsel pintu yang belum pernah diminyaki. Wati tidak ingin membangunkan Dedy yang tengah tidur dengan istri keduanya di kamar seberang.Sayangnya, ketika kaki Wati melewati kamar madunya itu, terdengar suara-suara mencurigakan dari dalam sana. Wati tidak ingin mendengarkan, tetapi rasa penasaran akhirnya menguasai dirinya. Dengan berjinjit, Wati pun berhenti di depan pintu kamar madunya.“Kamu hebat, Mas. Selalu perkasa,” bisik Rara dari dalam kamar.“Kamu juga hebat, Sayang. Tidak seperti Wati yang tidak tahu caranya melayani suami di kasur,” balas Dedy juga berbisik.Meskipun kedua orang itu berbisik-bisik, tetapi sunyinya suasana malam membuat bisikan itu terdengar baik oleh telinga Wati–yang berada di luar pintu kamar. Wati mengepalkan tangan yang gemetar. Dihina suami sendiri di depan madu, siapa yang tidak geram? Padahal, ia tak pern
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
2. Gaun Rara
“Mbak, kalau nyuci baju yang bener, dong! Lihat, gaun mahalku jadi rusak gara-gara kamu cuci pakai mesin,” marah Rara kepada Wati.Sejak ayam berkokok di luar jendela kamarnya, Wati telah berada di dapur–memasak makanan untuk Dedy dan Rara, menyapu dan mengepel, mencuci piring dan mengelap perabotan rumah, juga mencuci dan menjemur pakaian. Tapi, madunya yang baru bangun ini tiba-tiba datang dan memarahinya?Wati tertunduk dalam, tak berani menatap apalagi membalas ucapan Rara. Namun, tangannya mengepal–menahan emosi yang bercampur-aduk.“Lihat, nih! Manik-manik kristalnya jadi copot semua. Rusak gaun mewahku. Kamu mana bisa ganti, sih,” ejek Rara lagi.“Maaf, Ra. Aku enggak sengaja,” lirih sekali Wati menjawab. Dalam hatinya, ada rasa takut untuk mengganti gaun tersebut karena dia tidak punya uang sama sekali.“Maaf, maaf! Enak saja minta maaf. Apa dengan maaf gaunku bisa kembali?” cibir Rara, berlagak tidak peduli.“Biar nanti aku jahitkan lagi manik-manik yang lepas dari gaunmu, y
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
3. Cinta Dedy
Lama Dedy memadangi Wati, sebelum akhirnya pria itu berkata, “Tentu aku cinta kamu. Kenapa kamu tanya begitu?” Tangan Dedy seketika berusaha membuka baju Wati lagi, tetapi Wati menepis tangan Dedy.“Kalau begitu, kenapa kamu membiarkan aku diperlakukan begini oleh Rara?” tanya Wati pelan.Dedy mendengkus. Ia menghentikan usahanya dan duduk di atas kasur tipis.“Semua ini aku lakukan karena aku cinta kamu. Rara itu kaya raya. Dia juga sedang sakit berat, hidupnya mungkin tinggal sebentar. Setelah dia pergi, semua hartanya bisa kita miliki. Saat itu, hanya ada aku dan kamu,” bisik Dedy seraya menatap Wati tepat di manik mata.“Aku membiarkan dia memperlakukanmu seperti babu, agar dia tidak curiga dengan rencanaku. Percayalah, hanya kamu yang aku cinta,” tambah Dedy.“Jadi, kamu betul-betul tidak cinta dia, Mas?” tegas Wati.“Pasti! Rara yang melamarku, bukan aku yang melamarnya. Aku ini lelaki, suka memburu dan bukan barang buruan,” jawab Dedy lagi.Wati terdiam. Apakah Dedy jujur saat
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
4. Izin
Wati beranjak menuju ruang makan, mengambilkan sepiring nasi goreng dan lauk sosis dengan hati yang galau. Ingin rasanya ia pergi dari rumah ini, tetapi ia merasa tak berdaya. Ia takut apabila kabur dari rumah ini, maka ia akan terlunta-lunta di jalanan. Sebetulnya, Wati punya ijazah SMU. Tapi, ijazah itu ia titipkan kepada Bu Nara–ibu pengurus panti tempatnya dulu dibesarkan. Wati melakukan itu karena tidak berpikir bahwa lembaran itu akan berguna. Dia memang tidak berniat bekerja setelah menikah.Saat itu, Wati menyangka hidupnya akan lebih mudah setelah menikah. Sungguh, naif bin bodoh!Nyatanya, kehidupan Wati menjadi lebih rumit dan morat-marit. Apalagi, saat menikah Dedy belum punya pekerjaan tetap.Apabila sudah begini, menyesal rasanya dulu Wati menikah cepat-cepat. Lulus SMU, kenapa dia langsung menerima lamaran Dedy yang berumur dua tahun lebih tua daripada dirinya? Hanya karena sudah berpacaran selama tiga tahun, Wati tak kuasa ketika Dedy terus mendesaknya untuk menika
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
5. Keputusan
Belum sempat Wati menjawab lagi, Rara sudah berada di hadapan mereka berdua. Tatapan matanya terlihat tidak suka saat mendapati Wati berbicara di dekat Dedy. Wati mundur, memberikan tempat buat Rara untuk naik ke boncengan sepeda motor Dedy.“Kami pergi sekarang. Jangan lupa antar makan siang buat kami dan pegawai,” ketus Rara.Salah satu tugas Wati mengantarkan makan siang buat Dedi dan Rara, juga beberapa pekerja toko yang berbilang tak sampai lima orang. Rara memerintahkan Wati untuk memasak makan siang bagi para pegawainya, agar dia tak perlu memberi uang makan bagi para pekerja itu.Dedy dan Rara pun berlalu—meninggalkan Wati yang menatap dua sejoli itu pergi. Sambil memandang kepulan asap dari sepeda motor Dedy yang meraung pergi, Wati menentukan sikap. Ia berbalik masuk kembali ke dalam rumah, lalu masuk ke dalam kamarnya.Saat tadi Dedy menolak permintaannya untuk mengunjungi Bu Nara, Wati sudah tahu bahwa Dedy tak akan pernah mengizinkannya menemui Bu Nara. Untuk menemui
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
6. Kabar Dari Ibu Panti
Mata ibu pengurus panti terbelalak. Ia seolah-olah tak percaya bahwa betul-betul Wati yang berada di hadapannya saat ini.“Iya, Bu. Ini aku Wati,” kata Wati lalu meraih tangan ibu pengurus panti untuk dicium olehnya. Perbuatan itu sudah biasa dilakukan Wati terhadap ibu pengurus pantinya sejak ia dapat mengingat meskipun umurnya masih kecil.“Masuk, masuk! Kurusan kamu sekarang,” celetuk ibu pengurus panti ramah.Wati tersenyum. Ia menyadari bahwa penampilannya saat ini sama sekali tidak enak dipandang. Tubuh kurus, wajah tidak terurus, dan kulit kering dan pecah-pecah. Masih ditambah lagi dengan pakaian yang melekat di tubuhnya amat lusuh. Berbeda sekali penampilan Wati dengan ibu pengurus panti yang gemuk dan berpakaian layak.“Apa kabarmu, Ti? Kamu sendirian kemari? Suamimu kerja?” tanya ibu pengurus setelah mereka duduk di kursi ruang tamu panti.“Iya, Bu. Mas Dedy kerja,” sahut Wati dengan hati perih.Ia ingin menceritakan seluruh keadaan hidupnya saat ini pada ibu pengurus pan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
7. Keluarga Wati?
“Seminggu yang lalu. Ibu sampai bingung, karena kamu kan enggak punya ponsel. Setelah menikah juga kamu baru sekali datang kemari. Ibu sih ingat alamat rumahmu yang dulu, tetapi saat kami datangi ternyata kamu sudah tidak tinggal di situ lagi,” oceh Bu Nara.“Iya, Bu. Saya pindah ke rumah yang lain sudah beberapa bulan,” kata Wati pelan.Ia tak tega untuk mengatakan bahwa ia pindah ke rumah istri baru suaminya. Setelah kabar mengejutkan yang diberikan oleh Bu Nara, Wati mengubah pikirannya untuk curhat dan meminta pendapat Bu Nara tentang hidupnya yang menyedihkan.“Lalu bagaimana dengan kedua orang tuaku, Bu?” lanjut Wati.“Mereka bilang akan terus berusaha mencarimu. Mereka minta fotomu sebagai panduan. Ya, Ibu kasih saja fotomu waktu kamu menikah dengan Dedy,” ungkap Bu Nara.“Awalnya Ibu berharap bahwa mereka akan bisa segera menemukanmu, katanya mereka mau bayar orang untuk mencarimu. Tetapi setelah Ibu melihat kamu datang hari ini, Ibu ragu mereka akan menemukanmu dengan wajah s
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
8. Rencana
“Aku ingin memberi pelajaran dulu kepada Rara dan Mas Dedy, Bu. Mereka sudah memperlakukanku dengan sangat buruk seperti budak. Aku ingin membalas perlakuan mereka.” Penjelasan Wati membuat Bu Nara ternganga. Kemudian, perlahan-lahan raut wajah Bu Nara berubah dan bibirnya membentuk senyuman. “Kamu betul, Ti. Mereka harus menerima balasan setimpal atas perlakuan mereka terhadapmu. Biar tahu rasa,” kata Bu Nara geram. “Iya, Bu. Aku belum akan keluar dari rumah itu sampai mereka dapat ganjaran. Aku akan pergi dari sana setelah waktunya tepat,” tambah Wati lagi. “Jadi bagaimana rencanamu, Ti?” tanya Bu Nara. “Aku akan tetap di sana, sambil pelan-pelan menghancurkan usaha Rara,” ungkap Wati. “Aku ingin dia merasakan tidak punya apa-apa seperti aku saat diperlakukan buruk olehnya,” lanjut Wati. Bu Nara mengangguk-angguk setuju. “Kalau begitu kamu pegang ponsel saja selama di sana, Ti. Biar Ibu bisa menghubungimu kalau ada apa-apa,” saran Bu Nara. “Betul juga. Tapi aku enggak puny
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
9. Tunggu Balasanku
Angkot yang ditumpangi Wati lama berhenti dan diam di beberapa tempat untuk menunggu penumpang penuh. Hati Wati menjadi gelisah.“Pak, cepat jalan, Pak,” pinta Wati kepada supir angkot.“Sebentar, Mbak. Tunggu penuh dulu,” tolak supir angkot.Wati semakin murung. Matahari semakin meluncur turun ke arah barat. Sore semakin gelap. Wati sangat cemas ia terlambat pulang ke rumah dan bertemu Dedy dan Rara yang sudah kembali dari toko.Akhirnya angkot melaju kembali setelah hampir sepuluh menit diam di pangkalan. Wati bernapas lega. Setelah angkot sampai di depan jalan yang menuju rumah Rara, Wati bergegas turun dan membayar.Setengah berlari ia menuju rumah. Jantung Wati berdebar kencang saat mendapati Rara dan Dedy sudah ada di depan rumah dengan raut wajah yang marah. Bahkan Rara tidak hanya melotot dan cemberut, ia juga berkacak pinggang seraya mengentak-entakkan kaki melihat kedatangan Wati.“Bagus! Sudah berani keluar rumah kamu sekarang!” hardik Rara setelah Wati berada di hadapannya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
10. Siasat
Wati memang sengaja tidak melawan saat Rara menjambak rambutnya tadi. Wati bermaksud bermain halus. Ia tak akan terang-terangan memperlihatkan sikap memusuhi dan melawan Rara. Ia akan tetap bersikap sebagai madu yang tidak berdaya, sementara Wati menyusun rencana untuk menghancurkan Rara di belakangnya.Wati lalu mengunci pintu kamarnya, sesuatu yang tak pernah dilakukannya selama tinggal di rumah Rara. Setelah merasa yakin pintu kamarnya terkunci dengan baik, Wati mengeluarkan ponsel yang diberikan Bu Nara kepadanya tadi siang ketika ia berada di panti.Wati merebahkan diri pada kasur tipis. Ia mengecek ponsel kecil yang kuno itu. Ternyata sudah ada pesan masuk dari Bu Nara untuknya. Tak sabar, Wati membuka pesan dari Bu Nara dengan hati berdebar-debar.“Ibu sudah menghubungi keluargamu, Ti. Mereka sangat senang mengetahui kamu sudah ditemukan. Mereka ingin bertemu kamu secepatnya. Mereka ingin menjemputmu besok sore. Kamu mau dijemput di rumah atau di panti?”Wati berbunga-bunga mem
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-02
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status